Pemimpin Separatis Catalan Kembali ke Spanyol Usai Diasingkan

Jakarta, IDN Times - Pemimpin separatis Catalan, Carles Puigdemont, pulang kembali ke Spanyol setelah hampir 7 tahun di pengasingan. Pada Kamis (8/8/2024), dia muncul di Barcelona di pagi hari untuk memberikan pidato.
Puigdemont telah berusaha memimpin Catalonia menuju kemerdekaan pada 2017 lewat referendum. Tapi upaya itu dinyatakan ilegal. Dia berisiko ditangkap karena pengadilan menuduhnya memperkaya diri.
1. Mengaku dianiaya karena menggemakan suara rakyat
Puigdemont tambil di Barcelona setelah perjalanan dari Belgia. Dia berpidato di depan banyak pendukungnya. Pada kesempatan tersebut, dia menuduh pihak berwenang Spanyol melakukan tindakan keras terhadap gerakan separatis Catalan.
"Selama tujuh tahun terakhir kami dianiaya karena kami ingin mendengar suara rakyat Catalan. Mereka menjadikan keberadaan Catalan sebagai sesuatu yang mencurigakan," katanya, dikutip DPA.
Puigdemont telah mendedikasikan kariernya untuk membangun negara baru di Catalonia. Perjuangan itu telah berlangsung selama beberapa dekade.
"Semua orang mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri," ujarnya.
2. Pendukung meneriakkan slogan pemisahan diri dari Spanyol
Puigdemont naik ke panggung di monumen Arc de Triomf yang berada di dekat Parlemen Catalan. Dia dikelilingi pejabat partai garis kerasnya, Junts.
Dilansir Al Jazeera, banyak massa pendukungnya yang mengibarkan bendera Catalan yang berwarna merah, kuning dan biru. Mereka juga meneriakkan slogan-slogan yang menuntut pemisahan dari Spanyol.
Setelah pidato singkat, Puigdemont terlihat menuju parlemen daerah yang akan melakukan pemungutan suara untuk memilih pemimpin baru. Namun, meski acara itu telah dimulai, Puigdemont tidak terlihat hadir. Tidak jelas di mana Puigdemont berada.
3. Kehadiran Puigdemont kemungkinan menimbulkan ketegangan politik baru

Kembalinya Puigdemont itu mengancam akan mempersulit kesepakatan yang ditengahi antara Partai Sosialis Catalan (PSC) pimpinan Salvador Illa dan partai separatis utama Catalan lain Esquerra Republicana (ERC).
Dilansir VOA News, kesepakatan itu memastikan dukungan yang cukup di parlemen Catalonia bagi Illa untuk jadi presiden regional berikutnya.
Keberadaan Puigdemont kemungkinan akan menimbulkan ketegangan politik baru terkait isu kemerdekaan Catalan.
Di sisi lain, pemerintah Spanyol koalisi pimpinan Sosialis telah membuat RUU amnesti kontroversial. Ini berisiko membersihkan Puigdemont dan ratusan pendukung kemerdekaan Catalan lain dari segala kesalahan.
Tapi, RUU itu yang telah disetujui parlemen Spanyol awal tahun ini ditentang Mahkamah Agung, yang menilai pengampunan tidak berlaku untuk penggelapan serta kejahatan yang dituduhkan kepada Puigdemont.