Lebanon Bebaskan Putra Eks Pemimpin Libya Muammar Gaddafi

- Lebanon cabut larangan bepergian dan kurangi uang jaminan
- Gaddafi ditahan sejak 2015 atas tuduhan menyembunyikan informasi
- Nasib anggota keluarga Gaddafi lainnya setelah pemberontakan di Libya pada 2011
Jakarta, IDN Times - Hannibal Gaddafi, putra mendiang pemimpin Libya Muammar Gaddafi, dibebaskan dari penjara Lebanon pada Senin (10/11/2025) setelah 10 tahun ditahan atas tuduhan menyembunyikan informasi terkait hilangnya seorang ulama setempat. Pembebasan itu dilakukan setelah uang jaminan sebesar 900 ribu dolar AS (sekitar Rp15 miliar) dibayarkan.
“Jaminan telah dibayarkan pagi ini. Hannibal Gaddafi akhirnya akan bebas. Ini adalah akhir dari mimpi buruknya yang berlangsung selama 10 tahun,” kata salah satu pengacaranya dari Prancis, Laurent Bayon, dikutip dari The New Arab.
Ia menyebutkan bahwa kliennya akan meninggalkan Lebanon menuju tujuan rahasia, seraya menambahkan bahwa pria berusia 49 tahun itu masih memegang paspor Libya.
1. Lebanon juga cabut larangan bepergian terhadap Gaddafi

Pembebasan Gaddafi terjadi hanya beberapa hari setelah otoritas kehakiman Lebanon mencabut larangan bepergian dan mengurangi uang jaminan dari 11 juta dolar AS (sekitar Rp183 miliar) menjadi 900 ribu dolar AS, setelah tim pembelanya mengajukan banding
Dilansir dari CNN, para pejabat mengatakan bahwa uang jaminan tersebut dibayarkan oleh delegasi Libya. Mereka juga menyebutkan bahwa tim pembela Gaddafi telah menarik gugatan terhadap negara Lebanon yang mereka ajukan di Jenewa bulan lalu terkait penahanannya tanpa pengadilan.
Libya secara resmi meminta pembebasan Hannibal Gaddafi pada 2023, dengan alasan kondisi kesehatannya yang memburuk setelah ia melakukan mogok makan sebagai bentuk protes atas penahanannya.
2. Gaddafi telah ditahan sejak 2015

Gaddafi telah ditahan sejak 2015 setelah dituduh menyembunyikan informasi tentang nasib ulama Syiah Lebanon, Moussa al-Sadr, yang hilang di Libya bersama dua rekannya pada 1978. Gaddafi sendiri masih berusia 2 tahun saat peristiwa itu terjadi.
Sadr adalah pendiri gerakan Amal, yang kini menjadi sekutu kelompok Hizbullah. Beirut menuding penguasa Libya saat itu, Muammar Gaddafi, bertanggung jawab atas hilangnya Sadr dan dua rekannya. Hubungan kedua negara pun tegang sejak kejadian itu.
Setelah pemberontakan Libya yang menggulingkan dan menewaskan ayahnya, Gaddafi melarikan diri ke Suriah bersama istrinya yang berkewarganegaraan Lebanon dan anak-anaknya. Namun, pada Desember 2015, ia diculik dan dibawa ke Lebanon oleh kelompok bersenjata yang menuntut informasi tentang Sadr. Tak lama kemudian, pihak berwenang membebaskannya dari para penculik dan menahannya di penjara Beirut.
3. Nasib anggota keluarga Muammar Gaddafi lainnya

Muammar Gaddafi tewas dibunuh oleh pasukan oposisi dalam pemberontakan di Libya pada 2011, mengakhiri kekuasaannya selama 4 dekade atas negara di Afrika Utara itu. Ia memiliki delapan anak dari dua pernikahannya, dan sebagian besar dari mereka memegang peran penting dalam pemerintahannya.
Salah satu putranya, Muatassim, terbunuh bersamaan dengan saat sang pemimpin tersebut digulingkan dan dieksekusi. Dua putra lainnya, Saif al-Arab dan Khamis, juga tewas dalam pemberontakan.
Saif al-Islam, yang sempat digadang-gadang sebagai penerus ayahnya, telah menetap di Libya sejak dibebaskan dari penahanan pada 2017. Sementara itu, putra Gaddafi lainnya, Mohammed, dan putrinya, Aisha, kini tinggal di Oman. Adapun al-Saadi, mantan pemain sepak bola, dibebaskan dari penjara di Libya pada 2021 setelah sebelumnya ditahan usai dipulangkan dari Niger pada 2014. Ia diyakini tinggal di Turki.


















