Dukung Perang Rusia, Kim Jong Un Ingin Tingkatkan Produksi Peluru Korut

- Hubungan militer Korut-Rusia semakin erat
- Pyongyang menyediakan pasukan dan peralatan militer untuk mendukung perang Rusia di Ukraina
- Mendapat imbalan teknologi militer canggih dari Kremlin
- Lebih dari 6 ribu tentara Korut menjadi korban Perang Rusia di Ukraina
- Diperkirakan lebih dari separuh pasukan awal yang dikerahkan Korut ikut menjadi korban
- Terjadi melalui serangan besar-besaran yang melelahkan
- Korut kerahkan ribuan pasukan ke Rusia, terbatas pada wilayah Kursk
- Setiap keputusan mengerahkan pasukan ke Ukraina memer
Jakarta, IDN Times - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, telah menginstruksikan perluasan signifikan dalam produksi peluru artileri jenis baru.
Hal ini disampaikannya saat memeriksa pabrik-pabrik industri militer pada 13 Juni 2025, guna meninjau produksi peluru pada paruh pertama tahun ini, demikian laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Sabtu (14/6/2025).
"Jika kami ingin meningkatkan produksi peluru kendali baru yang kuat dan memenuhi kebutuhan peperangan modern, kami perlu memperluas dan memperkuat kapasistas produksi," ujar Kim, dikutip dari The Straits Times.
Kim juga menyerukan pengaturan proses produksi secara lebih rasional dan terus meningkatkan tingkat produksi tanpa awak.
1. Meningkatnya hubungan militer Korut-Rusia
Arahan ini muncul di tengah semakin meningkatnya penguatan militer dan mendalamnya hubungan antara Korut dan Rusia. Sementara itu, intelijen Korea Selatan (Korsel) menunjukkan bahwa Pyongyang telah menyediakan sejumlah besar peluru artileteri, peralatan militer lainnya, hingga pasukan ke Moskow untuk mendukung perangnya di Ukraina.
Bulan lalu, kelompok multinasional yang memantau sanksi PBB terhadap Korut mengatakan bahwa Pyongyang telah memasok lebih dari 20 ribu kontainer amunisi dan artileri untuk Moskow. Tim tersebut dibentuk oleh 11 negara, termasuk Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Korsel.
Pyongyang juga disebut telah mengerahkan sekitar 15 ribu tentara untuk membantu pasukan Rusia. Sebagai imbalannya, Kremlin diyakini memberikan Pyongyang teknologi militer canggih, seperti sistem pertahanan udara dan teknologi terkait satelit.
2. Lebih dari 6 ribu tentara Korut menjadi korban Perang Rusia di Ukraina
Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, Pyongyang diperkirakan telah menderita lebih dari 6 ribu korban dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk Rusia. Angka tersebut lebih dari separuh pasukan yang awalnya dikerahkan Korut.
Kesimpulan tersebut disampaikan pada Minggu (15/6/2025), dua bulan setelah perkiraan awal bahwa hingga April tahun ini lebih dari 5 ribu tentara Korut yang menjadi korban di garis depan peperangan wilayah Kursk.
"Total korban berjumlah lebih dari separuh dari sekitar 11 ribu tentara Korut yang awalnya dikerahkan ke wilayah Kursk," kata kementerian tersebut di X.
"Jumlah korban Korut yang signifikan hampir pasti terjadi, terutama melalui serangan besar-besaran yang sangat melelahkan," sambungnya.
3. Korut kerahkan ribuan pasukan ke Rusia, namun terbatas pada wilayah Kursk

Inggris juga mengungkapkan operasi Pyongyang dalam perang tersebut sejauh ini terbatas pada wilayah Kursk. Menurutnya, setiap keputusan untuk mengerahkan pasukan ke wilayah Ukraina kemungkinan memerlukan persetujuan dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korut Kim Jong Un.
Militer Korsel mengatakan Korut telah mengerahkan sekitar 11 ribu tentara ke Rusia tahun lalu. Negara tersebut juga dilaporkan telah mengirim 3 ribu tentara tambahan ke wilayah Kursk pada tahun ini, dilansir Yonhap.
Pada April, Pyongyang mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa pihaknya mengerahkan pasukan berdasarkan pakta pertahanan bersama dengan Moskow. Namun, tidak memberi rincian mengenai jumlah yang dikirim atau tingkat korban.