PM Inggris Anggap Daur Ulang Plastik Tak Atasi Krisis Iklim

Johnson menyerukan pengurangan penggunaan plastik

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Inggris Raya, Boris Johnson pada hari Senin (25/10/2021) mengadakan sesi tanya jawab mengenai iklim, dengan anak-anak di Downing Street. Dalam acara itu Johnson mengatakan daur ulang plastik bukan solusi yang tepat untuk membantu mengatasi krisis iklim.

Acara khusus ini dilakukan menjelang KTT perubahan iklim Cop26 yang akan dimulai di Glasgow pada 31 Oktober.

1. Johnson menyinggung Coca-Cola

Melansir dari The Independent, Perdana Menteri Johnson menganggap daur ulang plastik tidak akan mengatasi masalah, dia berpendapat satu-satunya solusi adalah dengan mengurangi penggunaan plastik.

Berbeda dengan pandangan Johnson, Kepala eksekutif World Wide Fund for Nature (WWF) Tanya Steele yang ikut dalam acara khusus ini mengatakan daur ulang diperlukan. Namun, perdana menteri Partai Konservatif ini bersikeras cara itu tidak akan berhasil.

Johnson dalam acara ini mempermalukan Coca-Cola dengan mengatakan perusahaan minuman itu termasuk dalam 12 perusahaan besar yang bertanggung jawab atas produksi sebagian besar plastik dunia. Dia menyerukan agar segera ditemukan cara lain untuk mengemas dan menjual barang-barang.

Untuk mengurangi sampah plastik Coca-Cola mengatakan saat ini memiliki kemajuan dalam mengupayakan mengurangi limbah, dan semua botolnya yang lebih kecil di Inggris Raya saat ini terbuat 100 persen dari plastik daur ulang. Coca-Cola setiap tahunnya memproduksi lebih dari 100 miliar botol plastik sekali pakai.

2. Daur ulang plastik di Inggris Raya

PM Inggris Anggap Daur Ulang Plastik Tak Atasi Krisis IklimIlustrasi sampah plastik. (Unsplash.com/Nick Fewings)

Baca Juga: Anak Muda Dunia Bersuara Hadapi Krisis Iklim, Apa Kata Mereka? 

Melansir dari BBC, perkataan Johnson mendapat kritikan dari Simon Ellin, pimpinan Recycling Association, dia mengatakan kecewa dengan komentar Johnson dan bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang menyerukan daur ulang.

Tanggapan Johnson mengenai daur ulang ini mendapat dukungan dari kelompok yang menyerukan pengurangan plastik. Sian Sutherland, salah satu pendiri A Plastic Planet, mengatakan kurang dari 10 persen plastik didaur ulang di Inggris Raya. Menurut Sutherland, daur ulang merupakan cara yang membenarkan produksi berlebih terhadap plastik yang tidak dapat dihancurkan ini.

Berusaha memperjelas komentar Johnson, juru bicaranya mengatakan bahwa perkataan perdana menteri memiliki arti bahwa tindakan daur ulang saja masih belum cukup.

Meski mendaur ulang plastik hanya bisa dilakukan beberapa kali saja, tapi tindakan itu dapat menjauhkan sampah dari lautan, menghemat energi, dan menghemat beberapa sumber daya bumi yang berharga.

Inggris Raya dilaporkan memiliki rencana untuk meningkatkan daur ulang. Daur ulang biasanya menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan menggunakan bahan yang baru.

Angka terbaru mengenai daur ulang di Inggris Raya menunjukkan tingkat daur ulang 45,5 persen untuk limbah rumah tangga. Kebijakan sampah sebagian besar diatur oleh administrasi devolusi di Inggris Raya, yang memiliki aturan berbeda dalam mengumpulkan daur ulang plastiknya, dilaporkan ada 39 aturan berbeda mengenai sampah plastik  yang dapat didaur ulang.

3. Johnson meragukan COP26

PM Inggris Anggap Daur Ulang Plastik Tak Atasi Krisis IklimPerdana Menteri Inggris, Boris Johnson. (Twitter.com/Boris Johnson)

Melansir dari The Guardian, dalam sesi dengan anak-anak ini Johnson sempat bercanda dengan mengatakan untuk menyeimbangkan kembali alam, sebagian manusia dapat menjadi makanan hewan. Dia juga bercanda untuk menghentikan sendawa sapi yang mengeluarkan gas metana.

Johnson ketika ditanya oleh seorang anak mengapa para pemimpin politik tidak memperlakukan krisis iklim secepat COVID-19, dia mengakui itu merupakan kritik yang sangat adil terhadap dunia.

Perdana menteri tampaknya menurunkan harapan kesuksesan pertemuan puncak para pemimpin global dalam COP26 yang dimulai beberapa hari lagi. Johnson ragu kesepakatan yang dibutuhkan bisa tercapai dalam meja perundingan.

Keraguan kesuksesan perundingan semakin tinggi setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengkonfirmasi tidak akan hadir di COP26 karena virus corona. Ada kekhawatiran Presiden China, Xi Jinping, juga tidak hadir, dia belum pernah meninggalkan China sejak pandemik.

Baca Juga: Thunberg Kritik Industri Fesyen Kontributor Krisis Iklim

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya