Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapal China Masuki Senkaku di Tengah Polemik Taiwan dan Takaichi

ilustrasi kapal perang (pexels.com/Karina Badura)
ilustrasi kapal perang (pexels.com/Karina Badura)
Intinya sih...
  • Drone dan armada tempur China meningkatkan tekanan regional.
  • Pernyataan Takaichi dan respons diplomatik yang makin keras.
  • Taiwan di bawah ancaman China dan efeknya ke kawasan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Kapal Penjaga Pantai China bergerak di sekitar Kepulauan Senkaku yang dikuasai Jepang ketika hubungan kedua negara kembali memanas akibat ucapan Perdana Menteri (PM) Jepang, Sanae Takaichi, soal Taiwan. Armada itu menyusuri zona sengketa pada saat situasi di China ikut mengeras setelah Takaichi melontarkan pernyataan bernuansa nasionalis, termasuk klaim bahwa Tokyo bakal merespons secara militer bila China menyerbu Taiwan.

Ketegangan ini mendorong sorotan luas terhadap dinamika keamanan di jalur yang diperebutkan kedua negara tersebut. Pada Minggu (16/11/2025) pagi, penjaga pantai China melaporkan bahwa kapalnya sedang melaksanakan patroli penegakan hak di perairan Senkaku, wilayah yang dikelola Jepang tetapi juga diklaim Beijing sebagai kelompok pulau Diaoyu.

“Formasi kapal Penjaga Pantai China 1307 melakukan patroli di dalam perairan teritorial Kepulauan Diaoyu. Ini adalah operasi patroli yang sah yang dilakukan oleh Penjaga Pantai China untuk menegakkan hak dan kepentingannya,” bunyi pernyataan tersebut.

Penjaga Pantai Jepang selanjutnya melaporkan bahwa empat kapal China bersenjata terlihat melintasi kawasan sengketa. Kapal-kapal itu sempat memasuki perairan Jepang sebelum akhirnya meninggalkan lokasi, sehingga pengawasan kembali diperketat oleh otoritas Tokyo.

1. Drone dan armada tempur China meningkatkan tekanan regional

ilustrasi jet tempur (pexels.com/pexels.com/Emrah Aslantepe)
ilustrasi jet tempur (pexels.com/pexels.com/Emrah Aslantepe)

Dilansir dari The Guardian, China juga mengerahkan drone militernya melintasi wilayah terluar Jepang seiring meningkatnya ketegangan menyusul ucapan PM Jepang terkait Taiwan. Peta yang dirilis kementerian pertahanan menunjukkan hingga tiga drone bergerak di antara Taiwan dan gugus pulau Jepang di sisi timur laut, mendekati Yonaguni sebagai titik terdekat. Aktivitas militer semacam ini bukan hal baru, meski intensitas pergerakan drone biasanya lebih jarang, sekalipun kegiatan Beijing di zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan belakangan sedikit menurun.

Di Taiwan, Kementerian Pertahanan melaporkan bahwa pihaknya mendeteksi 30 pesawat tempur China, tujuh kapal perang, dan satu kapal resmi dalam 24 jam terakhir. Armada itu bergerak mengelilingi pulau, menciptakan pola tekanan baru dari Beijing. Pada malam sebelumnya, kementerian menyebut China kembali menggelar patroli tempur bersama untuk mengusik wilayah udara dan laut sekitar. Taiwan kemudian mengerahkan jet tempur dan kapal sendiri guna mengawasi setiap perkembangan yang muncul dari pergerakan itu.

2. Pernyataan Takaichi dan respons diplomatik yang makin keras

Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Takaichi menyampaikan di parlemen bahwa invasi China ke Taiwan yang demokratis bisa memicu respons militer dari Tokyo. Hubungan kedua negara memanas setelah ia menilai penggunaan kekuatan dalam sengketa Taiwan dapat dikategorikan sebagai situasi yang mengancam kelangsungan hidup, sebuah tolok ukur hukum yang memungkinkan Jepang mengambil tindakan. Beijing bereaksi keras atas ucapan tersebut dan meminta pernyataan itu dicabut, dilansir dari Bangkok Post.

Konjen China di Osaka kemudian menuturkan bahwa “kepala kotor yang menjulurkan diri harus dipotong,” pernyataan yang segera memicu protes diplomatik dari Tokyo. China lantas memanggil Duta Besar Jepang untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun dan mengeluarkan imbauan perjalanan, menyarankan warganya menunda kunjungan ke Jepang.

3. Taiwan di bawah ancaman China dan efeknya ke kawasan

ilustrasi bendera Taiwan
ilustrasi bendera Taiwan

China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya dan bertekad melakukan apa yang disebut penyatuan kembali, sembari tetap membuka opsi penggunaan kekuatan. Pemerintah serta masyarakat Taiwan menolak kemungkinan dikuasai China, memilih mempertahankan status quo tanpa deklarasi kemerdekaan tetapi bersiap menghadapi serangan bila diperlukan. Sikap ini menjadi dasar ketahanan mereka di tengah tekanan militer Beijing.

Dilansir dari Al Jazeera, pihak berwenang Taiwan menegaskan bahwa hanya penduduk pulau yang berhak menentukan arah masa depan mereka, sementara Beijing tak pernah mencabut ancaman penggunaan senjata untuk mengambil kendali. Taiwan memiliki sistem politik demokratis yang berkembang sejak menjadi tempat pengungsian pemimpin nasionalis Chiang Kai-shek setelah kekalahan dari pasukan komunis pada 1949. Pulau itu kini menjalankan pemerintahan sendiri dan menolak segala bentuk intimidasi dari China.

Tiga maskapai China mengumumkan bahwa tiket menuju Jepang bisa dibatalkan atau diganti tanpa biaya, menyusul imbauan perjalanan yang dikeluarkan Beijing. Menurut laporan Kyodo News, pemerintah China juga meminta warganya lebih berhati-hati mempertimbangkan studi di Jepang, dengan alasan keamanan yang tak pasti. Tokyo kemudian mendesak Beijing mengambil tindakan yang tepat, meski tanpa penjelasan lebih lanjut.

Pemimpin Jepang sebelumnya memilih ambiguitas strategis yang juga dianut sekutu utamanya, Amerika Serikat, dengan tak menyebut Taiwan secara terbuka dalam skenario serupa. Potensi invasi China dapat memicu konflik regional maupun global karena melibatkan AS dan negara sekutu lainnya, sementara Jepang berada hanya 110 km dari Taiwan. Hingga akhir bulan lalu, kapal China tercatat muncul sporadis di kawasan itu selama 27 hari sepanjang tahun, dengan kemunculan terakhir pada pertengahan Oktober, menurut data Penjaga Pantai Jepang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Tensi Meningkat, Jepang Terbitkan Peringatan bagi Warganya di China

19 Nov 2025, 03:02 WIBNews