Prancis Buru Pelaku Penyerang Sinagoge

Jakarta, IDN Times - Polisi Prancis sedang memburu pelaku serangan terhadap sinagoge Beth Yaacov di resor tepi laut La Grande Motte, dekat kota Montpellier, pada Sabtu (24/8/2024). Insiden tersebut menyebabkan seorang polisi terluka.
Serangan ini terjadi di tengah peningkatan kekerasan antisemit di Prancis, yang merupakan rumah bagi populasi Yahudi terbesar di Eropa. Orang-orang Yahudi lainnya di Eropa juga mengalami peningkatan tindakan antisemit.
1. Serangan dianggap sebagai upaya pembunuhan

Dilansir France 24, dalam serangan ini dua mobil di luar sinagoge terbakar setelah tabung gas kemungkinan meledak dalam salah satu kendaraan. Ledakan melukai seorang polisi. Kebakaran juga terjadi di pintu masuk sinagoge, tapi segera dipadamkan, dan dua pintu rusak.
"Penggunaan tabung gas di dalam mobil saat jamaah diperkirakan tiba di sinagoge bukan sekadar tindakan kriminal. Ini menunjukkan adanya niat untuk membunuh," kata Yonathan Arfi, ketua Dewan Perwakilan Lembaga Yahudi di Prancis (CRIF).
Wali kota La Grande-Motte, Stephan Rossinol, mengatakan kamera pengawas menangkap gambar seseorang yang membakar mobil tersebut.
Pihak yang mengetahui penyelidikan mengatakan, tersangka potensial yang terlihat dalam rekaman itu mengibarkan bendera Palestina. Pelaku juga membawa dua botol kosong dan melilitkan bendera Palestina di pinggangnya saat meninggalkan tempat kejadian dengan berjalan kaki. Salah satu gambar menunjukkan dia bersenjata, mungkin dengan pistol 9mm.
Serangan terjadi ketika Sabat, hari istirahat umat Yahudi yang berlangsung dari matahari terbenam pada Jumat hingga matahari terbenam pada Sabtu, dengan banyak orang menghadiri sinagoge untuk ibadah.
Namun, tidak ada ibadah keagamaan yang sedang berlangsung saat insiden terjadi. Seorang rabi dan empat orang lainnya berada di dalam sinagoge saat itu, tapi semuanya tidak terluka.
2. Keamanan sinagoge diperketat

Dilansir BBC, Perdana Menteri Gabriel Attal dan Menteri Dalam Negeri Gerald Moussa Darmanin mengunjungi lokasi Sinagoge pada Sabtu malam. Keduanya mengutuk serangan tersebut.
"Apa yang terjadi di sini mengejutkan dan membuat skandal semua anggota Partai Republik di negara kita. Karena kenyataannya adalah bahwa sekali lagi, orang-orang Yahudi Prancis telah menjadi sasaran, diserang karena keyakinan mereka," kata Attat saat kunjungan tersebut.
Attal mengatakan tragedi besar telah hampir tidak dapat dihindari karena akan ada korban jika sinagoge tersebut penuh dengan jamaah.
Darmanin dan Attal mengatakan keamanan akan diperkuat di luar sinagoge.
"Saya ingin meyakinkan warga negara Yahudi dan pemerintah kota tentang dukungan penuh saya," ujar Darmanin sebelumnya pada hari itu.
Presiden Emmanuel Macron menyebut insiden tersebut sebagai teror. Ia menambahkan bahwa perang melawan antisemit adalah perang sehari-hari.
3. Serangan terhadap Yahudi meningkat

Pada Januari 2024, CRIF melaporkan peningkatan hampir tiga kali lipat tindakan antisemit di Prancis sepanjang 2022-2023. Pada bulan ini, Darmanin mengatakan pemerintah mencatat 887 tindakan antisemit pada paruh pertama 2024, hampir tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Pada Mei, polisi menembak mati seorang pria setelah sebuah sinagoge di kota barat laut Rouen dibakar.
Pada 2015, dua hari setelah serangan terhadap majalah Charlie Hebdo, empat orang terbunuh dalam serangan penyanderaan di sebuah supermarket kosher.
Ledakan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap komunitas Yahudi Eropa. Survei terbaru dari Badan Hak Asasi Fundamental Uni Eropa (FRA) yang rilis bulan lalu menemukan bahwa orang-orang Yahudi di blok tersebut terus menghadapi antisemit tingkat tinggi.
Lebih dari 8 ribu orang Yahudi di 13 negara blok itu, termasuk Jerman dan Prancis diwawancarai. Sekitar 96 persen mengatakan mereka pernah mengalami antisemitisme dalam kehidupan sehari-hari.