Lebih dari 717 Jamaah Meninggal, Duka Masih Melanda Jamaat Haji

Ibadah Haji termasuk di dalam lima rukun utama umat Islam, dan bagi kaum Muslim yang mampu secara materi maupun fisik, diwajibkan untuk menunaikan Ibadah Haji tersebut, setidaknya satu kali seumur hidupnya.
Pada 24 September 2015, kemarin, merupakan Hari Raya Idul Adha, dan disebut juga Hari Raya Haji. Dimana terdapat kegiatan inti selama tiga hari berturut-turut dengan lokasi utama di Mina, untuk kegiatan melempar Jumrah.

Namun, ibadah mulia pada tanggal 10 Zulhijah tersebut berubah menjadi duka bagi seluruh kaum Muslim dan masyarakat dunia. Karena terdapat 717 jamaah meninggal akibat terinjak-injak di Street 204 serta 223 saat melakukan perjalanan untuk mengikuti ritual melempar batu menjauhkan setan.

Jumlah korban jamaah Haji meninggal sebanyak 717 tahun ini merupakan jumlah terbanyak selama 25 tahun terakhir. Pada tahun 1990, tragedi besar juga terjadi di lorong jalan menuju Mina, yaitu lorong Al-Ma’aisim, dimana 1.426 jamaah yang rata-rata penduduk Malaysia, Indonesia, serta Pakistan meninggal karena terinjak-injak.

Setiap tahun, selalu terdapat tragedi yang memakan korban jamaah Haji. Umumnya, korban berusia lebih dari 60 tahun, dan rata-rata dari mereka mengalami dehidrasi dan kelelahan karena jadwal padat, serta cuaca terik yang kurang mendukung.

Banyak sekali orang mengkritik pemerintah Arab Saudi untuk menjaga dan mengontrol para Jamaah Haji yang sedang menunaikan Ibadah di negara mereka. Padahal, pemerintah Arab Saudi juga sudah mengeluarkan berbagai kebijakan serta perbaikan sistem dalam negara mereka, untuk menangani banyaknya jumlah jamaah Haji.

Pertama, terdapat sistem registrasi, paspor, serta kontrol visa yang baru agar alur jamaah Haji lebih terkontrol dan rapih. Terutama, bagi mereka yang baru pertama kali ke Mekkah dan masih bingung bagaimana cara melalui semua prosedur tersebut.

Kedua, telah dilakukan pengembangan serta pelebaran secara besar-besaran di sekitar jembatan Jamarat, penambahan jalur akses, jembatan, jalan darurat, serta pilar-pilar tambahan supaya jamaah Haji tidak berdesak-desakan sepanjang jalan. Bahkan, tahun 2007 silam proyek pemerintah Arab Saudi senilai jutaan dolar Amerika untuk melebarkan jembatan menjadi lima level telah selesai.

Tragedi-tragedi tersebut umumnya karena masalah sederhana. Banyaknya jumlah jamaah Haji yang berada di jalan serta lorong, membuat mereka tak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di hadapan mereka. Sehingga saat rombongan depan berhenti sejenak, jamaah-jamaah di baris belakang tak bisa melihat, akibatnya secara tidak sengaja mendorong jamaah yang berada di depan mereka, dan selanjutnya efek domino pun terjadi. Ironisnya, banyak jamaah berusia lanjut, diatas 60 tahun, serta anak-anak yang terdesak dan tak mampu bertahan, sehingga menjadi korban.

Mengatur jutaan hingga puluhan juta jamaah Haji setiap tahun merupakan tugas berat. Semoga saja, akan ditemukan cara paling efektif untuk mengatur jamaah Haji dari pemerintah Arab Saudi, negara masing-masing, serta dari pribadi para Jamaah Haji, agar tragedi memilukan tak terjadi lagi.
Dunia serta seluruh kru IDNtimes turut berduka atas kejadian #TragediMina tersebut.