Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kim Yo Jong Ancam Korsel soal Dugaan Drone Korsel di Korut

InterKorea Summit 2 Mei 2018, pertemuan antara Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dan Kim Yo-jong (Cheongwadae / Blue House, KOGL Type 1, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Kim Yo Jong mengancam Pyongyang akan membalas jika drone Korsel terdeteksi lagi di wilayah udaranya.
  • Kementerian luar negeri Korea Utara klaim drone Korsel terbang di atas Pyongyang dan menyebarkan selebaran propaganda anti-Korea Utara.
  • Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan semakin meningkat akibat uji coba misil dan kampanye perang psikologis ala Perang Dingin.

Jakarta, IDN Times - Saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong menegaskan bahwa Pyongyang akan membalas jika drone Korea Selatan kembali ditemukan di wilayah udaranya.

Kim Yo Jong mengeluarkan pernyataan melalui Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola negara pada hari Sabtu (12/10).

1. Kim Yo Jong menuduh Korea Selatan membuat "alasan kekanak-kanakan"

Moon Jae-in (tengah), Kim Yo-jong (kiri), dan Kim Yong-nam (kanan) (Kim Jinseok (Official photographer of Republic of Korea), Blue House (Republic of Korea), KOGL Type 1, via Wikimedia Commons)

Melansir NHK World Japan, kementerian luar negeri Korea Utara mengklaim sehari sebelumnya bahwa drone Korea Selatan terbang di atas Pyongyang dan menyebarkan selebaran propaganda awal bulan ini. 

Kim Yo Jong menuduh Korea Selatan membuat "alasan kekanak-kanakan" dan menyatakan bahwa meskipun drone tersebut diterbangkan oleh organisasi non-pemerintah, "penyusupan" tersebut dilakukan dengan "keterlibatan" militer Korea Selatan.

Pernyataan Kim Yo Jong muncul sehari setelah Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengklaim bahwa drone Korea Selatan yang membawa selebaran propaganda anti-Korea Utara terdeteksi di langit malam di atas Pyongyang pada 3 Oktober, serta pada hari Rabu dan Kamis minggu ini.

Kementerian tersebut mengatakan bahwa pasukan Korea Utara akan mempersiapkan "segala sarana serangan" yang mampu menghancurkan sisi selatan perbatasan dan militer Korea Selatan, serta akan merespons tanpa peringatan jika drone Korea Selatan kembali terdeteksi di wilayahnya.

Dia memperingatkan bahwa jika drone Korea Selatan terdeteksi lagi di atas ibu kota negaranya, hal itu akan menyebabkan "bencana mengerikan."

2. Menteri pertahanan Korea Selatan awalnya membantah tuduhan tersebut, namun militer Korea Selatan kemudian mengubah responsnya

Latihan gabungan antara militer Korea Selatan dan Amerika Serikat pada tahun 2013 (2013 Ssangyong Exercises) ( 대한민국 국군 Republic of Korea Armed Forces, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Menteri pertahanan Korea Selatan awalnya membantah tuduhan tersebut, namun militer Korea Selatan kemudian mengubah responsnya dengan mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasi apakah klaim Korea Utara itu benar atau tidak.

Dilansir ABC News, dalam pernyataan yang diterbitkan melalui media negara, Kim Yo Jong, yang berperan sebagai salah satu pejabat kebijakan luar negeri utama kakaknya, mengatakan bahwa pernyataan samar dari militer Korea Selatan seharusnya dianggap sebagai bukti bahwa mereka adalah "pelaku utama atau kaki tangan dalam insiden ini."

"Jika militer hanya diam ketika warganya sendiri menggunakan drone, sebuah alat militer multi-guna yang diakui secara luas, untuk melanggar kedaulatan negara lain, sehingga meningkatkan risiko konflik bersenjata dengan pihak yang berpotensi menjadi musuh, ini akan sama dengan pembiaran dan kolusi yang disengaja," katanya.

"Ketika drone Korea Selatan kembali ditemukan di langit di atas ibu kota kami, bencana yang mengerikan pasti akan terjadi. Saya pribadi berharap hal itu tidak terjadi."

Militer Korea Selatan telah mendesak pihak Korea Utara untuk menahan diri dalam masalah ini, memperingatkan bahwa mereka akan merespons dengan tegas jika keselamatan orang-orang terancam.

3. Ketegangan antara Korea saat ini berada pada titik terburuk dalam beberapa tahun terakhir

Lapangan Kim Il-sung dan di seberang Sungai Taedong, Menara Juche - Pyongyang. ( Xiehechaotian, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Ketegangan antara Korea saat ini berada pada titik terburuk dalam beberapa tahun terakhir karena semakin intensnya uji coba misil Korea Utara dan latihan militer gabungan Korea Selatan dengan Amerika Serikat dalam aksi saling balas. Permusuhan ini diperburuk oleh kampanye perang psikologis ala Perang Dingin antara kedua Korea dalam beberapa bulan terakhir.

Sejak Mei, Korea Utara telah mengirim ribuan balon yang membawa sampah kertas, plastik, dan limbah lainnya untuk dijatuhkan di Korea Selatan, yang digambarkan sebagai pembalasan terhadap aktivis sipil Korea Selatan yang menerbangkan balon dengan selebaran propaganda anti-Korea Utara melintasi perbatasan.

Militer Korea Selatan merespons kampanye balon Korea Utara dengan menggunakan pengeras suara di perbatasan untuk menyiarkan propaganda dan lagu KPop ke Korea Utara.

Korea Utara sangat sensitif terhadap kritik luar terhadap pemerintah otoriter yang dipimpin oleh Kim Jong Un dan kekuasaan dinasti keluarganya.

Pejabat Korea Selatan telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Korea Utara mungkin berupaya meningkatkan tekanan pada Seoul dan Washington menjelang pemilihan presiden AS pada bulan November. Para ahli mengatakan bahwa tujuan jangka panjang Kim Jong Un adalah memaksa Washington untuk menerima Korea Utara sebagai kekuatan nuklir dan menegosiasikan konsesi keamanan serta ekonomi dari posisi yang kuat.

Dalam jawaban tertulis untuk pertanyaan dari The Associated Press bulan ini, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa Korea Utara kemungkinan sedang mempersiapkan provokasi besar menjelang pemilihan AS, kemungkinan termasuk uji coba ledakan perangkat nuklir atau uji terbang misil balistik antarbenua, untuk menarik perhatian Washington.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tamara Rangkuti
EditorTamara Rangkuti
Follow Us