Implikasi Tensi Serangan Rudal Iran ke Israel dan Respons Pertahanan

- Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel sebagai respons terhadap serangan Israel di Gaza dan Lebanon.
- Israel menggunakan sistem pertahanan rudal Iron Dome, David's Sling, Arrow 2, Arrow 3, dan kapal perusak USS Cole dan USS Bulkeley untuk menangkis serangan Iran.
- Rudal Iran yang semakin maju seperti Shahab-3 dan Fattah-1 menantang efektivitas sistem pertahanan rudal Israel, Amerika Serikat, dan Yordania.
Jakarta, IDN Times - Sebagai respons terhadap serangan terbaru Israel yang meledak di 1 Oktober 2024 lalu, Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel. Beberapa di antaranya menargetkan kota-kota besar di wilayah tersebut. Serangan ini merupakan yang kedua dari Iran tahun ini, setelah sebelumnya menyerang Israel dengan ratusan rudal dan pesawat nirawak pada bulan April lalu. Pejabat militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut tampaknya telah berakhir dan saat ini tidak ada ancaman langsung lebih lanjut dari Iran, meskipun dampak kerusakannya masih belum sepenuhnya diketahui.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya telah memperingatkan akan ada "konsekuensi" menyusul serangan ini. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan balasan atas kematian warga sipil di Gaza dan Lebanon, serta pembunuhan sejumlah pemimpin IRGC, Hamas, dan Hizbullah.
Rudal-rudal tersebut ditargetkan ke area-area penting di Israel, memperburuk ketegangan di kawasan yang sudah sangat tidak stabil. Inilah setidaknya implikasi tensi yang menegang dari serangan rudal Iran ke Israel beserta respons dan langkah-langkah pertahanan yang dilakukan.
1. Langkah-langkah pertahanan dan intersepsi yang dilakukan

Israel memiliki lapisan sistem pertahanan rudal yang berfungsi untuk menghadapi berbagai jenis ancaman, mulai dari roket, rudal jarak pendek, hingga rudal balistik jarak menengah dan jauh. Dalam serangan ini, sistem-sistem tersebut digunakan secara sinergis untuk menangkis rentetan rudal Iran yang diarahkan ke kota-kota besar di Israel.
- Iron Dome: Sistem Iron Dome dirancang untuk menghadapi roket dan proyektil artileri jarak dekat hingga menengah. Meski sangat efektif dalam melindungi wilayah Israel dari serangan roket Hamas dan Hizbullah, sistem ini tidak dirancang untuk menangkis rudal balistik yang lebih kompleks dan berkecepatan tinggi. Oleh karena itu, peran Iron Dome terbatas dalam serangan rudal balistik Iran kali ini, tetapi tetap memberikan perlindungan dari roket atau rudal jarak pendek yang mungkin digunakan secara bersamaan.
- David's Sling: Untuk ancaman rudal jarak pendek hingga menengah, Israel mengandalkan sistem David's Sling, yang dikembangkan oleh RAFAEL Advanced Defense Systems bekerja sama dengan Raytheon, sebuah perusahaan pertahanan AS. Sistem ini menggunakan interceptor kinetik seperti Stunner dan SkyCeptor yang mampu menetralkan ancaman rudal dari jarak hingga 186 mil. Dalam serangan rudal Iran, David's Sling memainkan peran penting dengan menangkis rudal balistik jarak menengah, sebuah ancaman yang lebih signifikan dibandingkan serangan roket konvensional.
- Arrow 2 dan Arrow 3: Untuk pertahanan terhadap rudal balistik jarak jauh, Israel mengandalkan sistem Arrow 2 dan Arrow 3, yang dikembangkan melalui kerja sama dengan Amerika Serikat. Sistem Arrow 2 menggunakan hulu ledak fragmentasi yang dirancang untuk menghancurkan rudal balistik dalam fase terminal, yaitu saat rudal berada di dalam atau dekat atmosfer Bumi. Sistem ini memiliki jangkauan 56 mil dan mampu menargetkan rudal balistik pada ketinggian hingga 32 mil.
