Popular Forces yang Perangi Hamas di Gaza Didanai Israel

- Abu Shabab dilarikan ke rumah sakit Israel setelah ditembak di Gaza
- Israel mempersenjatai klan-klan Palestina untuk melawan Hamas, menuai kritik
- Kematian Abu Shabab disambut sebagian warga Gaza sebagai pengkhianat dan kolaborator musuh
Jakarta, IDN Times - Pemimpin milisi Popular Forces di Gaza yang didukung Israel, Yasser Abu Shabab, dilaporkan tewas pada Kamis (4/12/2025). Kematian tokoh kontroversial ini menjadi pukulan bagi Israel yang mencoba membangun kekuatan proksi lokal dari klan-klan bersenjata untuk melawan pengaruh Hamas di wilayah tersebut.
Abu Shabab tewas akibat luka tembak di wilayah Rafah, Gaza selatan. Pihak militer Israel dilaporkan sempat berupaya mengevakuasinya ke rumah sakit di Beersheba untuk mendapatkan perawatan, tapi nyawanya tidak tertolong, dilansir CNN.
1. Abu Shabab sempat dilarikan ke rumah sakit Israel

Popular Forces mengklaim pemimpin mereka ditembak saat mencoba menengahi perselisihan antarwarga dari keluarga Abu Suneima di sebuah lapangan umum. Kelompok tersebut membantah laporan awal yang menyebut Hamas berada di balik insiden penembakan tersebut.
Namun, sumber keamanan Israel menyebut insiden ini dipicu oleh bentrokan internal atau perebutan kekuasaan antarkelompok. Radio Angkatan Darat Israel juga mengonfirmasi bahwa Abu Shabab sempat dilarikan dari Gaza ke Pusat Medis Soroka di Israel selatan dalam kondisi kritis.
Insiden ini terjadi ketika Abu Shabab sedang berupaya memperluas pengaruhnya di Rafah sebagai alternatif kekuatan selain Hamas. Popular Forces diketahui menguasai sebagian kecil wilayah di Rafah dan kerap mundur ke zona perlindungan Israel usai melakukan operasi militer.
2. Israel persenjatai klan-klan Palestina untuk lawan Hamas

Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Juni lalu mengakui telah mempersenjatai klan-klan di Gaza, termasuk Popular Forces, untuk membentuk kekuatan alternatif melawan Hamas. Strategi ini menuai kritik dari berbagai pihak karena dianggap memicu kekacauan internal dan perang saudara di wilayah tersebut.
Abu Shabab sendiri memiliki rekam jejak kriminal dan pernah dipenjara oleh otoritas keamanan Gaza atas kasus narkoba sebelum perang pecah. Kelompoknya dituduh menjarah bantuan kemanusiaan yang masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom.
Popular Forces telah berupaya menampilkan diri sebagai pelindung bantuan kemanusiaan dan kelompok nasionalis, bahkan Abu Shabab sempat menulis opini di media Barat. Namun, investigasi internal PBB menyebut Abu Shabab merupakan aktor utama di balik penjarahan massal bantuan yang memperburuk krisis kemanusiaan.
"Ada beberapa pihak di militer Israel yang bertaruh pada kelompok-kelompok ini. Tentu saja, bersekutu dengan Israel di tengah genosida adalah tindakan berbahaya karena kelompok ini dikutuk secara sosial," ujar Nour Odeh, koresponden Al Jazeera.
3. Kematian Abu Shabab disambut sebagian warga Gaza

Kematian Abu Shabab disambut oleh sebagian warga Gaza yang menganggapnya sebagai pengkhianat dan kolaborator musuh. Foto-foto yang beredar di grup pesan warga Gaza memperlihatkan wajah Abu Shabab dicoret tanda silang merah dengan sebutan yang menghina.
Suku Tarabin, klan asal Abu Shabab, mengeluarkan pernyataan yang mengecam tindakan pemimpin milisi tersebut. Mereka menyebut kematian Abu Shabab adalah akhir dari babak gelap yang sama sekali tidak mewakili sejarah dan nilai-nilai suku mereka.
Hamas sendiri tidak mengklaim bertanggung jawab atas penembakan itu. Menurut mereka, kematian Abu Shabab menjadi peringatan bagi faksi-faksi Palestina lain yang berniat bersekongkol dengan Israel.
"Nasib yang menimpa Abu Shabab adalah nasib tak terelakkan bagi siapa pun yang mengkhianati rakyat dan tanah airnya, serta puas menjadi alat di tangan pendudukan," ungkap pernyataan resmi Hamas, dilansir BBC.

















