Israel Blokir Vaksin Polio, 600 Ribu Lebih Anak di Gaza Terancam

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan bahwa blokade Israel terhadap masuknya vaksin polio ke Jalur Gaza membahayakan nyawa lebih dari 602 ribu anak Palestina. Mereka berisiko menghadapi kelumpuhan permanen dan cacat kronis.
"Penghalang masuknya vaksin menghambat upaya pelaksanaan fase keempat kampanye peningkatan pencegahan polio," kata kementerian tersebut pada Selasa (22/4/2025), dikutip dari Anadolu Agency.
1. Kampanye vaksinasi telah dilakukan sejak September tahun lalu
Kementerian juga menyatakan anak-anak Gaza menghadapi komplikasi kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan parah. Hal ini akibat kurangnya nutrisi yang layak dan air minum yang aman.
Pada Agustus 2024, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi kasus polio pertama di wilayah tersebut. Ini terjadi pada seorang anak berusia 10 bulan. Penemuan tersebut mendorong kampanye vaksinasi pertama di tengah perang Israel di wilayah kantong tersebut. Pihaknya melakukan dalam tiga tahap yang dimulai pada September.
Dilaporkan, tahap pertama selesai pada 12 September dan telah mengimunisasi lebih dari 560 ribu anak Palestina. Tahap kedua berakhir pada 7 November dengan memvaksinasi 556.774 anak di bawah usia 10 tahun di seluruh Jalur Gaza. Lalu, tahap ketiga dilakukan pada Februari dengan memvaksinasi 590 ribu anak.
PBB mengatakan anak-anak di Gaza membutuhkan dua dosis vaksin polio oral guna perlindungan yang memadai.
2. Israel jadikan bantuan kemanusiaan sebagai senjata perang

Sejak 2 Maret, Israel telah menutup jalur penyeberangan Gaza. Tindakan tersebut menghalangi pasokan penting yang masuk, kendati ada banyak laporan tentang kelaparan di wilayah yang dilanda perang itu. Tentara Israel melanjutkan serangannya ke wilayah kantong tersebut pada 18 Maret, yang menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan pada 19 Januari.
Kepala Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan pihak berwenang Israel terus melarang masuknya bahan pokok. Ini termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
"Bantuan kemanusiaan digunakan sebagai alat tawar-menawar dan senjata perang. Pengepungan harus dicabut, pasokan harus mengalir masuk, para sandera harus dibebaskan, dan gencatan senjata harus dilanjutkan," tulis Lazzarini di media sosial, dikutip dari ABC News.
3. Perang Israel di Gaza telah menewaskan 51.266 warga Palestina
Al Jazeera melaporkan pada Rabu (23/4/2025), pasukan Israel terus membombardir Gaza. Aksinya tersebut menghantam sebuah sekolah yang menjadi tempat penampungan, dan memicu kebakaran yang menewaskan setidaknya 10 orang. Korban termasuk seorang anak yang tewas terbakar.
Serangan tanpa henti setelah satu hari pengeboman Israel yang menewaskan 39 warga Palestina, merusak Rumah Sakit Anak El Dorra di Gaza. Serta, menghancurkan buldoser yang digunakan dalam operasi penyelamatan di seluruh wilayah kantong tersebut.
Genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah membunuh 51.266 warga Palestina dan melukai 116.991 lainnya. Sementara itu, kantor media pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 orang. Pihaknya mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.