Profil Imran Khan: Legenda Kriket Pakistan, Politik, Lalu Penjara

- Imran Khan divonis 14 tahun penjara atas kasus gratifikasi
- Khan lahir di Lahore, Pakistan pada 5 Oktober 1952 dalam keluarga kelas menengah atas
- Khan terkenal sebagai legenda kriket Pakistan dan mendirikan rumah sakit kanker sebelum terjun ke politik
Jakarta, IDN Times - Eks Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, dipastikan lebih lama mendekam dalam jeruji besi. Dilansir BBC, pada ada 17 Januari 2025 lalu, Pengadilan Pakistan resmi menjatuhkan vonis 14 tahun penjara kepada politisi 72 tahun tersebut atas kasus gratifikasi. Sang istri, Bushra Bibi, juga dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara dalam perkara yang sama.
Selepas dilengserkan, Khan telah mendekam dalam penjara Kota Rawalpindi sejak Agustus 2023 dan dihadapkan pada tuntutan lebih dari 200 kasus penyalahgunaan kekuasaan. Tak cuma korupsi dan gratifikasi, tapi juga tuduhan membocorkan rahasia negara. Vonis tersebut menandai babak baru kehidupan Khan. Sosok legenda kriket populer di Pakistan kini menjadi pesakitan dalam penjara.
Lantas seperti apa perjalanan hidup Eks PM Pakistan Imran Khan sebelum masuk penjara dan mendapat kecaman dari penduduk Pakistan? Berikut IDN Times menjelaskannya secara singkat untuk pembaca.
1. Lahir dan tumbuh besar di keluarga yang mampu membuat Imran mendapat akses pendidikan yang memadai

Dikutip dari laman The National, Imran Khan lahir pada 5 Oktober 1952 di Lahore, Pakistan. Meskipun beberapa sumber menyebutkan tanggal 25 November 1952, Khan menjelaskan ini terjadi sebab kesalahan penulisan di paspornya. Ia adalah satu-satunya anak laki-laki dari pasangan Ikramullah Khan Niazi, seorang insinyur sipil, dan Shaukat Khanum. Khan sendiri memiliki empat saudara perempuan, dan masih memiliki garis keturunan suku Pashtun.
Khan kecil tumbuh dalam keluarga kelas menengah atas yang relatif mapan dan mendapatkan pendidikan berkualitas. Masa kanak-kanaknya dihabiskan sebagai siswa Aitchison College dan Cathedral School di Lahore, dua sekolah bergengsi di Pakistan. Pada September 1971, ia pindah ke Royal Grammar School Worcester Inggris, di mana bakatnya sebagai pemain kriket mulai terasah.
Di Inggris, Khan tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga menunjukkan potensi besar sebagai pemain kriket. Tapi, masa perantauannya juga tidak mulus. Dalam sebuah wawancara dengan ARY News pada 2015, ia mengaku pernah kerja sambilan sebagai pencuci piring dan pemotong keju di sebuah toko di Inggris pada akhir 1971. Ini lantaran kiriman uang dari orangtuanya sangat terbatas akibat perang India-Pakistan. Khan pun diterima di Keble College, Oxford, di tahun 1972 dengan fokus studi pada filsafat, politik, dan ekonomi. Ia akhirnya lulus pada 1975.
2. Karier kriketnya mencapai puncak saat membawa Pakistan menjadi juara Piala Dunia Kriket 1992 mengalahkan Inggris

