Korut dan Rusia Kerja Sama Kembangkan Drone Militer

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) dan Rusia, pada Minggu (9/2/2025), memulai proyek pengembangan drone militer. Kerja sama ini menjadi bukti penguatan hubungan kedua negara di sektor pertahanan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Agustus 2024, Rusia dan Korut sudah menyetujui perjanjian pertahanan dan saling membantu jika salah satu diserang. Belakangan ini, Korut diduga sudah mengirimkan tentara dan misil untuk membantu Rusia dalam melancarkan agresinya di Ukraina.
1. Rusia enggan bantu pengembangan senjata nuklir Korut

Melansir dari NHK, Korut kemungkinan akan memulai produksi drone secara massal pada tahun ini. Negara Asia Timur itu akan mendapatkan bantuan dari Rusia dalam proses pengembangan drone militer.
Bantuan tersebut sesuai dari kesepakatan kedua negara terkait bidang teknis pengembangan dan produksi massal beberapa tipe drone. Selain itu, langkah ini sebagai balasan atas pengiriman ribuan tentara Korut ke Rusia untuk membantu kepentingan perangnya di Ukraina.
Sementara itu, Rusia disebut menolak memberikan dukungan pengembangan senjata nuklir kepada Korut. Moskow mengkhawatirkan percobaan senjata nuklir Korut akan memperburuk relasi dengan Amerika Serikat (AS) dan negara tetangganya, termasuk China.
Pada November 2024, Pemimpin Korut Kim Jong un sudah mengumumkan rencana produksi massal drone penyerang. Ia mengklaim, drone Korut dapat digunakan untuk menyasar target di darat dan laut.
2. Zelenskyy sebut tentara Korut sudah kembali ke garis depan

Pada Jumat (7/2/2025), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa tentara Korut sudah kembali ke garis depan dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, tentara Korut diduga sudah ditarik setelah mengalami kekalahan besar.
"Terdapat serangan baru di Kursk Oblast. Tentara Rusia dan Korut sudah dibawa kembali ke medan perang. Pasukan musuh sudah dihancurkan. Maksud saya ratusan tentara Rusia dan Korut gugur dalam pertempuran," terangnya, dikutip The Moscow Times.
Institute for the Study of War (ISW) mengatakan bahwa tentara Ukraina sudah melancarkan serangan baru di beberapa wilayah. Mereka bahkan disebut mampu menembus hingga 5 km ke belakang garis pertahanan Rusia di Sudhza bagian selatan.
Ukraina disebut sudah mengadakan serangan ofensif menggunakan 40-50 kendaraan tempur. Mereka sukses memukul mundur Rusia dan merebut beberapa desa di Kursk Oblast dalam beberapa hari terakhir.
3. Klaim Rusia sudah membentuk aliansi dengan Iran dan Korut
Zelenskyy mengungkapkan bahwa Rusia sudah membentuk aliansi dengan Iran dan Korut yang dapat menjadi ancaman kepada AS. Ia menyebut, Moskow telah membawa kedua negara tersebut dalam perang di Ukraina.
"Untuk pertama kali dalam beberapa dekade, Rusia resmi membentuk aliansi dengan Iran dan Korut. Ya, mereka memiliki relasi sebelumnya dengan bertukar teknologi, senjata, dan sebagainya. Sekarang mereka secara aktif membawa kedua negara itu dalam peperangan. Iran menyuplai senjata dan Korut mengirimkan senjata dan tentara ke Rusia," tuturnya, dilansir Ukrinform.
Ia pun percaya bahwa aliansi antara Rusia, Korut, dan Iran sangat berbahaya dan ditujukan untuk melawan Ukraina dan negara-negara Barat. Zelenskyy menyebut, ketiga negara tersebut memiliki senjata nuklir dan tidak menginginkan perdamaian.
Ia meyakini, ketiga negara tersebut akan saling membantu dalam industri pertahanan yang berfungsi meningkatkan produksi senjata untuk berperang.