Penjualan Turun, Gap Tutup 81 Toko di Inggris dan Irlandia

London, IDN Times - Merk pakaian ternama, Gap, mengumumkan pada hari Rabu (30/6/2021) bahwa perusahaan akan menutup semua toko di Inggris dan Irlandia, yang berjumlah 81 toko.
Penutupan ini dilakukan karena perusahaan mode asal AS itu telah mengalami penjualan yang sedikit di toko fisik, hanya penjualan secara daring yang menguntungkan. Dampak pandemik telah membuat penjualan Gap mengalami penurunan.
1. Di bulan Juli akan tutup 19 toko

Dilansir BBC, Gap yang pertama kali membuka tokonya di Inggris pada tahun 1987 dalam pengumuman hari Rabu menympaikan bahwa perusahaan akan melakukan penutupan 81 tokonya secara bertahap, yang berlangsung antara akhir Agustus hingga akhir September. Penutupan ini termasuk 19 toko yang sudah dijadwalkan untuk tutup pada bulan Juli karena masa sewa toko akan berakhir.
Meski menutup toko di Inggris dan Irlandia perusahaan menjelaskan bahwa mereka tidak keluar dari pasar, tetap akan terus menawarkan penjualan melalui toko daring. Seorang juru bicara Gap mengatakan keputusan itu mengikuti tinjauan strategis bisnis Eropa.
Terkait rencana penutupan ini perusahaan belum mengungkapkan berapa banyak karyawan yang akan terpengaruh, tetapi akan segera memulai proses konsultasi dengan staf.
Gap juga akan menutup tokonya yang beroperasi di Prancis dan Italia. Untuk toko yang berada di Prancis perusahaan yang berbasis di San Fransisco sedang dalam negosiasi dengan perusahaan lain untuk mengambil alih semua tokonya. Di Italia, Gap mengatakan sedang dalam diskusi dengan mitra untuk potensi akuisisi toko di sana.
2. Penjualan Gap di seluruh dunia merosot 16 persen

Pada 2016 Gap telah menutup semua toko Banana Republic di Inggris karena kesulitan bersaing. Di tahun 2016 Gap juga menutup toko Old Navy di Jepang dan dua tahun berikutnya menutup toko di Israel dan Australia.
Dilansir The Guardian, penjualan Gap di seluruh dunia pada tahun lalu, mencakup merk Old Navy dan Athleta, merosot sebesar 16 persen menjadi 16,4 miliar dolar AS (Rp238,5 triliun), meskipun ada pertumbuhan dalam penjualan daring. Penurunan merupakan imbas dari pandemik.
Pergeseran berbelanja melalui daring selama pandemik, pembatalan acara dari perjalanan teater hingga pernikahan, dikombinasikan dengan kekhawatiran kesehatan dan kekhawatiran ekonomi, semakin meredam industri yang sudah menderita kenaikan biaya dan persaingan ketat dari spesialis daring yang dikuasai oleh Asos dan Boohoo.
Pada bulan April, sebuah studi oleh Retail Research Center menemukan bahwa hampir 190 ribu pekerjaan telah hilang di sektor ritel antara awal pandemik hingga 31 Maret 2021.
Industri telah memperingatkan bahwa tindakan diperlukan oleh pemerintah untuk menyesuaikan tarif bisnis, pajak properti yang mereka katakan tidak adil yang membebani ritel yang memiliki toko fisik dan dianggap membantu saingan yang hanya memiliki toko daring.
3. Merk lainnya yang tutup toko di Inggris selama pandemik

Gap merupakan merek mode ternama terbaru yang keluar dari penjualan melalui toko fisik di Inggris. Selama beberapa tahun terakhir Gap telah mengalami kesulitan bersaing di industri mode Inggris.
Dilansir Sky News, sebelumnya dampak pandemik telah membuat dua merk pakaian ternama yaitu Debenhams dan Arcadia menutup tokonya fisiknya di jalan-jalan yang menjadi pusat perbelanjaan.
Debenhams menutup toko terakhirnya yang tersisa pada 15 Mei dan kemudian diakusisi oleh oleh Boohoo seharga 55 juta pound sterling (Rp1,1 triliun) pada Januari, kemudian tetap menjalankan penjualan hanya melalui toko daring.
Arcadia, grup di belakang Topshop, Burton dan Dorothy Perkins, juga menutup 31 tokonya tahun ini, setelah jatuh ke administrasi pada November 2020. Beberapa mereknya dibeli oleh ritel daring ASOS, termasuk Topshop dan Topman.
Pandemik juga membuat Oasis, Warehouse, Karen Millen, dan Laura Ashley menutup tokonya dalam 18 bulan terakhir sementara Marks & Spencer, Next, House of Fraser, dan John Lewis telah mengurangi jumlah toko mereka.