Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Operasi Midnight Hammer: Serangan Pengebom AS ke Fasilitas Nuklir Iran

pesawat pengebom siluman B-2 Spirit milik AS. (wikimedia.org/U.S. Air Force)

Jakarta, IDN Times - Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat selama seminggu terakhir. Israel memulai serangan dengan dalih untuk menghentikan program nuklir Iran. Namun, Israel membutuhkan militer Amerika Serikat (AS) untuk menyerang fasilitas yang terkubur dalam seperti fasilitas Fordo. Dunia sempat mewanti-wanti keikutsertaan AS yang berisiko meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. 

Sebelumnya, Presiden Donald Trump dilaporkan memberi batas waktu 2 minggu untuk memutuskan apakah AS akan terlibat atau tidak. Hanya beberapa hari berselang, pada Minggu (21/6/2025), Trump mengumumkan bahwa AS telah mengebom 3 fasilitas nuklir Iran. 

Pejabat AS mengklaim serangan bertajuk “Operasi Midnight Hammer” tersebut sebagai keberhasilan besar. Pesawat bomber B-2 milik AS dilaporkan berhasil masuk dan keluar langit Iran dengan mulus tanpa perlawanan. Berikut fakta-fakta Operasi Midnight Hammer oleh AS yang menghancurkan fasilitas-fasilitas nuklir Iran. 

1. Skala, target, dan persiapan operasi

Misi ini disebut sebagai serangan operasional B-2 terbesar dalam sejarah AS. Operasi tersebut mengerahkan lebih dari 125 pesawat militer, termasuk jet tempur, puluhan pesawat tanker, dan pesawat pengintai.

Penyerang utama dalam operasi ini adalah tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang berasal dari Missouri dan sebuah kapal selam peluncur rudal jelajah. Armada ini ditugaskan menyerang tiga lokasi nuklir utama Iran, yaitu fasilitas pengayaan uranium di Fordo, fasilitas di Natanz, dan situs nuklir di Isfahan.

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengatakan misi ini memiliki batasan yang jelas. Menurutnya, serangan tidak menargetkan personel militer atau warga sipil Iran, dan bukan merupakan upaya untuk pergantian rezim.

"Perintah yang kami terima dari panglima tertinggi kami terfokus, kuat, dan jelas. Kami menghancurkan program nuklir Iran, namun perlu diingat, serangan ini tidak menargetkan tentara dan warga Iran" tutur Hegseth, dilansir CBS. 

Melansir The Aviationist, persiapan operasi ini bisa memakan waktu selama beberapa minggu hingga bulan. Salah satu persiapan logistiknya adalah penempatan sekitar 30 pesawat tanker di pangkalan udara di Jerman dan Spanyol untuk mendukung misi penerbangan jarak jauh.

Total amunisi yang digunakan mencapai sekitar 75 unit senjata berpemandu presisi. Di antaranya adalah 14 bom GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP), sebuah bom penghancur bunker seberat 13,6 ton yang digunakan untuk pertama kalinya dalam pertempuran.

2. Taktik pengecoh dan perjalanan menuju Iran

Misi dimulai dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri pada Sabtu dini hari (21/6/2025). Pertama, AS melancarkan taktik tipuan dengan menerbangkan satu armada B-2 pengecoh ke arah barat menuju pangkalan militer di Guam.

Tujuan dari pergerakan ke Guam adalah untuk mengalihkan perhatian dunia dari armada penyerang utama. Jenderal Dan Caine, Ketua Kepala Staf Gabungan, menyebut taktik ini sebagai upaya rahasia yang hanya diketahui segelintir pejabat terkait.

Sementara itu, penyerang utama, yaitu tujuh pesawat B-2 dengan masing-masing dua awak, terbang ke arah timur menempuh perjalanan selama 18 jam. Misi ini menjadi salah satu misi penerbangan terpanjang yang melibatkan B-2.

Selama perjalanan, para kru menjaga komunikasi radio seminimal mungkin untuk menghindari deteksi. Armada tersebut juga melakukan beberapa kali pengisian bahan bakar di udara dari pesawat tanker yang telah disiagakan, dilansir Fox News.

Setelah tiba di kawasan, tim pengebom ini bergabung dengan pesawat-pesawat pengawal dalam sebuah manuver yang dijadwalkan dengan sangat ketat. Proses integrasi ini dilakukan untuk membentuk formasi serangan sebelum memasuki wilayah udara Iran.

3. Kronologi serangan di wilayah udara Iran

Langkah ofensif pertama dimulai dari bawah laut pada Sabtu sekitar pukul 17.00 waktu AS atau Minggu dini hari waktu Iran. Sebuah kapal selam AS meluncurkan lebih dari dua lusin rudal jelajah Tomahawk ke arah infrastruktur di fasilitas Isfahan.

Saat formasi udara mendekati Iran, jet-jet tempur pengawal bergerak di depan untuk membersihkan jalur penerbangan. Mereka ditugaskan menetralisir ancaman dari pesawat tempur maupun sistem pertahanan udara Iran.

Menurut analisis dari media penerbangan The Aviationist, jet-jet tempur kemungkinan menggunakan umpan (decoy) dan rudal antiradiasi berkecepatan tinggi untuk membingungkan radar lawan. Operasi ini bertujuan memastikan armada B-2 dapat terbang dengan aman menuju target utama.

Serangan bom dimulai pada Minggu sekitar pukul 02.10 waktu Iran. Pesawat B-2 pemimpin menjatuhkan dua bom MOP pertama di beberapa titik sasaran di fasilitas Fordo yang berada di bawah tanah.

Seluruh serangan bom di Fordo dan Natanz berlangsung hanya dalam waktu 25 menit. Sesuai rencana, rudal-rudal Tomahawk menjadi yang terakhir menghantam targetnya di Isfahan untuk memaksimalkan efek kejutan. Kemudian, armada pengebom keluar dari langit Iran dengan mulus dan pulang ke AS dengan selamat. 

"Pesawat tempur Iran tidak terbang, dan tampaknya sistem rudal darat ke udara mereka tidak melihat kami. Sepanjang misi, kami mempertahankan elemen kejutan," ujar Jenderal Caine.

4. AS klaim Operasi Midnight Hammer sukses besar

Penilaian awal dari Pentagon mengklaim bahwa serangan tersebut sangat efektif dan berhasil mencapai tujuan. Menurut Jenderal Caine, ketiga situs nuklir Iran mengalami kerusakan parah. Namun, penilaian final masih memerlukan waktu, dilansir BBC. 

Klaim tersebut didukung oleh citra satelit yang menunjukkan kawah-kawah baru di Fordo dan Natanz. Sementara itu, belasan bangunan di Ishafan dilaporkan hancur dengan puing dan debu berserakan di sekitar fasilitas. 

Iran telah mengonfirmasi adanya serangan tetapi membantah terjadi kerusakan besar. Pejabat Iran mengatakan bahwa fasilitas-fasilitas tersebut telah dievakuasi beberapa waktu sebelum serangan terjadi.

Beberapa jam setelah serangan AS, Iran melancarkan serangan balasan dengan menembakkan rudal ke sejumlah wilayah di Tel Aviv dan Haifa, Israel. Di sisi lain, sekitar 40 ribu tentara AS di Timur Tengah kini bersiaga terhadap kemungkinan serangan balasan dari Iran atau kelompok-kelompok yang berafiliasi dengannya, dilansir USA Today.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us