Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kepala Media Hizbullah Terbunuh dalam Serangan Israel di Beirut

Jet tempur Israel yang beroperasi di Lebanon. (instagram.com/@israeliairforce)
Intinya sih...
  • Kepala Media Hizbullah, Mohammad Afif, tewas dalam serangan Israel di Beirut
  • Ambulans terdengar bergegas dan senjata ditembakkan untuk mencegah orang banyak mendekat
  • Militer Israel belum memberikan keterangan terkait serangan tersebut

Jakarta, IDN Times – Kepala Media Hizbullah, Mohammad Afif, dilaporkan tewas dalam sebuah serangan Israel di wilayah pusat Kota Beirut, Lebanon, pada Minggu (17/11/2024). Serangan tersebut menghantam kawasan Ras Al-Nabaa, salah satu wilayah pengungsian warga Lebanon dari selatan.

“Sebuah gedung yang menampung kantor Partai Ba'ath telah diserang, dan ketua partai di Lebanon, Ali Hijazi, mengatakan kepada lembaga penyiaran Lebanon Al-Jadeed bahwa Afif berada di gedung tersebut,” lapor Reuters mengutip sebuah sumber keamanan.

Di tempat kejadian, ambulans terdengar bergegas dan senjata ditembakkan untuk mencegah orang banyak mendekat. Rekaman video juga menunjukkan sebuah gedung yang lantai atasnya runtuh setelah serangan.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan, serangan itu telah menewaskan satu orang dan melukai tiga orang.

1. Afif merupakan penasihat media Hassan Nasrallah

Bendera Hizbullah Lebanon (twitter.com/Jewish Community)

Afif adalah penasihat media bagi sekretaris jenderal Hizbullah yang lama, Hassan Nasrallah. Ia mengelola stasiun televisi Al-Manar milik Hizbullah selama beberapa tahun sebelum akhirnya mengambil alih kantor media kelompok tersebut.

Sebelum meninggal, Afif menyelenggarakan beberapa konferensi pers untuk wartawan di tengah reruntuhan di pinggiran selatan Beirut. Dalam komentar terbarunya kepada wartawan pada 11 November 2024, ia mengatakan pasukan Israel tidak mampu menguasai wilayah mana pun di Lebanon, dan bahwa Hizbullah memiliki cukup senjata dan perlengkapan untuk berperang dalam waktu lama.

2. Eskalasi konflik semakin meningkat

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant (kiri), bersama Kepala IDF, Herzi Halevi (tengah), saat operasi penargetan Pemimpin Tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah. (instagram.com/israeliairforce)

Militer Israel belum memberikan keterangan terkait serangan tersebut. Israel juga jarang menyasar personel Hizbullah yang tak memiliki peran yang jelas dalam perang.

Eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah belakangan semakin menegang. Pada Minggu, militer Lebanon mengungkap bahwa Israel melakukan serangan secara langsung ke arah fasilitas militer mereka.

"Israel secara langsung menargetkan pusat militer di daerah Hasbaya, yang menyebabkan kematian salah satu tentara dan melukai tiga lainnya, salah satunya dalam kondisi kritis," kata militer, dilansir Al Arabiya.

Sebuah pernyataan terpisah setelah insiden itu mengatakan bahwa seorang tentara lainnya telah meninggal karena luka-lukanya. Tembakan Israel telah menewaskan puluhan lebih tentara Lebanon sejak perang habis-habisan antara Israel dan kelompok Hizbullah sejak September tahun ini.

3. Angan-angan gencatan senjata

Menhan Israel, Israel Katz, saat mengadakan pertemuan pertama dengan Kepala Staf IDF, Herzi Halevi. Foto diunggah pada 12 November 2024. (x.com/@Israel_katz)

Pada Kamis (14/11/2024), Menteri Energi Israel, Eli Cohen, mengatakan bahwa pihaknya kini siap untuk bernegosiasi dengan Hizbullah. Menurutnya, kesepakatan itu semakin dekat untuk diwujudkan.

"Saya pikir kita berada pada titik di mana kita lebih dekat dengan kesepakatan daripada sejak dimulainya perang," kata Cohen.

Namun, beberapa pakar telah meragukan rencana gencatan senjata tersebut. Mohanad Hage Ali, seorang peneliti senior di Carnegie Middle East Center di Beirut, menyebut Israel hanya berpura-pura untuk mengadakan gencatan senjata dengan Hizbullah.

“Israel mengeluarkan pernyataan ini untuk mencoba menyalahkan Hizbullah,” kata Ali, dilansir Al Jazeera, Kamis (14/11/2024).

Menurutnya, Israel telah melakukan hal serupa di Gaza, di mana ia berpura-pura untuk mengajukan gencatan senjata namun tak kunjung disepakati selama lebih dari setahun konflik. Setiap kali kesepakatan hampir tercapai, Israel akan mengubah persyaratannya. Kondisi ini membuat gencatan senjata di Lebanon hanya akan menjadi angan-angan semata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us