Kecam Blokade Bantuan Gaza, Arab Saudi: Pemerasan Israel!

- Arab Saudi mengecam Israel yang memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai pemerasan dan hukuman kolektif.
- Hamas menanggapi penangguhan bantuan tersebut sebagai "pemerasan murahan" dan mendesak tekanan global untuk menghentikan tindakan Israel.
- Israel menghentikan pengiriman bantuan hanya beberapa jam setelah gencatan senjata pertama berakhir, menunda negosiasi fase kedua, dan ingin memperpanjang fase pertukaran sandera tanpa komitmen.
Jakarta, IDN Times - Arab Saudi mengecam keputusan Israel memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza. Mereka menegaskan, langkah Israel tersebut sebagai pemerasan dan bentuk hukuman kolektif.
Menurut Arab Saudi, Israel sudah secara terang-terangan melanggar hukum internasional. Hal ini terjadi setelah keputusan Israel menghentikan pengiriman bantuan hanya beberapa jam setelah fase pertama gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Tel Aviv berakhir.
Sementara, Israel menghalangi negosiasi untuk fase kedua.
"Kerajaan mengutuk dan mengecam keputusan pemerintah pendudukan Israel untuk menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, menggunakannya sebagai alat pemerasan dan hukuman kolektif," kata kerajaan itu dalam pernyataan, dikutip Anadolu, Senin (3/3/2025).
1. Pemerasan murahan oleh Israel

Sementara itu, Hamas menanggapi penangguhan bantuan tersebut. Menurut kelompok pejuang Palestina itu, tindakan Israel seperti "pemerasan murahan."
"Israel melakukan pemerasan murahan, kejahatan perang, dan kudeta terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata," kata Hamas.
Kelompok itu mendesak para mediator dan masyarakat global menekan Israel untuk menghentikan tindakannya.
"Hentikan tindakan hukuman dan tidak bermoral Israel terhadap lebih dari dua juta orang di Gaza," beber mereka menegaskan.
2. Gencatan senjata fase pertama berakhir 28 Februari

Gencatan senjata fase pertama sebenarnya sudah berakhir pada 28 Februari lalu. Gencatan ini termasuk dengan pemulangan sandera Israel.
Untuk gencatan senjata fase dua, sebenarnya akan berujung pada kesepakatan menghentikan perang. Namun, Israel menundanya.
Israel menginginkan Hamas melanjutkan gencatan senjata fase pertama hingga semua sandera Israel dibebaskan. Namun, mereka tidak berniat menghentikan perang, dengan menunda pembahasan fase kedua.
Netanyahu telah berupaya memperpanjang fase pertukaran awal untuk mengamankan pembebasan sebanyak mungkin tawanan Israel, tanpa menawarkan imbalan apapun atau memenuhi kewajiban militer dan kemanusiaan dari perjanjian tersebut.
3. Hamas menolak perpanjangan gencatan senjata fase satu

Karena tidak adanya komitmen dari Israel, Hamas menolak perpanjangan gencatan senjata fase pertama. Mereka ingin agar langsung pembahasan ke fase kedua.
"Fase kedua akan mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza dan penghentian total perang," tulis laporan Anadolu.
Perjanjian gencatan senjata telah menghentikan perang genosida Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 48.380 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong tersebut.