Honduras Siapkan Program Repatriasi Migran dari AS

- Honduras mengumumkan program repatriasi imigran dari AS sebagai dukungan kepada imigran yang dipulangkan secara paksa.
- Program "Brother, Come Home" memberikan dukungan konsuler, bantuan hukum, makanan, akses pekerjaan bagi imigran Honduras yang dideportasi.
- AS telah memulangkan 256 migran Guatemala dan akan melakukan kunjungan ke Amerika Tengah untuk menyelesaikan masalah migrasi.
Jakarta, IDN Times - Honduras, pada Minggu (26/1/2025), mengumumkan program repatriasi imigran dari Amerika Serikat (AS). Langkah ini sejalan dengan program pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump untuk memulangkan imigran ilegal ke negara asalnya.
Pada awal Januari, Presiden Honduras, Xiomara Castro, mengancam akan menutup pangkalan militer AS jika warganya dipulangkan secara paksa. Ia menyebut Washington selama ini tidak pernah membayar sepeser pun atas pangkalan militer yang didirikan di Honduras.
1. Akan bantu berikan bantuan hukum kepada imigran Honduras di AS
Menteri Luar Negeri (Menlu) Honduras, Enrique Reina, mengumumkan pembukaan program "Brother, Come Home" sebagai bentuk dukungan kepada imigran Honduras yang dipulangkan secara paksa dari AS.
"Program ini meliputi dukungan kepada warga Honduras lewat jaringan konsuler di AS, serta bantuan hukum dan kunjungan darurat oleh konsuler kepada warga yang ditahan di Pusat Tahanan Migrasi di AS. Kami tidak akan meninggalkan saudara kami yang berkontribusi pada ekonomi negara lewat remitensi," tuturnya, dikutip The Tico Times.
Tak hanya itu, program ini juga menyediakan bantuan makanan dan akses lowongan pekerjaan kepada warga Honduras yang baru saja dideportasi dari AS menyusul kebijakan dari Trump.
Sementara itu, Reina mengatakan akan berbicara dengan Duta Besar AS di Tegucigalpa Laura Dugo untuk melakukan koordinasi terkait penjaminan warganya yang terdampak deportasi agar kembali dengan aman.
2. AS pulangkan ratusan migran ilegal ke Guatemala
Pada Jumat (24/1/2025), AS sudah mengoperasikan dua pesawat militer dan sebuah pesawat sewaan untuk memulangkan sebanyak 256 migran Guatemala. Ratusan migran tersebut sudah ditempatkan di sejumlah shelter khusus.
Menlu Guatemala Carlos Martinez mengungkapkan harapan agar Washington memberikan informasi lebih terkait dengan berapa penerbangan yang akan dilakukan dan berapa warga Guatemala yang dideportasi dari AS.
"Kami sudah meminta detail dari pemerintah AS terkait rencana pemulangan warga kami. Kami tidak memiliki logistik, penerimaan, dan kapasitas yang memadahi jika tidak dapat dipastikan secara detail jumlahnya," terang Martinez, dilansir CNN.
Otoritas AS sudah mengumumkan penangkapan sekitar 538 imigran ilegal. Namun, tidak diketahui berasal dari negara mana ratusan migran ilegal yang ditangkap tersebut.
3. Menlu Rubio akan mengadakan kunjungan ke Amerika Tengah
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Tammy Bruce, mengatakan bahwa Menlu AS Marco Rubio akan mengadakan kunjungan perdananya ke Panama dan beberapa negara Amerika Tengah pada akhir Januari hingga awal Februari.
"Kami memprioritaskan Benua Amerika di mana ini adalah tempat kami tinggal. Kami tidak akan melupakan itu seperti yang sudah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya. Melibatkan dialog dengan tetangga kami adalah elemen vital untuk menyelesaikan masalah migrasi," ungkap Bruce, dilansir Politico.
Sementara, Rubio diperkirakan akan membahas setidaknya dua masalah sesuai dalam agenda luar negeri pemerintahan Trump, yakni mengentaskan migrasi ilegal dan mengambilalih Terusan Panama.