Sementara itu, sistem Arrow 3 menyediakan pertahanan lebih lanjut dengan kemampuan untuk menghancurkan rudal balistik di luar atmosfer Bumi, sebelum rudal tersebut memasuki kembali atmosfer dan menuju targetnya. Sistem ini menggunakan teknologi hit-to-kill, yang berarti menghancurkan rudal musuh dengan menabraknya secara langsung. Dalam serangan ini, Arrow 3 kemungkinan besar digunakan untuk mencegat rudal-rudal balistik Iran yang lebih besar dan lebih cepat sebelum mereka dapat mencapai wilayah Israel.
2. Adanya dukungan dari Amerika Serikat dan Yordania

Amerika Serikat juga memainkan peran kunci dalam upaya pertahanan ini dengan melibatkan Angkatan Lautnya. Kapal perusak berpeluru kendali USS Cole dan USS Bulkeley, yang ditempatkan di Laut Mediterania timur, turut serta dalam upaya mencegat rudal Iran. Kedua kapal ini dilengkapi dengan sistem pertahanan rudal balistik Aegis, yang dirancang untuk melacak, mencegat, dan menghancurkan rudal balistik pada fase menengah atau terminal dari lintasan penerbangannya.
Sistem Aegis bekerja dengan menggunakan radar canggih untuk mendeteksi rudal balistik yang sedang dalam perjalanan, lalu menembakkan interceptor yang dirancang untuk menghantam dan menghancurkan rudal sebelum mencapai targetnya. Dalam serangan kali ini, Angkatan Laut AS dilaporkan menembakkan setidaknya 12 amunisi anti-rudal untuk mencegat rudal-rudal Iran yang mengarah ke Israel. Kapal-kapal perusak ini memberikan lapisan perlindungan tambahan terhadap rudal balistik jarak menengah yang mungkin tidak dapat diatasi oleh sistem pertahanan darat Israel.
Yordania juga berperan dalam upaya intersepsi rudal ini. Meskipun informasi rinci tentang sistem pertahanan Yordania dan jumlah rudal yang dicegat oleh pasukan mereka tidak sepenuhnya dipublikasikan, Yordania memastikan bahwa mereka berhasil mencegat beberapa rudal yang melintas atau menargetkan wilayah mereka. Keikutsertaan Yordania dalam pertahanan kolektif ini menunjukkan pentingnya kerja sama regional dalam menghadapi ancaman rudal yang berasal dari Iran.
3. Arsenal rudal Iran jadi salah satu ancaman terbesar di kawasan Timur Tengah
Arsenal rudal Iran adalah salah satu yang terbesar di Timur Tengah, terdiri dari ribuan rudal balistik dan jelajah. Menurut data dari Proyek Ancaman Rudal di Center for Strategic and International Studies (CSIS), hingga 2021, Iran diperkirakan memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik. Shahab-3, rudal balistik jarak menengah, telah menjadi tulang punggung program rudal Iran sejak diperkenalkan pada tahun 2003. Rudal ini dapat membawa hulu ledak seberat hingga 1.200 kilogram (2.645 pon) dan telah digunakan dengan peluncur bergerak maupun silo bawah tanah.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa Iran menggunakan varian dari Shahab-3 dalam serangan rudal terhadap Israel. Rudal-rudal ini, yang terbang di luar atau di tepi atmosfer Bumi sebelum memasuki kembali dan menghantam targetnya, sangat sulit untuk diintersepsi karena kecepatan tinggi dan lintasan yang kompleks. Iterasi terbaru dari Shahab-3, termasuk rudal Ghadr dan Emad, memiliki akurasi yang lebih baik, mampu menyerang dalam radius 300 meter (sekitar 1.000 kaki) dari target yang dimaksud.
