Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Netanyahu Cap PM Australia Pengkhianat, Kenapa?

Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin netanyahu. (US Congress, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin netanyahu. (US Congress, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Netanyahu mengecam pengakuan Palestina sebagai dukungan ke Hamas
  • Kementerian Luar Negeri Israel mencabut visa diplomat Australia
  • Australia sebut reaksi Israel tidak bisa dibenarkan, kritik agresi Israel di Gaza oleh Albanese
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Hubungan Israel dan Australia memanas setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, sebagai pengkhianat. Melalui unggahan di media sosial, Netanyahu menuding Albanese telah mengkhianati Israel sekaligus menelantarkan komunitas Yahudi di Australia.

"Sejarah akan mengingat Albanese apa adanya, seorang politikus lemah yang mengkhianati Israel dan menelantarkan Yahudi Australia," tulis Netanyahu, tanpa menjelaskan lebih jauh alasan pernyataannya, dilansir dari ABC News, Rabu (20/8/2025).

Pernyataan ini muncul tak lama setelah Albanese menyatakan kesiapannya untuk mengakui negara Palestina pada pertemuan Majelis Umum PBB September 2025 mendatang. Pengakuan itu disebut akan dilakukan bersama beberapa negara Barat lain seperti Prancis, Inggris, dan Kanada.

1. Netanyahu merasa pengakuan Palestina bentuk dukungan ke Hamas

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)

Netanyahu mengecam keras langkah Australia dan sekutu Baratnya. Menurutnya, keputusan untuk mengakui Palestina sama saja dengan memberikan dukungan terhadap kelompok milisi Hamas.

Sebagai respons, Kementerian Luar Negeri Israel mencabut visa diplomat-diplomat Australia yang bertugas untuk Otoritas Palestina (PA). Langkah itu disebut menyusul penolakan visa terhadap sejumlah warga Israel oleh pemerintah Australia, yang dinilai Israel sebagai bentuk antisemitisme.

2. Australia sebut reaksi Israel tidak bisa dibenarkan

Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong. (dok. Kemlu RI)
Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong. (dok. Kemlu RI)

Pemerintah Australia merespons keras pencabutan visa oleh Israel. Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, menyebut kebijakan tersebut tidak proporsional.

"Pencabutan visa diplomat Canberra merupakan reaksi yang tidak dapat dibenarkan," kata Wong.

Dia juga menilai pemerintahan Netanyahu semakin mengisolasi Israel dari komunitas internasional.

Sejauh ini, kantor Perdana Menteri Albanese belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan Netanyahu. Pihak Albanese juga dilaporkan menolak berkomentar lebih jauh.

3. Albanese kritik agresi Israel di Gaza

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Prabowo, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (15/5). (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Prabowo, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (15/5). (Dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Sebelum dicap sebagai pengkhianat, Albanese memang kerap melontarkan kritik terhadap Netanyahu, terutama terkait agresi militer Israel di Jalur Gaza. Dia menilai Israel telah bersikap keras kepala karena terus melancarkan serangan yang menewaskan puluhan ribu warga sipil Palestina.

Albanese juga mengumumkan, Negeri Kanguru akan mengakui Palestina sebagai negara saat Sidang Umum PBB di New York bulan depan. Ketegangan terbaru ini menandai memburuknya hubungan diplomatik antara Australia dan Israel, di tengah dinamika global terkait konflik Palestina.

"Dia, sekali lagi, menegaskan kepada saya apa yang telah disampaikan di depan umum, yaitu menyangkal konsekuensi yang dialami orang-orang tidak bersalah," kata Albanese pada 12 Agustus lalu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us