Jepang Desak Israel Menahan Diri atas Invasi Darat di Lebanon

- Jepang menyerukan gencatan senjata segera antara Israel dan Hizbullah untuk mencegah memburuknya situasi di Lebanon.
- Tokyo mendesak semua pihak untuk mematuhi hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, dan melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan.
- Jepang melakukan upaya evakuasi warga negaranya di Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Jakarta, IDN Times - Jepang menyatakan kekhawatiran seriusnya atas invasi darat yang dilancarkan oleh Pasukan Pertahanan Israel ke Lebanon pada 1 Oktober 2024, di tengah seruan masyarakat internasional agar semua pihak menahan diri mengingat situasi yang memburuk di sekitar wilayah itu.
"Untuk mencegah memburuknya situasi lebih lanjut, Jepang menyerukan gencatan senjata segera antara Israel dan Hizbullah," kata Sekretaris Pers Kementerian Luar Negeri Toshihiro Kitamura pada Selasa (1/10/2024).
"Jepang mendesak semua pihak untuk segera mengambil semua tindakan guna mencegah jatuhnya korban sipil, mematuhi hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, dan sepenuhnya melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan, termasuk UNSCR 1701," sambungnya, dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Jepang.
1. Jepang kerahkan dua pesawat ASDF untuk evakuasi warganya di Lebanon
Pada saat yang sama, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, Tokyo sangat mendesak Israel-Hizbullah untuk menahan diri secara maksimal dan melakukan upaya tulus untuk penyelesaian diplomatik.
Sementara itu, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan dalam konferensi pers bahwa Jepang telah melakukan upaya untuk memastikan keselamatan sekitar 50 warga negaranya di Lebanon.
Pada Jumat, Kementerian Pertahanan Jepang memerintahkan Pasukan Bela Diri Udara (ASDF) untuk mengirim dua pesawat angkut C2 ke Yordania dan Yunani, guna mempersiapkan kemungkinan evakuasi warga negara Jepang di Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, Kyodo News melaporkan.
2. Israel melancarkan invasi darat pada 1 Oktober ke Lebanon

Dalam kebijakan luar negerinya, Negeri Sakura menerapkan 'diplomasi berimbang' antara negara-negara Arab dan Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, sekutu keamanan utama Tokyo. Hal ini mengingat bahwa Jepang yang sangat bergantung pada Timur Tengah untuk minyak mentah.
Pada Selasa, militer Israel mengumumkan telah memulai invasi darat 'terbatas, terlokalisasi, dan tertarget' berdasarkan intelijen yang tepat terhadap target dan infrastruktur Hizbullah di Lebanon selatan, yang menandai invasi darat pertamanya ke Lebanon sejak tahun 2006.
"Target-target ini berlokasi di desa-desa yang dekat dengan perbatasan dan menimbulkan ancaman langsung terhadap komunitas Israel di Israel utara," demikian pernyataan militer Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
3. Serangan Israel ke Lebanon menewaskan 1.057 orang dan melukai 2.950 lainnya
Serangan terbaru Israel itu menyusul ledakan mematikan pada pager dan walkie-talkie, serta serangan udara besar-besaran oleh Israel dengan menargetkan Hizbullah di seluruh Lebanon pada 23 September. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, akibat serangan itu, lebih dari 1.057 orang terbunuh dan melukai lebih dari 2.950 lainnya.
Serangan udara Israel yang dilancarkan di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, telah menewaskan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Jumat.
Hizbullah-Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak meletusnya perang Israel di Gaza, yang dipicu oleh serangan mendadak Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Serangan Israel di wilayah kantong tersebut telah membunuh hampir 41.600 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.