Iran Eksekusi Pria yang Dituduh Jadi Mata-mata Israel

- Iran melakukan eksekusi terhadap Mohsen Langarneshin, dituduh mata-mata Mossad.
- Langarneshin dituduh terlibat dalam pembunuhan Kolonel Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Hassan Sayyad Khodaei.
- Keluarga dan kelompok hak asasi manusia menyatakan pengakuan Langarneshin diperoleh melalui penyiksaan atau ancaman.
Jakarta, IDN Times - Iran melaksanakan eksekusi terhadap Mohsen Langarneshin di penjara Ghezel Hesar pada Rabu (30/4/2025). Pria berusia 36 tahun ini dituduh menjadi mata-mata untuk Mossad, badan intelijen luar negeri Israel.
Melansir Iran International, Langarneshin dituduh terlibat dalam pembunuhan Kolonel Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Hassan Sayyad Khodaei yang terjadi pada Mei 2022. Khodaei tewas ditembak lima kali oleh dua pengendara sepeda motor saat berada di luar rumahnya di Teheran.
Menurut kantor berita resmi Iran IRNA, Langarneshin memberikan bantuan logistik dan teknis kepada Mossad selama dua tahun sejak 2020. Pihak berwenang Iran menyatakan memiliki bukti intelijen yang menghubungkan Langarneshin dengan operasi tersebut dan mengklaim bahwa dia telah mengaku bersalah.
1. Tuduhan terhadap Langarneshin
Otoritas Iran menyatakan Langarneshin terlibat langsung dalam pembunuhan Kolonel Khodaei. Dia diduga membeli sepeda motor untuk memantau pergerakan Khodaei, menyampaikan informasi kepada Mossad, dan berada di lokasi saat pembunuhan terjadi.
Selain itu, Langarneshin juga dituduh membantu serangan terhadap fasilitas industri di Isfahan yang terkait dengan Kementerian Pertahanan Iran. IRNA menyebutkan Langarneshin direkrut oleh Mossad pada 2020 dan pernah bertemu dengan petugas intelijen Israel di Georgia dan Nepal.
Pria tersebut diduga bertanggung jawab membeli peralatan untuk mendukung operasi agen Mossad di Iran. Dia juga dituduh menyewa rumah aman di beberapa provinsi Iran dan mengirimkan uang dari petugas Mossad ke kontak mereka di dalam negeri.
"Langarneshin mengaku bersalah selama semua tahap pemeriksaan, penuntutan, dan proses pengadilan setelah dihadapkan dengan bukti kasus yang lengkap. Setelah melalui prosedur hukum, Langarneshin dijatuhi hukuman mati, dan hukumannya dilaksanakan pagi ini," jelas IRNA, dikutip dari CBS.
2. Keluarga dan kelompok HAM bantah tuduhan
Keluarga Langarneshin dan kelompok hak asasi manusia menyatakan pria tersebut tidak bersalah. Mereka mengklaim pengakuannya diperoleh melalui penyiksaan atau ancaman. Sehari sebelum eksekusi, ibu Langarneshin memohon agar nyawa anaknya diselamatkan.
Pihak keluarga mengaku memiliki banyak bukti yang menunjukkan bahwa Langarneshin tidak bersalah, namun pengadilan menolak menerimanya. Ayah Langarneshin, Masoud, merilis video beberapa hari sebelum eksekusi. Ia menyatakan anaknya dihukum mati tanpa pengadilan yang adil.
Menurut laporan Human Rights Activists News Agency (HRANA), Langarneshin dipaksa mengikuti skenario yang telah disiapkan oleh interogator.
"Dia dijanjikan bahwa jika dia mengulangi apa yang diinginkan interogator di kamera, dia hanya akan menghadapi hukuman penjara. Pengakuan tersebut diperoleh di bawah tekanan dan paksaan. Dia dibawa ke lokasi tertentu dan dipaksa untuk menyampaikan naskah yang telah ditulis sebelumnya oleh interogator, yang kemudian direkam," ungkap seorang sumber sumber kepada HRANA.
3. Total 335 orang telah dieksekusi di Iran sejak awal 2025
Iran dan Israel telah terlibat dalam konflik bayangan selama beberapa dekade. Serangkaian pembunuhan dan sabotase telah menjadi bagian dari perseteruan kedua negara, terutama terkait program nuklir Iran.
Tuduhan terhadap Langarneshin bukan kasus pertama. Seorang pria lain dieksekusi pada Desember 2023 karena dinyatakan bersalah bekerja sama dengan Mossad. Sementara, empat orang lainnya dieksekusi pada 2022 atas tuduhan serupa, dilansir The Guardian.
Menurut kelompok hak asasi manusia, setidaknya 335 orang telah dieksekusi di Iran sejak awal tahun 2025, dengan lebih dari 900 eksekusi pada tahun 2024. Eksekusi terbaru ini terjadi di tengah pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran tentang program nuklir Teheran.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengumumkan bahwa putaran berikutnya dari negosiasi akan diadakan di Roma pada hari Sabtu (3/5/2025), setelah pembicaraan sebelumnya di Muscat, Oman pada 26 April.
"Putaran terakhir pembicaraan di Muscat sangat serius. Namun saya tetap sangat berhati-hati tentang kemungkinan keberhasilannya," kata Araghchi, dilansir Al Jazeera.