Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gedung Parlemen Georgia Dikepung Usai RUU Anti-Agen Asing Diterima

Seorang demonstran yang mengibarkan bendera Georgia di Tbilisi, Minggu (3/7/2022). (twitter.com/Shamemovement)
Seorang demonstran yang mengibarkan bendera Georgia di Tbilisi, Minggu (3/7/2022). (twitter.com/Shamemovement)

Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu warga Georgia, pada Rabu (1/5/2024), mengepung gedung Parlemen Georgia di Tbilisi setelah diumumkannya persetujuan dari anggota parlemen soal Rancangan Undang-Undang (RUU) anti-agen asing dalam pembahasan kedua. 

Sejak akhir pekan lalu, warga Georgia kembali mengadakan demonstrasi menyusul pembahasan kedua RUU anti-agen asing. Mereka menuntut agar proses pengajuan RUU yang dinilai mengikuti hukum di Rusia itu segera dibatalkan. 

1. Polisi diduga gunakan peluru karet untuk bubarkan demonstran

Pengepungan demonstran di sekitar gedung parlemen berujung pada kericuhan dan dugaan kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan. Alhasil, seorang demonstran diketahui mengalami luka-luka akibat terkena peluru karet. 

Dilaporkan OC Media, pemimpin partai oposisi UNM (United National Movement) Levan Khabeishvili diketahui mengalami luka-luka setelah mendapat pukulan dari polisi dalam demonstrasi pada Rabu malam. 

Mendengar dugaan ini, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Georgia Aleksandre Darakhvelidze membantah tudingan penggunaan peluru karet oleh aparat kepolisian dalam pengamanan di gedung parlemen. Ia juga menuduh demonstran menggunakan gas air mata dalam aksinya. 

Sementara itu, Darakhvelidze mengungkapkan sudah ada 63 orang yang ditahan sejak Selasa (30/4/2024) malam dan terdapat 6 aparat kepolisian yang terluka dalam kerusuhan tersebut. 

2. Presiden Georgia minta warga fokus pada pemilu

Presiden Georgia, Salome Zurabishvili, mengajak agar demonstran lebih tenang ketika menyelenggarakan demonstrasi. Ia pun meminta agar para pemuda tidak berusaha masuk dan menduduki gedung parlemen. 

"Seluruh dunia sekarang melihat ke Georgia. Mereka sudah melihat bagaimana sikap, determinasi, dan keinginan dari rakyat Georgia. Ini penting bahwa dalam memenangkan semua ini harus ada perjuangan dan kita akan menunjukkan bahwa Georgia tidak akan pernah menjadi Rusia," ungkapnya, dikutip Civil.

"Perjuangan kita untuk jangka panjang akan bukan ditentukan sekarang dan bukan hanya mengenai RUU anti-agen asing. Namun, perjuangan panjang itu akan ditentukan pada saat pemilu. Menghindari pemerintah saat ini yang berusaha menjauhkan Georgia dari Uni Eropa (UE) adalah tujuan utamanya," sambungnya.  

Ia menekankan agar demonstran mengadakan demonstrasi dengan damai dan mencegah terjadinya aksi kekerasan yang sebenarnya tidak diperlukan. 

3. Uni Eropa minta Georgia dengarkan suara warganya

Presiden Komisi, Eropa Ursula von der Leyen, mengecam kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Georgia kepada demonstran di Tbilisi pada Rabu malam. 

"Rakyat Georgia sudah menunjukkan keinginan kuat mereka untuk menjunjung demokrasi dan maka dari itu, pemerintah Georgia seharusnya memperhatikan bahwa itu adalah pesan yang sangat jelas," katanya. 

"Uni Eropa sudah menunjukkan kekhawatirannya terkait dengan pengajuan RUU anti-agen asing. Saat ini, Georgia sedang berada di tengah persimpangan dan ini menjadi penentu apakah mereka akan mengarah ke Eropa atau tidak," sambungnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us