Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Konvoi Kapal Bawa 332 Ton Bantuan Kemanusiaan Berlayar Menuju Gaza

Ilustrasi kapal kargo. (Unsplash.com/Ian Taylor)

Jakarta, IDN Times - Konvoi kapal yang membawa 332 ton bantuan makanan untuk Gaza telah meninggalkan pelabuhan Larnaca di Siprus pada Sabtu (30/3/2024). Bantuan terbaru itu adalah pengiriman kedua melalui Siprus setelah Israel melonggarkan blokade laut selama 17 tahun di Jalur Gaza.

Pengiriman diorganisir badan amal World Central Kitchen (WCK) yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan Open Arms Spanyol. Bantuan cukup untuk menyiapkan lebih dari 1 juta makanan. Di kapal tersebut juga terdapat kurma, yang secara tradisional dikonsumsi untuk berbuka puasa selama bulan suci Ramadan.

Distribusi bantuan itu sebagai respons atas perang di Gaza, yang melibatkan Israel dan Hamas. Konflik yang meletus sejak 7 Oktober ini telah menewaskan 1.200 orang Israel dan menyandera sekitar 250 lainnya, sementara warga Palestina yang terbunuh mencapai 32.705 orang.

1. Pengiriman bantuan sebelumnya bawa 200 ton makanan

Ilustrasi kapal kargo. (Unsplash.com/Dominik Lückmann)

Dilansir Reuters, bantuan tersebut dibawa ke Gaza dengan kapal kargo dan tongkang yang ditarik oleh kapal penyelamat, bersama dengan kapal tunda yang membawa tim pendukung. Kapal-kapal itu diperkirakan akan memakan waktu perjalanan sekitar 60 jam untuk tiba di Palestina.

Pihak berwenang Siprus, yang bekerja sama dengan Israel, telah membangun koridor maritim untuk memfasilitasi kargo yang telah disaring dan tiba langsung di Gaza.

Di pengiriman pertama pada awal Maret, mereka membangun dermaga darurat dari puing-puing untuk mengangkut hampir 200 ton makanan. Konvoi terbaru mencakup dua forklift dan satu derek untuk membantu pengiriman dari laut di masa depan, serta satu tim untuk mengoperasikan derek tersebut.

AS secara terpisah berencana membangun dermaga terapung di lepas pantai Gaza untuk menerima bantuan. Presiden Siprus Nikos Christodoulides mengatakan, pembangunan pelabuhan itu ditargetkan selesai pada 1 Mei, tapi dapat selesai lebih awal sekitar sekitar 15 April.

2. PBB peringatkan ancaman kelaparan di Gaza

Ilustrasi bendera PBB. (Pixabay.com/padrinan)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi di Jalur Gaza utara. Di wilayah itu ada sekitar 300 ribu orang terjebak akibat pertempuran. Lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa akan menghadapi kelaparan pada bulan Juli.

Badan-badan bantuan mendesak agar Israel mengizinkan lebih banyak bantuan datang melalui darat. Hal itu karena pengiriman melalui laut tidak dapat memenuhi kebutuhan.

Para pejabat PBB menuduh Israel memblokir pasokan kemanusiaan ke Gaza. Para pejabat Israel menolak tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa pengiriman bantuan setelah berada di wilayah tersebut adalah tanggung jawab PBB dan kelompok kemanusiaan.

3. Pembicaraan gencatan senjata kembali dilakukan

Dilansir Assocaited Press, media Mesir mengatakan perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dilanjutkan kembali pada Minggu. Sebelumnya, gencatan senjata sempat tercapai, tapi hanya berlangsung selama seminggu.

Pada Sabtu, beberapa warga Israel kembali berunjuk rasa untuk menunjukkan rasa frustrasi terhadap pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mendesaknya untuk mengundurkan diri. Keluarga dari para sandera yang ditahan Hamas bersumpah akan turun ke jalan di seluruh Israel.

“Beri tim perundingan mandat yang luas dan katakan kepada mereka, Jangan pulang tanpa kesepakatan, bawa kembali orang-orang yang kita cintai,” kata Raz Ben Ami, istri sandera Ohad Ben Ami.

Militer Israel mengatakan, pihaknya akan terus menyerang puluhan sasaran di Gaza, meski beberapa hari sebelumnya Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata. 

Israel mengatakan setelah perang berakhir, pihaknya akan mempertahankan kontrol keamanan terbuka atas Gaza dan bermitra dengan warga Palestina yang tidak berafiliasi dengan Otoritas Palestina atau Hamas.

Hamas memperingatkan warga Palestina di Gaza untuk tidak bekerja sama dengan Israel dalam mengelola wilayah tersebut, dan mengatakan siapa pun yang melakukan hal tersebut akan diperlakukan sebagai kolaborator yang dianggap sebagai ancaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us