Presiden Palestina Desak Hamas Bebaskan Sandera Israel

Jakarta, IDN Times - Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, melontarkan kritik dan umpatan kasar terhadap Hamas dalam sidang ke-32 Dewan Pusat Palestina. Abbas menuntut Hamas segera membebaskan sandera Israel yang masih ditahan di Gaza sejak Oktober 2023.
Dalam pidatonya, Abbas bahkan menyamakan Hamas dengan anak anjing, menjadikan ini sebagai kritik terpedasnya terhadap Hamas sejak perang di Gaza. Pertemuan tersebut berlangsung tanpa kehadiran beberapa faksi penting, termasuk Front Populer Pembebasan Palestina dan Inisiatif Nasional.
Abbas mengeluarkan serangkaian tuntutan kepada Hamas mulai dari pembebasan sandera, pelucutan senjata, hingga penyerahan kendali Gaza. Saat ini 59 sandera Israel masih berada dalam tahanan Hamas di Gaza.
1. Abbas tuntut Hamas lepaskan kendali Gaza
Abbas menuntut agar Hamas melepaskan kendali Gaza dan menyerahkannya kepada Otoritas Palestina. Hamas juga diminta melucuti senjata dan bertransformasi menjadi partai politik yang beroperasi sesuai hukum negara Palestina.
Presiden Abbas menginginkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) diakui sebagai satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina. PLO sendiri tidak memasukkan Hamas sebagai anggotanya.
Abbas juga menyalahkan Hamas atas kerusakan yang terjadi di Gaza. Menurutnya, Hamas telah memberikan alasan bagi Israel melancarkan serangan.
"Hamas telah memberikan Israel alasan untuk melancarkan serangan ke Gaza, baik disengaja maupun tidak. Hamas memberi Israel pembenaran untuk melakukan aksi-aksi mereka di Gaza. Penyanderaan warga Israel menjadi salah satu alasan utama serangan ini," ujar Abbas, dilansir CNN.
2. Hamas kritik penggunaan kata kasar oleh Abbas
Hamas segera menolak pernyataan Abbas dan mengkritik balik penggunaan bahasa yang merendahkan terhadap kelompoknya. Mereka menilai pernyataan Abbas tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin.
"Abbas berulang kali dan secara mencurigakan menyalahkan kejahatan pendudukan dan agresi Israel pada rakyat Palestina," kata anggota biro politik Hamas, Bassem Naim, dilansir BBC.
Sebelumnya, Hamas telah menolak proposal gencatan senjata dari Israel. Proposal tersebut menyertakan tuntutan pelucutan senjata sebagai syarat jeda pertempuran selama enam minggu dan pembebasan 10 dari 59 sandera yang masih ditahan.
Hamas bersikeras hanya akan membebaskan sandera jika ada gencatan senjata penuh dan Israel menarik pasukannya dari Gaza. Hingga kini, negosiasi gencatan senjata masih mandek.
3. Abbas ingin Palestina-Israel hidup berdampingan secara damai

Abbas mengungkapkan rencananya bekerja sama dengan Mesir dan PBB dalam konferensi internasional rekonstruksi Gaza. Konferensi ini akan mengundang negara-negara sahabat dan organisasi internasional.
Presiden berusia 89 tahun ini masih berpegang pada visi perdamaian berdasarkan pendirian negara Palestina merdeka yang diakui PBB. Abbas juga menyerukan Israel menghentikan serangan dan operasi militer di Tepi Barat.
"Visi kami untuk mencapai perdamaian yang adil serta menjamin keamanan dan stabilitas di Palestina membutuhkan penghentian agresi Israel. Hal ini termasuk pembentukan negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan diakui sebagai anggota penuh PBB, yang hidup dalam damai berdampingan dengan Israel," kata Abbas, dilansir The New Arab.
Ketegangan antara Hamas dan Otoritas Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade. Perpecahan ini menghambat terbentuknya satu kepemimpinan di Palestina, antara Gaza dan Tepi Barat.