Di Ambang Hidup-Mati, Warga Mariupol Mulai Dievakuasi dari Azovstal

PBB menolak memberi rincian proses evakuasi demi keamanan 

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres pekan lalu melakukan kunjungan ke Rusia dan Ukraina. Dalam kunjungan tersebut, salah satu yang diminta PBB adalah pembukaan koridor kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil yang terjebak di pabrik metalurgi Azovstal di Mariupol.

Pada Minggu (1/5/22), upaya itu mulai menunjukkan hasil. Pasukan Rusia dan Ukraina sepakat untuk membuka koridor kemanusiaan yang aman sehingga puluhan warga sipil mulai bisa dievakuasi.

Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari telah membuat kota pelabuhan Mariupol menjadi kota paling menderita. Sebagian besar kota itu telah dikuasai Rusia kecuali kompleks pabrik Azovstal. Diperkirakan masih ada sekitar 2 ribu tentara Ukraina yang berlindung di pabrik tersebut, bersama dengan warga yang menderita karena kepungan Rusia.

Baca Juga: Sekjen PBB Minta Rusia Bantu Evakuasi Warga Ukraina dari Mariupol 

1. PBB menolak memberi rincian proses evakuasi demi keamanan

Di Ambang Hidup-Mati, Warga Mariupol Mulai Dievakuasi dari Azovstalilustrasi pengungsi Ukraina (Twitter.com/UNICEF Ukraine)

Pabrik metalurgi Azovstal adalah kompleks industri luas yang dibangun sejak era Uni Soviet. Di kompleks tersebut, ada lorong bawah tanah yang membentuk labirin dan dulu digunakan sebagai tempat persembunyian jika mendapatkan serangan.

Saat ini ketika Rusia menghajar Mariupol tanpa ampun, labirin bawah tanah Azovstal digunakan oleh pasukan pertahanan Ukraina dan warga sipil untuk berlindung. Selama dua bulan terkurung, warga sipil dalam kondisi sangat menderita.

Atas nama kemanusiaan, Sekjen PBB melakukan lobi terhadap pihak-pihak yang berkonflik untuk memberi koridor kemanusiaan. Upaya menyelamatkan warga sipil tersebut akan dilakukan melalui keterlibatan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Moskow dan Kiev sepakat dengan hal itu.

Dikutip dari Reuters, evakuasi yang diinisasi oleh PBB mulai dilakukan pada Sabtu. Kamudian pada Minggu, puluhan warga sipil tiba di desa Bezimenne di Wilayah Donetsk yang didukung Rusia.

Evakuasi menggunakan kendaraan yang berlogo PBB itu dikawal oleh konvoi pasukan Rusia. "PBB menegaskan bahwa operasi lintas yang aman sedang berlangsung di pabrik baja Azovstal, berkoordinasi dengan ICRC dan pihak-pihak yang berkonflik," ujar Saviano Abreu, juru bicara PBB.

"Pada titik ini, dan saat operasi sedang berlangsung, kami tidak akan membagikan rincian lebih lanjut, karena dapat membahayakan keselamatan warga sipil dan konvoi," tambah Abreu.

Baca Juga: Putin Klaim Rusia Menang di Mariupol, Ukraina: Azovstal Apa Kabar?

2. Hampir 50 orang telah berhasil dievakuasi

Sejauh ini, tidak ada angka pasti yang bisa merinci berapa banyak warga sipil Ukraina yang telah dilindungi oleh tentara di pabrik metalurgi Azovstal. Tapi menurut perkiraan PBB, ada sekitar 1.000 orang.

Dilansir The Moscow Times, operasi evakusi saat ini terus berlangsung dengan keterlibatan PBB dan ICRC. Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu, mengatakan total ada 46 warga sipil telah keluar dari pabrik tersebut dalam dua kelompok.

Kompleks Azovstal adalah satu-satunya wilayah Mariupol yang belum berhasil diduduki oleh pasukan Rusia. Pabrik itu menjadi benteng terakhir pasukan Ukraina yang telah mengaku hampir kehabisan amunisi.

Warga sipil yang terkurung di Azovstal sangat menderita. Itu memicu keprihatinan dan kecaman komunitas internasional. Dunia menyerukan evakuasi segera dilakukan demi menyelamatkan nyawa warga sipil.

Perkembangan terbaru evakuasi kali ini telah memberi harapan baru dalam proses penyelamatan warga sipil yang telah lama ditunggu-tunggu. Upaya pembukaan koridor kemanusiaan di Mariupol telah dilakukan berulang kali tapi sebagian besar gagal. Upaya PBB kali ini memberikan secercah harapan.

Baca Juga: Presiden Ukraina: Koridor Kemanusiaan Gagal karena Rusia Ingkar Janji

3. Bernasib di antara hidup dan mati

Di Ambang Hidup-Mati, Warga Mariupol Mulai Dievakuasi dari Azovstalilustrasi warga Ukraina usai serangan Rusia (Twitter.com/Ministry of Culture and Information Policy)

Secara total, diperkirakan ada sekitar 100 ribu penduduk sipil masih berada di keseluruhan wilayah Mariupol yang kini sebagian besar dikuasai Rusia. Pejabat berwenang mengatakan sekitar 90 persen bangunan kota itu telah menjadi rongsokan karena dikepung dan menerima serangan bombardir dari Rusia.

Warga sipil yang berada di Azovstal bernasib lebih buruk lagi. Mereka terancam kehabisan pasokan makanan. Dilansir BBC, wali kota Mariupol, Vadym Boychenko, mengatakan orang-orang di sana "di ambang antara hidup dan mati."

"(Warga sipil) sedang menunggu, mereka berdoa untuk penyelamatan. Sulit untuk mengatakan berapa hari atau jam kita harus menyelamatkan hidup mereka," jelas Boychenko.

Sebagian besar mereka yang telah dievakuasi adalah perempuan dan anak-anak. Enam orang termasuk anak-anak yang usianya berada di bawah 14 tahun. Belum ada rincian untuk publik sampai kapan upaya evakuasi PBB dan ICRC akan berlangsung. Tapi banyak orang berharap semua warga sipil yang berada di Azovstal dapat diselamatkan.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya