Geng Kriminal di Haiti Kuasai Akses Air-Makanan, Ini Kecaman PBB

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Sabtu (16/7/2022), mengeluarkan kecaman atas meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Haiti. Pertempuran antargeng kriminal telah menewaskan ratusan orang.
Sejak awal 2022 sampai Juni, terjadi hampir seribu pembunuhan di Haiti dan lebih dari 600 orang diculik. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi, yang menyerukan semua negara agar melakukan embargo senjata kepada pihak mana pun yang mendukung kekerasan di negara di Karibia itu.
1. Pembunuhan dan penculikan meningkat di Haiti

Haiti telah mengalami ketidakstabilan dalam beberapa tahun terakhir. Bencana alam, seperti gempa bumi, telah memperparah keadaan dan menambah derita masyarakatnya. Bentrokan antargeng kriminal semakin memperburuk. Dalam bentrokan terbaru di distrik Cite Soleil, 99 orang tewas, dikutip dari Al Jazeera.
"Sejauh ini kami telah mendokumentasikan, dari Januari hingga akhir Juni, 934 pembunuhan, 684 luka-luka, dan 680 penculikan di seluruh ibu kota," ujar Jeremy Laurence, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.
"Selama periode lima hari, dari 8-12 Juli, setidaknya 234 orang tewas atau terluka dalam kekerasan terkait geng di daerah Cite Soleil di kota tersebut," tambahnya.
Hal yang memilukan dari bentrokan mematikan itu adalah, sebagian besar korban tidak terlibat langsung dengan geng kriminal, namun menjadi sasaran serangan.
2. DK PBB keluarkan resolusi embargo senjata
PBB telah mendesak pihak berwenang Haiti untuk memberikan kepastian, bahwa HAM ditempatkan di garis depan. Pemerintah Haiti diminta untuk melindungi hak hidup warganya dari ancaman pihak swasta yang membuat masyarakat menderita.
"Geng-geng bersenjata berat menjadi semakin canggih dalam tindakan mereka, melakukan serangan simultan, terkoordinasi dan terorganisir di berbagai daerah," ujar Laurence, dilansir Associated Press.
Pada Jumat, DK PBB mengeluarkan resolusi agar semua negara melakukan embargo senjata kepada pihak-pihak yang mendukung kekerasan di Haiti.
Resolusi itu dirancang oleh Amerika Serikat (AS) dan Meksiko, yang telah mendapatkan suara bulat dari seluruh anggota. China, yang juga mendukung resolusi itu, menekankan agar dilakukan penghentian segera kekerasan geng dan kegiatan kriminal di Haiti.
3. Geng kriminal membatasi akses air minum dan makanan
Sejak pembunuhan Presiden Haiti Joevenel Moise, kekerasan geng terus memburuk dan banyak orang Haiti mencoba melarikan diri dari negaranya. Upaya membentuk pemerintahan koalisi guna mengadakan pemilu juga belum berhasil.
Para kelompok geng kriminal yang bertikai, menurut laman resmi PBB, telah memicu kelangkaan bahan bakar yang membuat peningkatan biaya transportasi.
Selain itu, geng kriminal juga menutup akses makanan dan air minum demi mengendalikan populasi masyarakat. Satu dari lima anak menderita kekurangan gizi yang parah.
Aksi bentrokan geng kriminal, menurut laporan lembaga pengungsi PBB, OCHA, menyebabkan ribuan orang meninggalkan rumah mereka. Di Cite Soleil yang miskin, kelompok geng memperoleh pengaruh yang lebih besar.
"Ketika orang-orang terus menderita di Cite Soleil, ketidakamanan menghalangi badan-badan kemanusiaan memasuki daerah itu," kata Koordinator Kemanusiaan PBB, Ulrika Richardson.
Dia menegaskan, PBB siap memberi bantuan setelah mitra lembaga kemanusiaan dapat memperoleh akses ke zona yang terkena dampak buruk kekerasan antargeng.