Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taiwan Penjarakan Kapten Kapal China yang Rusak Kabel Bawah Laut

Ilustrasi penjara. (unsplash.com/Matthew Ansley)
Ilustrasi penjara. (unsplash.com/Matthew Ansley)
Intinya sih...
  • Biaya perbaikan kerusakan kabel sekitar Rp9,3 miliar
  • China membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut
  • Taiwan waspada terhadap ancaman sabotase kabel laut oleh China

Jakarta, IDN Times - Taiwan menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada seorang kapten kapal China karena merusak kabel telekomunikasi bawah laut. Laki-laki itu diidentifikasi dengan nama belakangnya Wang. Ia adalah kapten kapal Hong Tai 58 yang terdaftar di Togo.

"Kerusakan pada kabel yang menghubungkan Taiwan dengan Kepulauan Penghu sangat mengganggu operasi pemerintah dan masyarakat," kata putusan pengadilan Distrik Tainan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (12/6/2025), dikutip dari BBC.

Pengadilan menambahkan bahwa dampaknya sangat besar dan tindakan terdakwa harus dikutuk keras. Putusan tersebut juga menandai pertama kalinya Taiwan mendakwa seseorang atas insiden semacam itu.

1. Biaya perbaikan kerusakan kabel tersebut sekitar Rp9,3 miliar

Pengadilan mengatakan, Wang mengakui bahwa ia memerintahkan awak kapal untuk menjatuhkan jangkar. Namun, ia membantah bersalah telah merusak kabel. Menurutnya, ia hanya lalai dalam menjalankan tugasnya.

Pengadilan menemukan bahwa kapten telah membiarkan kapal kargo berkeliaran dan kabel putus karena tarikan jangkar. Akibatnya, Chunghwa Telecom Taiwan menderita kerugian lebih dari 17 juta dolar Taiwan (sekitar Rp9,3 miliar) dalam biaya perbaikan.

Tujuh awak kapal lainnya telah dideportasi, setelah jaksa memutuskan tidak cukup bukti terhadap mereka, The Straits Times melaporkan.

2. China membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut

Pihak berwenang Taiwan menduga, insiden yang terjadi pada Februari 2025 itu disengaja. Taipei menuding Beijing melakukan sabotase terhadap kabel-kabelnya. Pihaknya menggambarkan hal tersebut sebagai bagian dari taktik 'zona abu-abu' China, yakni tindakan pemaksaan yang tidak sampai menimbulkan konflik terbuka untuk menekan pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

Hukuman itu dijatuhkan setelah laporan dalam beberapa tahun terakhir terkait putusnya kabel bawah laut di sekitar Taiwan. Tercatat, antara 2019-2023, terdapat 36 kasus kabel bawah laut yang rusak akibat kekuatan eksternal.

Di sisi lain, Beijing membantah keterlibatannya. Ia menyebut insiden tersebut sebagai kecelakaan maritim biasa yang telah dibesar-besarkan oleh otoritas Taiwan.

Taiwan pun telah mengintensifkan pemantauan kapal-kapal yang terhubung ke China, terutama yang menggunakan bendera kenegaraan untuk menjaga infrastruktur penting.

3. Taiwan waspada terhadap ancaman sabotase kabel laut oleh China

Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Roméo A.)
Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Roméo A.)

Menteri dewan urusan kelautan Taiwan, Kuan Bi-ling, mengatakan Hong Tai 58 termasuk di antara 52 kapal yang dipantau negaranya karena aktivitas mencurigakan.

Pada Januari, Taipei menuduh sebuah kapal milik Negeri Tirai Bambu merusak kabel bawah laut di dekat pantai utaranya. Namun, klaim tersebut dibantah oleh pemilik kapal.

Menurut Komite Perlindungan Kabel Internasional, diperkirakan 150-200 kesalahan terjadi pada sistem kabel bawah laut dunia setiap tahun. Kabel bawah laut, kabel berisolasi yang diletakkan di dasar laut, membawa hampir seluruh lalu lintas internet di dunia.

Sementara, Taiwan memiliki 10 kabel bawah laut domestik dan 14 kabel bawah laut internasional.

Selama setahun terakhir, ketegangan meningkat antara Taipei-Beijing. Presiden Taiwan William Lai telah mengambil sikap keras terhadap China dan menyebutnya sebagai kekuatan asing yang bermusuhan. Sementara, Beijing kerap mengadakan latihan rutin di sekitar Taiwan, guna mensimulasikan blokade terhadap pulau tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us