4. Media Iran melaporkan penggunaan rudal baru yaitu Fattah-1 yang diklaim Teheran sebagai rudal hipersonik

Iran memiliki salah satu program rudal balistik terbesar di Timur Tengah, dengan berbagai jenis rudal yang mampu menargetkan lokasi hingga ratusan kilometer jauhnya. Salah satu rudal utama yang diluncurkan oleh Iran dalam serangan ini adalah varian Shahab-3, rudal balistik jarak menengah yang telah menjadi andalan Iran sejak 2003. Shahab-3 memiliki jangkauan yang cukup untuk mencapai sebagian besar wilayah Israel, dan mampu membawa hulu ledak seberat hingga 1.200 kilogram.
Selain itu, Iran mengklaim telah menggunakan rudal hipersonik baru, Fattah-1, dalam serangan ini. Meskipun klaim tersebut diragukan oleh beberapa analis militer, penggunaan teknologi hipersonik dalam serangan rudal balistik menambah kompleksitas intersepsi, karena rudal hipersonik mampu bermanuver pada kecepatan tinggi, sehingga sulit ditangkap oleh sistem pertahanan yang ada.
Media Iran melaporkan penggunaan rudal baru, Fattah-1, yang diklaim Teheran sebagai rudal hipersonik yang mampu terbang lima kali kecepatan suara. Senjata baru ini dapat mewakili kemajuan signifikan dalam kemampuan rudal Iran. Namun, para ahli meragukan klaim ini, dengan analis CNN yang menjelaskan bahwa istilah "hipersonik" biasanya merujuk pada sistem yang lebih canggih, seperti kendaraan luncur hipersonik atau rudal jelajah hipersonik, yang dirancang untuk bermanuver di dalam atmosfer dan menghindari intersepsi.
Fabian Hinz, seorang analis dari International Institute for Strategic Studies, menyarankan bahwa Fattah-1 mungkin memiliki kendaraan re-entry yang bisa bermanuver, memungkinkan rudal tersebut untuk menghindari sistem pertahanan rudal selama fase akhir penurunan menuju target.
5. Konfrontasi terbaru ini menyoroti kemampuan rudal Iran yang semakin berkembang dan ancaman yang meningkat terhadap keamanan regional.
Konfrontasi terbaru ini menyoroti kemampuan rudal Iran yang semakin berkembang dan ancaman yang meningkat terhadap keamanan regional. Sementara Israel, Amerika Serikat, dan Yordania memperkuat sistem pertahanan mereka, Timur Tengah terus menjadi pusat perang rudal, dengan teknologi ofensif dan defensif memainkan peran penting dalam keseimbangan kekuatan.
Serangan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang seberapa efektif sistem pertahanan rudal saat ini dalam menghadapi serangan rudal balistik skala besar, serta meningkatnya kecanggihan teknologi rudal Iran yang terus berkembang meskipun ada tekanan dan sanksi internasional.
Dalam lingkungan berisiko tinggi ini, kemampuan untuk mencegat dan menetralkan ancaman rudal bukan hanya tantangan teknis tetapi juga elemen krusial dari stabilitas regional. Seiring dengan terus berkembangnya persenjataan di kedua sisi, potensi eskalasi lebih lanjut tetap menjadi perhatian yang mendesak.
Langkah-langkah pertahanan dan intersepsi yang dilakukan oleh Israel, Amerika Serikat, dan Yordania berhasil mencegah kerusakan besar akibat serangan rudal Iran. Namun, serangan ini menyoroti semakin majunya teknologi rudal balistik Iran, yang terus menjadi ancaman signifikan bagi keamanan regional. Rudal dengan kemampuan manuver dan teknologi baru seperti Fattah-1 menantang sistem pertahanan rudal yang ada, meskipun pertahanan multi-lapis yang dikerahkan oleh Israel dan sekutunya mampu merespons dengan efektif.
Keberhasilan intersepsi dalam serangan ini tidak hanya menunjukkan kekuatan teknologi pertahanan Israel, tetapi juga pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi ancaman rudal yang kompleks. Meski demikian, serangan ini memperingatkan bahwa perlombaan persenjataan rudal di Timur Tengah terus berlanjut, dengan potensi eskalasi yang bisa semakin mempengaruhi kestabilan kawasan di masa depan.