Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pejabat Israel Akui Serangan ke Rafah Tidak Direncanakan Baik-baik 

Pasukan Israel Defence Force atau IDF. (Twitter.com/Naftali Bennett)
Pasukan Israel Defence Force atau IDF. (Twitter.com/Naftali Bennett)

Jakarta, IDN Times – Para pejabat Israel mengakui bahwa militer Israel (IDF) sama sekali tidak memiliki rencana yang jelas terkait serangan ke Rafah di selatan Gaza. 

“Para pejabat mengaku bahwa mereka tidak memiliki strategi yang tepat mengenai bagaimana melakukan serangan di Rafah, berapa lama waktu yang dibutuhkan, atau ke mana orang-orang akan pergi,” lapor Bloomberg pada Kamis (22/2/2024), dilansir The Jerussalem Post.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat mengulangi seruannya kepada IDF untuk menyusun rencana evakuasi warga sipil. Namun tidak ada kejelasan terkait rencana tersebut.

1. Mesir minta Israel mempertimbangkan serangan

Bendera Mesir (Pixabay/Ivabalk)
Bendera Mesir (Pixabay/Ivabalk)

Mesir meminta Israel kembali mempertimbangkan serangannya ke Rafah. Menurut pejabat Mesir, hanya ada sedikit peluang untuk menargetkan Hamas di Rafah. Terlebih, Hamas disebut telah memindahkan para tahanan dari wilayah tersebut jauh hari sebelumnya.

“Para sandera dibawa ke lokasi yang tidak dapat dijangkau Israel bahkan selama serangan sebelumnya di Jalur Gaza,” kata pejabat Mesir secara anonim.

Para pejabat juga mengatakan, melanggar batas Rafah akan meningkatkan risiko terhadap kehidupan 132 sandera yang tersisa di Gaza. Mereka meminta IDF untuk bersiap menanggung konsekuensi dari invasi tersebut.

2. Palestina sebut serangan Israel sengaja untuk usir rakyat

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, memperlihatkan poster anak-anak korban pendudukan Israel pada Sidang Majelis Umum PBB, Jumat 23 September 2022. (Youtube.com/United Nations)
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, memperlihatkan poster anak-anak korban pendudukan Israel pada Sidang Majelis Umum PBB, Jumat 23 September 2022. (Youtube.com/United Nations)

Pemimpin Otoritas Palestina (PA), Mahmud Abbas, menyebut invasi Israel di Rafah sebagai akal-akalan zionis untuk mengusir penduduk Palestina dari tanahnya. Ia kemudian meminta Israel dan Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas dampak serangan tersebut.

Abbas juga menyerukan PBB untuk lebih memperhatikan kondisi rakyat Palestina.

"Karena Israel mengambil langkah ini, dan mengancam keamanan serta perdamaian di kawasan dan dunia. Tindakan ini melanggar semua garis merah," kata pernyataan kantor Abbas.

Pada Jumat lalu, PBB mengatakan warga sipil Palestina di Rafah perlu dilindungi, namun tidak boleh ada pengungsian massal secara paksa.

“Kami sangat khawatir dengan nasib warga sipil di Rafah. Kami tidak akan mendukung pemindahan paksa dengan cara apa pun, yang bertentangan dengan hukum internasional,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

3. Serangan di Gaza masih terus berlanjut

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)
Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Serangan di Gaza masih terus berlanjut hingga saat ini. Sejalan dengan itu, jumlah korban juga terus bertambah setiap harinya.

Saat ini jumlah korban tewas di Gaza mencapai 29.410, dan sebanyak 69 ribu lebih lainnya mengalami luka-luka sebagaimana dilaporkan Anadolu, Kamis (22/2/2024).

Israel kini memfokuskan serangan di wilayah Rafah. Hal ini membuat 1,4 juta pengungsi Palestina akan terusir kembali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us

Latest in News

See More

Netanyahu: Israel Harus Kuat Hadapi Tekanan Dunia

23 Sep 2025, 05:09 WIBNews