Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Intel Digugat Eks Karyawan Yahudi atas Dugaan Antisemitisme

ilustrasi logo Intel. (unsplash.com/Rubaitul Azad)
ilustrasi logo Intel. (unsplash.com/Rubaitul Azad)
Intinya sih...
  • Mantan karyawan Intel, John Doe, menggugat perusahaan atas pemecatannya setelah melaporkan perilaku antisemitis atasan.
  • John Doe menuduh bosnya, Alaa Badr, menyebarkan konten antisemitis dan pro-Hamas di media sosial serta menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman.
  • Doe mencari ganti rugi atas pelanggaran hukum hak sipil federal dan hukum hak asasi manusia negara bagian serta kota New York.

Jakarta, IDN Times - Perusahaan chip terkemuka Intel digugat oleh mantan karyawan Yahudi pada Selasa (13/8/2024).

Penggugat yang menggunakan nama samaran John Doe, mantan wakil presiden teknik, mengklaim dirinya dipecat setelah melaporkan perilaku antisemitis atasannya. Melansir dari The Guardian pada Rabu (14/8/2024), gugatan ini diajukan di pengadilan federal Manhattan, New York.

John Doe menyatakan bahwa pemecatannya pada 2 April 2024 merupakan tindakan pembalasan atas laporannya mengenai perilaku atasannya. Sementara itu, Intel berdalih pemecatan tersebut adalah bagian dari upaya pengurangan biaya. 

1. Laporkan atasan yang sebarkan konten pro-Hamas di media sosial

Pusat dari gugatan ini adalah tuduhan John Doe terhadap atasannya, Alaa Badr, yang menjabat sebagai wakil presiden layanan pelanggan di Intel. Doe, yang merupakan mantan tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengklaim Badr secara terbuka menyebarkan konten antisemitis dan pro-Hamas di media sosial.

Menurut gugatan tersebut, Badr diduga me-retweet dan menyukai postingan anti-Israel di platform media sosial, termasuk konten yang merayakan kematian warga Israel dan tentara IDF. Salah satu contoh yang disebutkan dalam gugatan adalah ilustrasi anggota kelompok teroris yang mencekik dan menginjak leher tentara Israel.

Melansir dari Reuters, John Doe juga mengklaim bahwa Badr mengeluhkan banyaknya karyawan Israel di perusahaan. Hal ini dinilai menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman dan mengancam bagi Doe yang memiliki latar belakang Israel dan Yahudi.

2. Penggugat alami penurunan gaji setelah lapor ke HR

John Doe bergabung dengan Intel setelah perusahaan tersebut mengakuisisi startup Israel tempatnya bekerja sebelumnya. Masalah mulai muncul ketika Doe ditugaskan untuk bekerja di bawah Alaa Badr pada akhir Januari 2024.

Merasa tidak nyaman dengan perilaku atasannya, Doe melaporkan postingan-postingan Badr ke departemen sumber daya manusia Intel pada Februari 2024. Sebagai respons, Badr diketahui menonaktifkan akun media sosialnya pada Maret 2024.

Namun, pada 2 April 2024, John Doe dipecat dari posisinya dengan alasan pengurangan biaya. Melansir Business Insider, setelah pemecatan tersebut, Doe ditugaskan ke posisi lain dalam perusahaan, tetapi dengan gaji yang lebih rendah dan bonus yang dibatalkan. Doe melihat tindakan ini sebagai bentuk pembalasan atas laporannya terhadap Badr.

3. Intel tegaskan tidak mentolerir ujaran kebencian

Menanggapi gugatan tersebut, Intel menolak berkomentar dengan alasan tidak membahas litigasi yang sedang berlangsung. Namun, perusahaan menegaskan komitmennya terhadap keragaman dan inklusi.

"Kami memiliki budaya keragaman dan inklusi jangka panjang dan kami tidak mentolerir ujaran kebencian," ujar pihak Intel dalam sebuah pernyataan.

John Doe, melalui gugatannya, mencari ganti rugi atas pelanggaran hukum hak sipil federal dan hukum hak asasi manusia negara bagian serta kota New York.

Ia juga meminta izin pengadilan untuk menggugat secara anonim. Doe mengutarakan kekhawatiran akan keselamatannya mengingat latar belakangnya sebagai mantan tentara IDF.

Pengacara John Doe, Doug Wigdor, mengecam tindakan Intel.

"Intel tidak hanya membiarkan perilaku semacam ini, tetapi juga membalas dendam terhadap mantan anggota Pasukan Pertahanan Israel yang melaporkan ungkapan-ungkapan sangat mengganggu yang diunggah bosnya di media sosial. Ini adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan," tegas Wigdor dalam sebuah pernyataan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us