Jenderal Pasukan Khusus Chechnya Tewas saat Bantu Rusia Invasi Ukraina

Jakarta, IDN Times - Serangan tentara Ukraina dikabarkan telah membunuh Jenderal Pasukan Khusus Chechnya, Magomed Tushaev, saat menghancurkan konvoi 56 tank di Hostomel, Ukraina. Kematian tersebut dilaporkan oleh media The Kyiv dilansir dari Daily Mail UK.
Konvoi 56 tank dikabarkan hancur berkeping-keping akibat serangan udara Ukraina pada hari kedua pengerahan pasukan militer Chechnya. Kematian Magomed Tushaev diyakini akan menjadi pukulan telak bagi militer Chechnya, yang sedang membantu Rusia menginvasi Ukraina.
1. Magomed Tushaev tewas saat melakukan konvoi bersama 56 tank milik Chechnya
Magomed Tushaev merupakan jenderal pasukan elit kepala pemerintahan wilayah otonomi Chechnya Ramzan Kadyrov. Dia ditugaskan untuk membantu Rusia dalam melakukan invasi di Ukraina. Sebelumnya, Pimpinan Chechnya Ramzan Kadyrov mengerahkan pasukannya menuju Ukraina dengan dalih untuk mengurangi korban jiwa pada Sabtu (26/02/2022).
Ramzan juga menuduh Pemerintah Ukraina tak mau bernegosiasi dengan Rusia terkait konflik yang terjadi. Dia mempercayakan operasi militer Chechnya menuju Ukraina kepada Magomed Tushaev.
Namun, Tushaev turut menjadi korban saat militer Ukraina meluncurkan serangan udara terhadap 56 tank milik pasukannya Chechnya.
"Kolom pasukan khusus Rusia kalah di dekat Hostomel 'Kadyrovites', salah satunya Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov", ungkap The Kyiv Independent.
2. Pimpinan Republik Chechnya berjanji akan kuasai Kota Kiev
Kepala pemerintahan Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, sebelumnya berjanji akan menguasai ibu kota Ukraina. DIketahui terdapat puluhan ribu pasukan Chechnya yang siap bertempur untuk menguasai Ukraina.
Sekitar 12 ribu orang telah berkumpul di alun-alun ibu kota regional, Grozny, dan siap membantu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menaklukkan Ukraina. Sebelumnya, Kadyrov sempat membantu Putin untuk melakukan operasi militer di wilayah Suriah dan Georgia.
Kadyrov juga mendesak Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk meminta maaf kepada Putin, karena dirinya tidak mau bernegosiasi dengan Kremlin, dikutip dari BBC.
3. Rusia berusaha takuti Ukraina dengan citra kejam pasukan Chechnya
Menurut analisis Foreign Policy, Rusia berusaha memanfaatkan bantuan pasukan Chechnya untuk membuat Ukraina gentar. Selama ini, pasukan Chechnya dikenal sebagai pasukan yang brutal. Pengerahan pasukan Chechnya merupakan senjata psikologi bagi warga Ukraina, yang pastinya sudah sangat cemas akibat invasi yang dilayangkan Rusia sejak Kamis (24/02/2022).
Dalam dua dekade terakhir, hubungan sosial antara etnis Chechnya dengan Rusia tidak begitu baik. Sepanjang 1990-2009, berbagai konflik terjadi di wilayah tersebut, khususnya terkait perbedaan pandangan politik apakah Chechnya harus benar-benar melepaskan diri dari Rusia atau tidak.
Di sisi lain, Kadyrov sebagai pimpinan pemerintahan Chechnya telah memberlakukan tindakan kejam terhadap para golongan LGBTQ di wilayahnya. Para warganya yang diketahui LGBTQ ditahan dan beberapa ada yang tewas, dilansir NBC News.
Terlepas dari hal itu, tewasnya Magomed Tushaev telah menjadi pukulan tersendiri bagi pasukan Chechnya, mengingat dia adalah salah satu jenderal andalan Kadyrov. Sejauh ini, Kadyrov belum memberikan respons resmi terkait kematian jenderalnya itu.