Nigeria Bantah Tudingan Trump soal Pembantaian Umat Kristen

- Pemerintah Nigeria tegaskan mereka menghormati kebebasan beragama
- Komunitas Muslim dan Kristen jadi korban kekerasan di Nigeria
- Tuggar peringatkan agar Nigeria tidak berakhir seperti Sudan
Jakarta, IDN Times- Menteri Luar Negeri Nigeria Yusuf Tuggar membantah tuduhan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai kegagalan pemerintah melindungi warga Kristen di negaranya. Tuggar membela komitmen Nigeria terhadap perlindungan kebebasan beragama di tengah ancaman intervensi asing.
Klaim Trump tersebut diungkapkan lewat platform media sosial, yang juga berisi ancaman penghentian semua bantuan bagi Nigeria. Trump bahkan mengancam akan melancarkan tindakan militer cepat dan tegas ke negara Afrika Barat itu, dilansir Al Jazeera pada Selasa (4/11/2025).
1. Pemerintah Nigeria tegaskan mereka menghormati kebebasan beragama
Bantahan Nigeria ini disampaikan oleh Tuggar saat konferensi pers di Berlin, Jerman, ketika ia didampingi rekan sejawatnya, Johann Wadephul. Tuggar menunjukkan salinan fisik konstitusi Nigeria untuk menegaskan jaminan kebebasan beragama dan supremasi hukum di negaranya.
Tuggar menjelaskan, kerangka hukum Nigeria memastikan bahwa tidak ada diskriminasi atau penganiayaan berbasis agama yang dapat didukung oleh pemerintah. Menurutnya, hal ini berlaku untuk semua tingkatan pemerintahan, baik federal, regional, maupun lokal.
“Mustahil ada penganiayaan agama yang dapat didukung dalam bentuk apa pun oleh pemerintah Nigeria di tingkat mana pun," ujar Tuggar, dilansir The Straits Times.
Pemerintah Nigeria telah berulang kali menolak narasi bahwa kekerasan di negara itu murni merupakan serangan terhadap umat Kristen. Presiden Nigeria Bola Tinubu juga menolak label "Negara yang Menjadi Perhatian Khusus" atau CPC dari AS karena dianggap tidak mencerminkan realitas.
2. Komunitas Muslim dan Kristen jadi korban kekerasan di Nigeria
Nigeria, sebagai negara terpadat di Afrika, memiliki populasi yang hampir seimbang antara Muslim dan Kristen, di mana sekitar separuh penduduknya adalah Muslim dan 45 persen adalah Kristen. Dilansir DW, kedua komunitas agama ini telah menjadi korban serangan dari kelompok-kelompok bersenjata radikal Islamis selama bertahun-tahun.
Pakar berpendapat bahwa konflik yang terjadi di Nigeria terlalu disederhanakan jika hanya digambarkan sebagai penganiayaan umat Kristen. Banyak konflik, terutama di wilayah tengah, berakar pada persaingan atas lahan dan air, yang diperparah oleh perbedaan etnis dan agama.
Kelompok-kelompok militan seperti Boko Haram dan geng-geng kriminal bersenjata, yang sering disebut "bandit," juga melakukan penculikan massal dan serangan desa di wilayah Utara yang mayoritas Muslim.
Jenderal Olufemi Oluyede, Kepala Staf Pertahanan Nigeria, menegaskan negaranya menghadapi tindakan terorisme, bukan penganiayaan terhadap umat Kristen secara terencana. Ia menyatakan bahwa Nigeria akan menyambut bantuan internasional dalam memerangi terorisme, asalkan kedaulatan teritorial negara dihormati.
3. Tuggar peringatkan agar Nigeria tidak berakhir seperti Sudan
Tuggar menyampaikan peringatan terkait upaya memecah belah Nigeria. Ia mengingatkan konsekuensi dari narasi yang mencoba membagi Nigeria berdasarkan sentimen agama atau suku.
Dalam pernyataannya, Tuggar secara spesifik menarik paralel dengan situasi di Sudan. Ia berharap dunia tidak membiarkan Nigeria terjerumus dalam krisis dan kekacauan yang sama.
“Apa yang kami coba buat dunia mengerti adalah bahwa kita tidak boleh menciptakan Sudan yang lain,” tutur Yusuf Tuggar, dilansir Anadolu Agency.
Sementara itu, ancaman intervensi militer dan pemotongan bantuan oleh Trump memicu kekhawatiran karena dapat dimanfaatkan oleh kelompok separatis di Nigeria. Ancaman ini berisiko merusak hubungan bilateral, terutama terkait bantuan dan penjualan senjata, sehingga memperburuk situasi keamanan yang sudah kompleks.


















