Obama Kampanye Dukung Harris, Sebut Trump Miliarder Manja

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, memulai kampanye untuk mendukung pencalonan Kamala Harris sebagai presiden di Pennsylvania, Kamis (10/10/2024).
Langkah ini menandai debut Obama sebagai juru kampanye di negara bagian penting dalam pemilihan presiden 2024. Pennsylvania, dengan 19 suara elektoral, dianggap krusial dalam menentukan hasil pemilihan presiden.
Survei terbaru dari Quinnipiac University menunjukkan Harris memimpin di Pennsylvania, namun jajak pendapat antara Harris dan mantan Presiden Donald Trump masih ketat. Obama menyampaikan pidato di Universitas Pittsburgh dan mengunjungi kantor lapangan kampanye Harris di kota tersebut.
1. Obama prihatin kurangnya dukungan pria kulit hitam kepada Harris
Dalam kunjungannya ke kantor lapangan kampanye Harris, Obama secara khusus menyerukan dukungan kepada pria kulit hitam untuk mendukung pencalonan Harris. Ia mengungkapkan keprihatinannya atas laporan yang menunjukkan kurangnya antusiasme dan partisipasi di kalangan komunitas kulit hitam, terutama pria.
"Saya mendengar laporan bahwa kita belum melihat energi dan partisipasi yang sama di semua bagian lingkungan dan komunitas kita seperti yang kita lihat ketika saya mencalonkan diri," ujar Obama, dilansir dari CBC News.
Kekhawatiran Obama ini diperkuat oleh survei NAACP yang menunjukkan lebih dari seperempat pria kulit hitam di bawah 50 tahun mengatakan akan memilih Donald Trump. Menghadapi situasi ini, Obama mengkritik pria yang menganggap perilaku mengintimidasi Trump sebagai tanda kekuatan.
"Anda mempertimbangkan untuk tidak memilih atau bahkan mendukung seseorang yang memiliki sejarah merendahkan Anda, karena Anda menganggap itu sebagai tanda kekuatan? Karena itulah yang dimaksud dengan menjadi pria? Merendahkan wanita? Sikap seperti itu tidak bisa diterima," kata Obama.
2. Sebut Trump sebagai miliarder manja
Obama pun tidak ragu mengkritik Trump. Ia menggambarkan Trump sebagai miliarder manja dan egois yang hanya peduli pada ego, uang, dan statusnya sendiri.
"Jika Donald Trump tidak peduli bahwa pengunjuk rasa mungkin menyerang wakil presidennya sendiri, apakah Anda pikir dia peduli tentang Anda?" tanya Obama, merujuk pada peristiwa penyerbuan Capitol 6 Januari 2021.
Sebaliknya, Obama menekankan latar belakang kelas menengah Harris dan tujuan kebijakannya yang berbeda dengan Trump. Ia menyoroti pengalaman Harris bekerja di McDonald's, membandingkannya dengan Trump yang dianggap tidak mengerti kehidupan sehari-hari masyarakat biasa.
Obama juga memuji rencana konkret Harris tentang perumahan dan pajak.
"Dengan Kamala, Anda memiliki rencana nyata. Trump? Hanya konsep semata," ujar Obama, dilansir dari Reuters.
3. Demokrat kerahkan mantan presiden untuk kampanye
Kunjungan Obama ke Pennsylvania hanyalah awal dari serangkaian kampanye yang direncanakan Partai Demokrat menjelang pemilihan. Obama berencana mengunjungi negara-negara bagian penting lainnya sebelum Hari Pemilihan pada 5 November 2024.
Melansir The Guardian, selain Obama, mantan Presiden Bill Clinton juga akan berkampanye untuk Harris di Georgia dan Carolina Utara.
Sementara itu, Harris sendiri sedang berkampanye di Nevada dan Arizona, dua negara bagian penting lainnya yang krusial untuk kemenangan Demokrat.
Obama juga menyerukan pemilih untuk mendukung kandidat Demokrat lainnya, seperti Senator Pennsylvania Bob Casey yang sedang berjuang untuk terpilih kembali.
Dilansir dari Reuters, Obama telah membantu mengumpulkan 80 juta dolar AS (Rp1,2 triliun) untuk kampanye presiden 2024.
Sementara itu, tim kampanye Trump meremehkan pengaruh Obama dalam pemilihan ini.
"Jika ada yang peduli dengan apa yang Obama katakan, Hillary Clinton seharusnya sudah jadi presiden," ujar juru bicara kampanye Trump, Karoline Leavitt.