Israel Tidak Akan Hentikan Perang Sampai Warga Gaza Terusir

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich berjanji negaranya tidak akan menghentikan perang sampai ratusan ribu warga Jalur Gaza terusir dari wilayahnya. Pernyataan kontroversial ini disampaikan dalam pidato sebelum Hari Peringatan Israel di sebuah pertemuan di Eli Yeshiva, Tepi Barat pada Selasa (29/4/2025).
Menteri berhaluan kanan ini menilai tujuan tersebut bukan hanya kebijakan pemerintah, melainkan keinginan seluruh rakyat Israel. Menurutnya, Israel terpaksa melakukan operasi militer ini.
1. Tujuan operasi militer Israel
Smotrich mengatakan perang hanya akan berakhir setelah beberapa kondisi terpenuhi.
"Kami akan mengakhiri operasi militer ini ketika Suriah terpecah belah, Hizbullah terpukul keras, ancaman nuklir Iran hilang, Gaza bersih dari Hamas, dan ratusan ribu warga Gaza keluar menuju negara-negara lain. Sandera kami juga harus kembali, sebagian ke rumah mereka dan sebagian ke makam Israel. Negara Israel harus lebih kuat dan makmur," kata Smotrich, dilansir Times of Israel.
Smotrich mengakui masyarakat Israel akan terus berdebat soal berbagai isu kebijakan, perekrutan, identitas, dan ekonomi. Namun, menurutnya Israel harus satu suara soal penghancuran musuh.
Ia juga mengingatkan PM Benjamin Netanyahu agar tidak menyia-nyiakan momentum yang ada.
2. Ambisi Israel di Suriah dan Lebanon
Israel telah menduduki lima area strategis di Lebanon selatan setelah konflik dengan Hizbullah. Serangan terbaru Israel menyasar kawasan pemukiman di Beirut selatan pada Minggu (27/4/2025).
Presiden Lebanon Joseph Aoun meminta bantuan AS dan Prancis menghentikan serangan Israel.
"Serangan Israel yang terus-menerus terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Lebanon tidak dapat diterima dengan alasan apa pun," ujar Aoun, dilansir Middle East Eye.
Israel juga mengerahkan pasukan ke wilayah barat daya Suriah setelah pemerintahan Presiden Bashar al-Assad jatuh pada Desember lalu. Pasukan Israel menduduki zona penyangga PBB dan melakukan serangan udara secara rutin. Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa menyatakan terbuka pada normalisasi hubungan dengan Israel, namun khawatir terhadap rencana Israel memecah belah Suriah.
Israel sedang berupaya mendapatkan dukungan komunitas minoritas seperti Kurdi dan Druze di Suriah. Tel Aviv juga melobi AS agar mempertahankan lebih banyak pasukan mereka di barat laut Suriah.
3. Gaza masih mengalami blokade bantuan

Israel melarang bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sejak 2 Maret 2025. PBB melaporkan tidak ada bantuan kemanusiaan atau pasokan komersial yang masuk Gaza selama lebih dari tujuh minggu.
Putusnya aliran bantuan membuat Gaza berada di ambang kelaparan massal. Israel beralasan, blokade bantuan ini bertujuan untuk menekan Hamas.
Israel telah melanjutkan operasi militer di Gaza sejak Maret lalu setelah upaya gencatan senjata yang dimediasi AS gagal. Pemerintah Israel juga gencar melobi negara-negara lain agar bersedia menampung warga Gaza yang dipindahkan secara paksa.
Gagasan pemindahan paksa warga Gaza semakin menguat setelah Presiden AS Donald Trump mengusulkan rencana "Gaza Rivera" pada Februari 2025. Rencana tersebut meliputi pengambilalihan Gaza oleh AS dan pembangunan kawasan mewah di wilayah tersebut.