Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korut Diduga Bersiap Lanjutkan Uji Coba Rudal

Ilustrasi bendera Korea Utara.(unspalsh.com/Micha Brändli)
Intinya sih...
  • Korsel curiga Korut sedang siapkan uji coba rudal balistik antarbenua yang mengancam AS.
  • Korut akan tambah pasukan untuk berperang melawan Ukraina, yang menyebabkan korban dan tawanan.
  • Trump mengisyaratkan akan kembali berhubungan dengan Kim Jong Un, namun masih ada ketidaksepakatan terkait denuklirisasi.

Jakarta, IDN Times - Militer Korea Selatan (Korsel) mencurigai Korea Utara (Korut)  sedang melanjutkan persiapannya untuk melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang ditujukan dapat mencapai Amerika Serikat (AS). Hal itu disampaikan Kepala Staf Gabungan atau Joint Chiefs of Staff (JSC).

Mereka juga menduga Korea Utara (Korut) sedang bersiap mengirim pasukan lebih banyak ke Rusia untuk berperang melawan Ukraina.

"Karena sudah empat bulan berlalu sejak pengiriman pasukan untuk perang Rusia-Ukraina, dan banyaknya korban dan tawanan telah terjadi, (Korea Utara) diduga tengah mempercepat langkah-langkah tindak lanjut dan persiapan untuk pengiriman pasukan tambahan," kata Kepala Staf Gabungan (JCS) pada Jumat (24/1/2025), dikutip Reuters.

1. Tentara Korut disiplin dan terlatih

Dilansir NBC News, pada Oktober lalu, Korut telah memasok sejumlah besar artileri dan senjata konvensional lainnya ke Rusia. Korut juga mengirim sekitar 10 ribu hingga 12 ribu tentara ke Rusia pada bulan itu.

Tentara Korut terkenal disiplin dan terlatih. Namun, mereka kurang pengalaman tempur dan ketidaktahuan akan medan di perang Ukraina. Hal itu membuat mereka menjadi sasaran empuk serangan pesawat tak berawak dan artileri.

Badan mata-mata Korsel memperkirakan pada bulan ini sekitar 300 tentara Korut tewas di di medan perang Ukraina dan 2.700 tentara Korut lainnya terluka. Pada Januari 2025, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyebutkan jumlah warga Korut yang tewas atau terluka mencapai 4 ribu orang, meskipun angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan AS yakni sekitar 1.200 orang.

2. Donald Trump ingin hidupkan kembali hubungannya dengan Korut

Dilansir The Guardian, Presiden AS, Donald Trump mengisyaratkan akan menghidupkan kembali hubungannya dengan Presiden Korut, Kim Jong Un. Dalam masa jabatan pertamanya, Trump telah menemui Kim sebanyak tiga kali di Gedung Putih.

Trump menambahkan bahwa mantan Presiden AS, Barack Obama menyebut Korut sebagai ancman terbesar.

"(Obama) mengatakan Korea Utara adalah ancaman terbesar dan saya memecahkan masalah itu," kata Trump. "Dan saya cocok dengannya. Dia bukan seorang fanatik agama. Dia orang yang cerdas. Kim Jong-un orang yang cerdas," katanya.

Pada pertemuan puncak pertama Trump dan Kim pada Juni 2018 di Singapura, keduanya menandatangani perjanjian yang berkomitmen pada denuklirisasi penuh di semenanjung Korea. Trump memuji pertemuan tersebut sebagai sebuah keberhasilan.

Namun pada pertemuan puncak kedua pada Februari 2019 di Hanoi berakhir dengan kegagalan setelah kedua belah pihak tidak sepakat mengenai apa yang ditawarkan AS terhadap Korut sebagai keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembongkaran persenjataan nuklirnya.

Kemudian, mereka bertemu lagi di zona demiliterisasi yang memisahkan Korsel dan Korut pada Juni 2019. Pada pertemuan itu mereka sepakat untuk mengadakan pembicaraan tingkat kerja. Namun, negosiasi nuklir antara AS dan Korut belum diadakan lagi sejak akhir 2019.

3. Donald Trump sebut Korut sebagai negara nuklir

Pada konferensi politik besar bulan lalu, Kim berjanji akan menerapkan kebijakan anti AS. Namun, para pakar berpendapat bahwa Kim kemungkinan akan berunding dengan Trump jika presiden AS tersebut memberikan konsesi.

Di Korsel, muncul kekhawatiran bahwa Trump akan mengabaikan tujuan denuklirisasi penuh Korut dan berfokus pada penghapusan program rudal jarak jauh yang menjadi ancaman AS dan membiarkan kemampuan serang nuklir Korut terhadap Korea Selatan.

Pada Senin, Trump juga menyebut Korut sebagai negara nuklir, ia juga membanggakan hubungan pribandinya dengan Kim. Hal itu memicu kehebohan di Korsel sebab AS dan mitra-mitra mereka telah lama menghindari untuk menyebut Korut sebagai negara nuklir karena khawatir dianggap menerima upaya Korut untuk memiliki senjata nuklir yang melanggar Dewan Resolusi Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Saya sangat bersahabat dengannya. Dia menyukai saya. Saya menyukainya. Sekarang dia adalah negara berkekuatan nuklir. Namun, kami akur. Saya rasa dia akan senang melihat saya kembali,” Kata Trump.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us