Inggris Mulai Evakuasi Warga dari Lebanon di Tengah Eskalasi Konflik

- Pemerintah Inggris mulai evakuasi warga dari Lebanon melalui penerbangan pertama yang mendarat di Bandara Internasional Birmingham.
- Evakuasi tambahan diatur untuk hari-hari berikutnya dengan biaya sebesar 350 poundsterling per orang.
- Pemerintah Inggris menyiapkan rencana darurat untuk evakuasi melalui laut dan udara jika situasi keamanan memburuk.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Inggris telah memulai proses evakuasi warga negaranya dari Lebanon melalui penerbangan pertama yang mendarat di Bandara Internasional Birmingham pada Rabu (2/10/2024) malam. Langkah ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut akibat konflik antara Israel dan Hezbollah.
David Lammy, Menteri Luar Negeri Inggris, mengonfirmasi bahwa penerbangan tambahan telah diatur untuk hari Kamis dan hari-hari berikutnya.
"Kami akan terus mengoperasikan penerbangan selama ada permintaan dan selama aman untuk melakukannya," ujar Lammy, dikutip The Guardian.
Diperkirakan ada sekitar 4 ribu hingga 6 ribu warga negara Inggris dan tanggungan mereka yang masih berada di Lebanon. Pemerintah Inggris menetapkan biaya evakuasi sebesar 350 poundsterling (sekitar Rp7 juta) per orang untuk penerbangan ini.
1. Inggris siapkan berbagai jalur evakuasi
Meskipun Bandara Internasional Beirut masih beroperasi, pemerintah Inggris telah menyiapkan rencana darurat untuk evakuasi melalui laut dan udara jika situasi keamanan memburuk. John Healey, Menteri Pertahanan Inggris, mengunjungi Siprus dan pangkalan RAF Akrotiri untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi darurat.
"Total 700 personel tambahan di pangkalan Akrotiri disiapkan untuk menjamin keselamatan warga Inggris di Lebanon," kata Healey.
Brigadir Jenderal Paul Maynard menambahkan bahwa ada berbagai opsi untuk evakuasi darurat, termasuk melalui laut dan udara.
Evakuasi melalui laut dianggap sebagai opsi paling mungkin jika bandara terpaksa ditutup, mengingat pengalaman serupa saat perang Lebanon terakhir pada tahun 2006. Namun, fokus utama saat ini adalah mendesak warga Inggris untuk meninggalkan Lebanon selama opsi komersial masih tersedia.
2. Menlu Inggris peringatkan kondisi di Lebanon yang kian memanas
Evakuasi ini dilakukan di tengah meningkatnya kampanye militer Israel melawan Hezbollah di Lebanon selama dua minggu terakhir. Israel telah memulai operasi darat yang di Lebanon selatan melawan kelompok militan yang didukung Iran tersebut.
Dilansir dari LBC, serangan udara Israel juga telah menghantam pinggiran selatan Beirut setelah militer Israel memperingatkan penduduk untuk segera evakuasi. Situasi ini memicu eksodus besar-besaran warga negara asing dari Lebanon.
"Situasi di Lebanon sangat tidak stabil dan berpotensi memburuk dengan cepat," tegas Lammy.
Ia menambahkan bahwa keselamatan warga negara Inggris di Lebanon tetap menjadi prioritas utama pemerintah.
3. PM Inggris minta Lebanon-Israel untuk menahan diri
Ketegangan di kawasan ini semakin meningkat setelah Iran meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel. Pesawat tempur RAF Typhoon Inggris bahkan dilaporkan sempat disiapkan untuk terlibat membantu Israel. Meskipun pada akhirnya tidak diperlukan karena tidak cocok untuk menembak jatuh rudal balistik berkecepatan tinggi.
Pemerintah Inggris telah mengutuk serangan rudal Iran dan menyatakan dukungan penuh untuk keamanan Israel. Namun, Perdana Menteri Keir Starmer menyerukan semua pihak untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi politik.
"Kita perlu mundur dari tepi jurang dan mendorong semua pihak untuk menemukan cara de-eskalasi," ujar Starmer, dikutip dari The Independent.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyatakan Israel berhak merespons serangan Iran, namun harus proporsional dan tidak menargetkan situs nuklir. Negara-negara G7 juga menyampaikan hal senada terkait serangan balasan Israel.