Kim Jong Un Ubah Konstitusi Korut, Tetapkan Korsel sebagai Musuh

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, menegaskan negaranya menolak rekonsiliasi dengan Korea Selatan (Korsel). Kim menyerukan perubahan konstitusi untuk menetapkan Seoul sebagai musuh utama negara tersebut.
Di majelis tertinggi rakyat, Kim mengatakan bahwa dia tidak lagi percaya dengan konsep unifikasi. Majelis mengatakan kedua negara sedang terjebak dalam konfrontasi akut dan akan menjadi kesalahan serius jika Korut menganggap Korsel sebagai mitra diplomasi.
Kim menilai, mustahil bagi Pyongyang untuk melakukan rekonsiliasi dan reunifikasi secara damai dengan Seoul.
"Ini adalah kesimpulan akhir yang diambil dari sejarah pahit hubungan antar-Korea bahwa kita tidak bisa menempuh jalan pemulihan nasional dan reunifikasi bersama-sama," ujar Kim, dikutip dari Associated Press.
1. Lembaga-lembaga urusan reunifikasi dihapus

Korut juga akan menghapuskan lembaga-lembaga penting pemerintah yang ditugaskan mengelola hubungan dengan Korsel dalam keputusan yang diambil pada pertemuan parlemen negara itu pada Senin (15/1/2023).
Dilansir The Guardian, negara itu akan menutup tiga lembaga yang mengawasi unifikasi dan pariwisata antar-Korea, antara lain Komite Reunifikasi Damai, Biro Kerja Sama Ekonomi Nasional, dan Administrasi Pariwisata Internasional Gunung Kumgang.
Selain itu, Kim juga memerintahkan penghapusan simbol-simbol rekonsiliasi antar-Korea di masa lalu, untuk sepenuhnya menghilangkan konsep-konsep reunifikasi, rekonsiliasi, dan saudara sebangsa dari sejarah nasional Korut.
Kim juga secara khusus menuntut pemotongan jalur kereta api lintas batas dan merobohkan sebuah monumen di Pyongyang yang dibangun untuk menghormati upaya reunifikasi.
2. Korut sebut tidak akan hindari terjadinya perang
Langkah Korut untuk menghentikan upaya unifikasi terjadi di tengah meningkatnya ketegangan, yang diwarnai dengan laju pengembangan senjata Pyongyang dan latihan militer Korsel-AS yang semakin intensif.
Kim menyalahkan Seoul dan Washington yang meningkatkan ketegangan di kawasan, dengan memperluas latihan militer gabungan, pengerahan aset militer strategis AS, dan kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang yang telah mengubah Semenanjung Korea menjadi zona risiko perang yang berbahaya.
Dalam pertemuan parlemen, Kim menegaskan bahwa pihaknya tidak berniat untuk memulai perang secara sepihak. Namun, secara bersamaan Kim juga tidak berniat untuk menghindari perang. Kim menyebut konflik nuklir di kawasan akan menghancurkan Korsel, serta membawa bencana dan kekalahan yang tak terbayangkan bagi AS.
Mengutip Reuters, pemimpin Pyongyang itu menambahkan, pihaknya juga harus berencana untuk menduduki, menundukkan, dan merebut kembali Seoul sepenuhnya jika terjadi perang.
3. Korsel kecam pernyataan Kim, sebut Seoul negara yang bermusuhan

Pernyataan yang dilontarkan Kim langsung mendapat kecaman dari Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol, yang menuduh Pyongyang sebagai anti-nasional, dengan menyebut Seoul sebagai negara yang bermusuhan.
Yoon juga mengecam peluncuran rudal dan latihan tembak Korut baru-baru ini di dekat perbatasan laut kedua negara. Dia mengatakan pihaknya mempertahankan kesiapan pertahanan yang kuat dan akan menghukum Pyongyang berkali-kali lipat jika mereka melakukan provokasi.
"Taktik perdamaian palsu (Korut) yang mengancam kita untuk memilih antara perang dan perdamaian tidak lagi berhasil," kata Yoon.