Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dokumen Rahasia JFK Ungkap 3 Kota Indonesia Jadi Pangkalan CIA

Presiden John F Kennedy sebelum insiden penembakan yang menewaskan dirinya di Dallas, Texas, pada 22 November 1963. (commons.wikimedia.org/Walt Cisco)
Presiden John F Kennedy sebelum insiden penembakan yang menewaskan dirinya di Dallas, Texas, pada 22 November 1963. (commons.wikimedia.org/Walt Cisco)

Jakarta, IDN Times – Sebuah temuan menarik kembali diungkap dari dokumen rahasia terkait kasus pembunuhan John F Kennedy (JFK) pada 1963 yang dirilis pada Selasa (18/3/2025). Salah satu dokumen memperlihatkan adanya daftar pangkalan intelijen Amerika Serikat (CIA) di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

”Beberapa dokumen mengungkap intrik komunitas intelijen pada tahun 1960-an, termasuk rincian tentang pangkalan rahasia CIA di seluruh dunia,” lapor The New York Post, Rabu.

Tiga kota besar, yakni Jakarta, Surabaya, dan Medan terdapat dalam daftar tersebut. Nama tiga kota itu berada dalam daftar divisi FE (far east).

Selain kota-kota di Indonesia, terdapat pula sejumlah kota di Asia Tenggara, seperti Kuala Lumpur dan Singapura.

Dilansir Business Standard, kota-kota seperti Tokyo dan Seoul juga tak lepas dari pemantauan karena indikasi kasus penahanan tanpa pengadilan saat itu.

1. Tak banyak hal mengejutkan dari dokumen yang dirilis

AS telah merilis 80 ribu halaman terkait pembunuhan JFK pada Selasa. Namun, dokumen itu tak banyak mengungkap hal baru, tetapi hanya memperjelas informasi yang sudah ada.

Gerald Posner, penulis buku terlaris 1993 "Case Closed: Lee Harvey Oswald and the Assassination of JFK," mengaku sudah membaca hampir 22 ribu dokumen tersebut. Akan tetapi, ia tak menemukan hal yang mengejutkan.

"Saya belum melihat berita yang nyata, tetapi itu tidak berarti tidak ada berita. Pertanyaan terbesar yang saya miliki saat menelusurinya adalah, 'mengapa ini diklasifikasikan selama bertahun-tahun?' Itu sangat tidak masuk akal," katanya.

Dokumen-dokumen tersebut memang berisi beberapa informasi menarik seputar peristiwa tragis pada 22 November 1963. Beberapa di antaranya menyelidiki isu kelompok kecil di CIA yang diduga jadi dalam pembunuhan, hingga dugaan keterlibatan Lee Harvey Oswald sebagai agen rahasia Soviet.

2. Perlu diteliti lebih lanjut

Ilustrasi kertas (pixabay.com/Isaín Calderón)
Ilustrasi kertas (pixabay.com/Isaín Calderón)

David Barrett, seorang profesor ilmu politik di Universitas Villanova, mengatakan bahwa dokumen tersebut perlu diteliti oleh para pakar lebih lanjut. Sebab, awam tak akan mudah memahami alur setiap dokumennya.

"Ini tentu saja merupakan rilis dokumen yang paling berguna yang pernah terjadi karena penyuntingan yang dilakukan," katanya, dilansir CBS News.

Larry Sabato, direktur Pusat Politik Universitas Virginia dan penulis "The Kennedy Half-Century" juga mengatakan bahwa timnya masih memeriksa berkas-berkas yang dirilis untuk mencari daftar panjang berisi dokumen-dokumen sensitif.

Ia yakin beberapa bagian dokumen tersebut memiliki kaitan dengan Kuba atau apa yang dilakukan CIA kepada Oswald.

3. Trump rilis dokumen tanpa sensor

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)
Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Dinas Arsip dan Administrasi Catatan Nasional AS mengatakan bahwa 98 persen berkas pembunuhan JFK kini telah dirilis keseluruhan.

Berdasarkan Undang-Undang AS 1992, berkas JFK harus dirilis paling lambat hingga 2017. Namun, perilisan itu menuai kontra dari sejumlah pihak, seperti Mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.

Pada 2018, Presiden AS, Donald Trump, telah merilis 19 ribu berkas. Pada akhir 2022, Presiden Joe Biden juga mengambil pendekatan serupa dan merilis lebih dari 13 ribu berkas. 

Rilis itu juga sekaligus wujud untuk meningkatkan transparansi pemerintah selama masa jabatan keduanya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us