Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kazakhstan Memanas, Kepala BIN Ditangkap atas Tuduhan Pengkhianatan

Mantan Kepala BIN Kazakhstan, Karim Masimov (Twitter/KarimMassimov_E)
Mantan Kepala BIN Kazakhstan, Karim Masimov (Twitter/KarimMassimov_E)

Jakarta, IDN Times - Mantan kepala badan intelijen sekaligus mantan Perdana Menteri Kazakhstan, Karim Masimov, ditahan atas tuduhan pengkhianatan tingkat tinggi, setelah dipecat di tengah demonstrasi yang berujung aksi kekerasan di negara itu.  

Komite Keamanan Nasional (KNB) melaporkan, Masimov yang ditahan pada Kamis (6/1/2022), merupakan sekutu dekat Presiden pendiri Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev.

“Pada 6 Januari, KNB meluncurkan penyelidikan pra-persidangan terhadap pengkhianatan tingkat tinggi. Pada hari yang sama, atas dugaan melakukan kejahatan ini, Masimov ditahan dan ditempatkan di pusat penahanan sementara, bersama dengan yang lainnya,” demikian pernyataan KNB dikutip dari Al Jazeera.

Sayangnya, KNB tidak merinci pengkhianatan apa yang dilakukan Masimov. Sebagai informasi, KNB merupakan badan yang bertanggung jawab atas kontra intelijen, layanan penjaga perbatasan, dan kegiatan anti-teror.

1. Pemerintah Kazakhstan ingin menghabisi sisa rezim Nazarbayev

Mantan Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev. (Instagram.com/nursultan.nazarbayev)
Mantan Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev. (Instagram.com/nursultan.nazarbayev)

Kepala analisis di Prism Political Risk Management, Ben Goodwin, menyebut Masimov sebagai otak dari pemerintahan pada rezim Nursultan Nazarbayev.

“Pengumuman publik tentang penangkapan Masimov menunjukkan bahwa Presiden Kassym-Jomart Tokayev bergerak sangat berani, dengan cara yang sama sekali tidak diantisipasi oleh kebanyakan orang, untuk membongkar sisa-sisa rezim Nazarbayev yang sangat kuat,” kata Goodwin.  

“Penangkapannya adalah tanda bahwa tidak hanya ada pemecatan sebagai akibat dari protes ini, tetapi sebenarnya, sekutu dan keluarga Nursultan Nazarbayev juga sedang dipindahkan dari kekuasaan,” imbuh dia.

2. Sekitar 26 demonstran dan 18 aparat tewas dalam kerusuhan di Kazakhstan

Pasukan terlihat di bandara internasional Almaty menyusul protes anti-pemerintah yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, di Almaty, Kazakhstan, Kamis, 6 Januari 2022. (ANTARA FOTO/REUTERS/Pavel Mikheyev/)
Pasukan terlihat di bandara internasional Almaty menyusul protes anti-pemerintah yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, di Almaty, Kazakhstan, Kamis, 6 Januari 2022. (ANTARA FOTO/REUTERS/Pavel Mikheyev/)

Demonstrasi akbar di Kazakhstan bermula dari penentangan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kemudian, unjuk rasa meluas menjadi gerakan perlawanan terhadap pemerintah dan Nazarbayev, sosok yang berkuasa di Kazakhstan hampir 30 tahun.

Pemerintah Kazakhstan melaporkan, bentrokan menyebabkan 26 demonstran dan 18 aparat tewas. Lebih dari 4.400 orang telah ditangkap hingga Sabtu, 8 Januari 2022.

Hampir seluruh bangunan di Kazakhstan dirampok dan dibakar. Pada Jumat, 7 Januari 2022, Presiden Tokayev memerintahkan aparat menembak demonstran demi meredam pemberontakan.

Di tengah kerusuhan, beredar kabar Nazarbayev telah meninggalkan negerinya. Namun, pada Sabtu dia menepis spekulasi itu dan memastikan dia masih berada di Nur-Sultan, ibu kota yang dibangun khusus dengan menyandang namanya.

3. AS menentang keputusan Rusia untuk mengirim pasukan ke Kazakhstan

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken. (Twitter.com/SecBlinken)
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken. (Twitter.com/SecBlinken)

Pemerintah mengabarkan ketegangan di Kazakhstan sempat mereda. Namun, operasi untuk membersihkan kota dari ‘teroris dan bandit’ masih berlangsung dan warga disarankan tetap tinggal di rumah, kata wakil wali kota Nur-Sultan.  

Rusia telah mengirim pasukan ke Kazakhstan untuk membantu pemulihan stabilitas. Bahkan, Rusia siap menggerakkan negara-negara yang tergabung dalam Collective Security Treat Organization (CSTO) untuk mengirim pasukan keamanan ke Kazakhstan.

Amerika Serikat (AS) menentang keputusan Rusia dan mengkhawatirkan misi yang semula direncanakan dalam beberapa hari atau minggu, dapat berubah menjadi lebih lama.

“Satu pelajaran dari sejarah baru-baru ini adalah bahwa begitu orang Rusia berada di rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us