Pendukung Kudeta Militer Myanmar Mengamuk di Yangon
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yangon, IDN Times - Saat negara-negara tetangga di Asia Tenggara tengah mencari jalan keluar untuk mengakhiri krisis politik Myanmar, namun pada hari Kamis, (25/2/2021) para pendukung militer negara tersebut "menyerang" kudeta yang telah terjadi pada 1 Februari lalu dengan cara melempar batu, menembaki dengan ketapel, serta beberapa dari mereka mempunyai senjata seperti pisau dan pentungan.
Setelah militer mengeluhkan adanya penipuan dalam pemilu November 2020, yang berakibat penahanan pemimpin pemerintah sipil Aung San Suu Kyi dan banyak pemimpin dari partainya, alhasil sekarang Myanmar sedang dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan negara itu, sebagaimana dilansir dari kantor berita Reuters pada Kamis, 25 Februari 2021.
1. Aksi protes dan pemogokan sudah berlangsung tiap hari selama tiga minggu terakhir
Sejumlah mahasiswa merencanakan untuk demo lagi di pusat komersial Yangon pada hari ini. Aksi protes dan pemogokan sudah berlangsung tiap hari selama tiga minggu terakhir.
Sekitar 1.000 pendukung militer tengah menampakkan diri untuk berdemonstrasi di pusat kota, sebelum banyak dari penentang kudeta yang bergabung ke "lapangan".
Stasiun berita Channel News Asia melaporkan pada Kamis, (25/2/2021) bahwa terdapat bentrokan yang meningkat menjadi kekerasan yang lebih serius di beberapa belahan kota, bahkan beberapa fotografer berita sempat diancam, ujar pekerja media serta saksi.
2. Saksi mata: Beberapa orang telah diserang hingga dipukuli oleh sekelompok pria bersenjata
Editor’s picks
Saksi mata menerangkan, beberapa orang telah diserang hingga dipukuli oleh sekelompok pria bersenjata. Sebagian dari kelompok itu bersenjatakan pisau, ada juga yang menembaki dengan ketapel, serta melemparkan batu. Dalam rekaman video, sekurang-kurangnya 2 orang mengalami penusukan.
Aktivis Thinzar Shunlei Yi mengatakan kepada Reuters, peristiwa hari ini menunjukkan siapa teroris itu dan mereka takut dengan tindakan rakyat untuk demokrasi. Dia pun menambahkan, bahwa mereka akan melanjutkan aksi protes damai melawan kediktatoran.
3. Facebook melarang militer Myanmar mengoperasikan Facebook dan Instagramnya
Sebelumnya, polisi telah menyetop ratusan mahasiswa yang terjun guna berunjuk rasa, sampai "membekukan" gerbang kampus universitas utama Yangon, Myanmar.
Dikutip dari surat kabar Nikkei Asia pada Kamis, (25/2/2021) bahwa Facebook melarang militer Myanmar mengoperasikan Facebook dan Instagramnya, dikarenakan terdapat risiko yang terlihat sejak kudeta 1 Februari 2021 lalu.
Namun, juru bicara dewan militer tidak merespon untuk dimintai komentarnya melalui panggilan telepon.
Baca Juga: Facebook Blokir Semua Halaman Militer Myanmar
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.