Pasukan Udara Israel Kesulitan Tembak Jatuh Drone Milik Hizbullah

Jakarta, IDN Times – Pilot angkatan udara (AU) Israel diduga kesulitan menembak salah satu pesawat tak berawak milik Hizbullah Lebanon yang diluncurkan menuju wilayah Karish yang disengketakan. Itu diungkap dalam investigasi Pasukan Pendudukan Israel (IOF), yang dikutip Al Maydeen pada Senin (4/7/2022).
Laporan investigasi IOF juga mengungkapkan bahwa pilot Israel gagal melacak pesawat tak berawak Hizbullah kedua yang diluncurkan di wilayah Karish sebelum drone tersebut dijatuhkan menggunakan rudal Barak dari kapal Saar 5 Class Corvette milik angkatan laut Israel.
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa rudal IOF yang diluncurkan meleset dari sasaran, sementara pilot Israel juga menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi drone ketiga karena terbang di ketinggian rendah.
Perlu dicatat bahwa sejak Hizbullah mengumumkan peluncuran tiga pesawat tak berawak ke ladang gas Karish pada misi pengintaian pada Sabtu (2/7/2022), media Israel telah berulang kali menyinggung terkait tanggapan Israel.
1. Pesan agar Israel tunduk

Dalam konteks yang sama, media Israel, Walla, melaporkan bahwa drone yang diluncurkan ke ladang gas Karish tidak membawa senjata, tetapi membawa pesan agar Israel tunduk pada ketetapan Hizbullah.
Media tersebut mengatakan, ketakutan lazim digunakan untuk pembentukan keamanan dari serangan lanjutan Hizbullah. Itu mengindikasikan bahwa aksi Hizbullah nampaknya lebih menginginkan harapan.
Lebih lanjut bahwa operasi Hizbullah memerlukan reaksi penting pada negosiasi yang sedang berjalan mengenai demarkasi perbatasan laut dan ukuran pasukan Israel yang dikerahkan untuk melindungi platform pengeboran gas Karish.
Israel harus menangani ancaman lain setelah merasakan apa yang dapat dilakukan Hizbullah jika sampai memutuskan untuk mengubah tujuan drone dari fungsi pengawasan menjadi penyerang yang bahkan meluncurkan rudal ke platform tersebut.
2. Hizbullah disebut memiliki kemampuan yang lebih besar

Walla lebih lanjut mengindikasikan Hizbullah sebenarnya memiliki lebih banyak kemampuan daripada yang ditunjukkan pada Sabtu, terutama bahwa tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan pesan dan tidak harus menimbulkan kerugian.
Belum ada kesepakatan antarkedua negara atas wilayah perairan tersebut, dan negosiasi tidak langsung diperkirakan akan berlanjut.
"Melindungi platform Karish, sebuah platform yang terletak sekitar 100 kilometer dari pantai, jauh lebih rumit daripada melindungi platform Leviathan, misalnya, yang berjarak sepuluh kilometer dari pantai," lapor Walla.
3. Hizbullah mampu porak-porandakan Israel

Pejabat keamanan Israel, Amir Avivi, mengatakan bahwa Hizbullah mampu menyerang sasaran strategis di dalam Israel dengan ratusan drone pada saat bersamaan. Dalam dua dekade terakhir, milisi Hizbullah dikabarkan telah meningkatkan persenjataannya dari 50 jenis drone menjadi 2 ribu.
Avivi menekankan, penting untuk mengetahui bahwa Iran dan Hizbullah tidak takut akan konfrontasi dan kegagalan dari waktu ke waktu, menunjukkan bahwa keduanya sedang mempelajari dan merencanakan pertempuran yang puluhan kali lebih besar dari yang diperkirakan.
Demikian pula, Yossi Langotsky, mantan pejabat IOF, mengatakan bahwa jika Karish menjadi sasaran, dampak dari peristiwa tersebut akan sangat berbahaya, terutama karena itu adalah platform yang sangat khusus yang dibangun di timur jauh dalam jangka waktu yang sangat lama. Penyerangan disebut dapat melumpuhkan proses ekstraksi gas.