Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Netanyahu Sebut PM Belgia Lemah karena Mau Akui Palestina

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • PM Belgia akan mengakui Palestina di Sidang Majelis Umum PBB akhir bulan ini
  • Belgia juga berencana memberlakukan sanksi tegas terhadap Israel atas operasi militernya di Gaza
  • Israel anggap pengakuan Palestina hadiah untuk Hamas, dan Netanyahu juga kritik PM Australia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melontarkan kritik tajam kepada Perdana Menteri Belgia, Bart De Wever, pada hari Rabu (3/9/2025). Kritik ini menyusul pengumuman Belgia yang berencana untuk mengakui negara Palestina di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"PM Belgia de Wever adalah pemimpin lemah yang berusaha menenangkan terorisme Islam dengan mengorbankan Israel. Dia ingin memberi makan buaya teroris sebelum buaya itu melahap Belgia," bunyi pernyataan dari kantor Netanyahu, dikutip dari Strait Times.

Belgia bergabung dengan negara-negara Barat lain yang mengambil sikap serupa, termasuk Prancis, Inggris, Kanada, dan Australia. Gelombang dukungan untuk Palestina ini meningkatkan tekanan terhadap Israel di tengah perang Gaza yang terus berlanjut.

1. Belgia juga berencana sanksi Israel

Menteri Luar Negeri Belgia, Maxime Prévot, mengumumkan bahwa negaranya akan mengakui Negara Palestina di Sidang Majelis Umum PBB akhir bulan ini. Selain itu, pemerintah Belgia juga akan memberlakukan sanksi tegas terhadap Israel atas operasi militernya di Gaza.

Langkah ini diambil sebagai respons atas krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Pemerintah Belgia merasa memiliki kewajiban untuk mencegah segala risiko genosida akibat tindakan Israel yang dianggap melanggar hukum internasional, dilansir Politico.

Namun, pengakuan ini tidak diberikan tanpa syarat. Formalisasi pengakuan melalui dekret kerajaan baru akan dilakukan setelah Hamas membebaskan seluruh sandera yang tersisa dan tidak lagi memegang kekuasaan di Gaza.

Seorang pejabat Belgia menjelaskan bahwa pengumuman di PBB merupakan bentuk komitmen politik untuk mendukung solusi dua negara. Di saat yang sama, Belgia juga menyerukan kepada semua negara Arab untuk turut mengakui keberadaan Israel.

2. Israel anggap pengakuan Palestina hadiah untuk Hamas

Pemerintah Israel selalu mengecam rencana pengakuan negara Palestina dari negara-negara Barat. Netanyahu berpendapat, tindakan tersebut sama dengan memberikan hadiah kepada Hamas setelah serangan pada 7 Oktober 2023.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa'ar, menilai keputusan Belgia sangat aneh dan diambil di bawah tekanan politik. Menurutnya, negara Palestina tidak akan terwujud jika Hamas masih berkuasa.

"Jika Hamas terus memerintah Gaza, itu tidak akan pernah terjadi. Jadi pertanyaan terkait nasib negara Palestina tidak terkait dengan keputusan pemerintah di Brussels, melainkan keputusan pemerintah di Yerusalem," ujar Sa'ar, dilansir Times of Israel.

Sa'ar menambahkan bahwa setelah Hamas disingkirkan, warga Palestina di Gaza harus diberikan otonomi. Namun, otonomi tersebut harus terkait langsung dengan berakhirnya terorisme dan hasutan untuk menyerang Israel.

3. Netanyahu juga sempat kritik PM Australia

PM Belgia bukan pemimpin negara pertama yang dikritik Netanyahu. Beberapa pekan sebelumnya, ia juga melabeli Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, sebagai politisi yang lemah setelah Canberra mengumumkan niat serupa untuk mengakui Palestina.

Para pejabat Israel pada umumnya menolak janji pengakuan tersebut. Mereka berpendapat bahwa pengakuan diplomatik tidak akan mengubah realitas konflik yang terjadi di lapangan.

Di sisi lain, dukungan publik internasional untuk Palestina terus menguat. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos baru-baru ini menunjukkan bahwa 58 persen orang dewasa di Amerika Serikat setuju bahwa negara-negara anggota PBB harus mengakui negara Palestina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Kapal Tenggelam di Nigeria, 60 Orang Tewas

04 Sep 2025, 19:09 WIBNews