Lantas, di mana minatnya pada kriket terbentuk? Dijelaskan oleh Overseas Pakistani Foundation, Imran Khan memulai karier di usia 16 tahun dengan bermain untuk beberapa tim lokal di Lahore. Bakatnya berkembang ketika menjadi mahasiswa di Inggris, dan bahkan direkrut tim kriket Universitas Oxford. Ia mulai dikenal secara internasional ketika debut di pertandingan melawan Inggris pada Juni 1971. Khan resmi memperkuat Tim Nasional Kriket Pakistan di tahun 1976, setelah lulus dari Oxford.
Beberapa tim yang pernah diperkuat Khan yakni Worcestershire County Cricket Club (1971-1976), Dawood Industries (1975-1976) dan Pakistan International Airlines (1975-1976, 1980-1981). Dari tahun 1983 hingga 1988, ia turut bermain untuk Sussex County Cricket Club. Selama merumput, Khan dikenal sebagai pemain all-rounder dengan kemampuan di atas rata-rata dalam sejarah kriket.
Namun, prestasi yang melambungkan namanya yakni saat membawa Pakistan menjuarai Piala Dunia Kriket untuk pertama kalinya pada tahun 1992. Dalam final melawan Inggris, Khan memainkan peran krusial sebagai pemain dan kapten tim. Upayanya menyemangati rekan setim, dengan menyebut Timnas Inggris sebagai "harimau yang terpojok", langsung menahbiskan Khan sebagai legenda olahraga Pakistan.
3. Masuk politik dengan mendirikan partai PTI, butuh empat kali Pemilu untuk terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan

Setelah pensiun dari kriket pada tahun 1992 usai juara Piala Dunia, Khan kemudian menjadi filantropis. Pada Desember 1994, ia mendirikan Shaukat Khanum Memorial Cancer Hospital & Research Centre, sebuah rumah sakit kanker yang menyediakan perawatan gratis bagi pasien kurang mampu. Dilansir oleh Dawn.com, proyek ini adalah komitmennya untuk memberi kontribusi nyata bagi masyarakat Pakistan.
Karier politiknya baru dimulai di 1996, ketika mendirikan partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI). Awalnya, PTI tidak mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat alias kalah popularitas. Tapi, Khan terus menyuarakan pentingnya reformasi pemerintahan dan memberantas korupsi. Perlahan, visinya mulai menarik perhatian generasi muda dan kelas menengah pada dekade 2000-an. Ini juga didorong oleh frustrasi atas kondisi politik yang dianggap tidak memihak rakyat kecil.
Setelah tiga kali kalah, Khan akhirnya mencapai puncak karier politik saat PTI memenangkan Pemilu Pakistan 2018. Ia pun dilantik sebagai Perdana Menteri Pakistan ke-22. Menjadi orang nomor satu, ia berjanji melakukan beberapa hal seperti membasmi praktik KKN, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat posisi Pakistan di kancah internasional. Khan dipandang sebagai harapan baru Pakistan yang sedang menghadapi berbagai tantangan ekonomi dan politik.
4. Imran Khan dilengserkan dari jabatannya melalui mosi tidak percaya pada April 2022, lalu terseret kasus korupsi serta gratifikasi

Selama menjabat, Khan memperkenalkan berbagai kebijakan pro-rakyat, termasuk program bantuan keuangan untuk keluarga miskin. Ia juga aktif dalam diplomasi internasional, salah satunya mediasi konflik Afghanistan dan memperbaiki relasi dengan negara-negara tetangga. Kendati populer di mata masyarakat, pemerintahannya tak lepas dari kontroversi.
Laporan Human Rights Watch pada Desember 2018 menyebut bahwa Khan menghimpit ruang gerak media-media oposisi. Jurnalis bahkan disebut ditekan agar tidak memberitakan isu-isu sensitif, terutama yang mengkritik lembaga pemerintah. Tak sampai di situ, respons lambannya menerapkan lockdown di bulan-bulan pertama COVID-19 mewabah juga mendapat kecaman luas.
Segala ketidakpuasan kemudian memuncak pada April 2022, saat Khan dilengserkan dari jabatannya melalui mosi tidak percaya parlemen. Ia dituduh gagal mengelola ekonomi dan menjalankan kepemimpinan otoriter. Lengsernya Khan menandai akhir dari pemerintahan yang pernah dipandang sebagai harapan baru rakyat Pakistan.
Selepas lengser, Khan terseret dalam berbagai kasus termasuk tuduhan korupsi dan penerimaan gratifikasi. Pada Agustus 2023, ia ditahan dan menghadapi sekitar 200 kasus pidana. Vonis 14 tahun penjara pada 17 Januari 2025 lalu jelas menjadi pukulan telak untuk sosok yang pernah dipandang sebagai teladan di mata rakyat Pakistan. Harimau kharismatik itu tidak hanya terpojok, tapi sudah tertunduk lesu dalam kandang sempitnya.