Puluhan Tentara Tewas, Nasionalis Rusia Marah dengan Komandan Perang

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa 63 tentaranya tewas akibat serangan roket Ukraina di Makiivka, Donetsk, pada Senin (2/1/2023). Serangan itu dilakukan pada 31 Desember 2022.
Kabar itu membuat kaum nasionalis Rusia marah dan menyalahkan para komandan perang. Bahkan, beberapa politisi menuntut hukuman bagi para komandan yang telah mengabaikan bahaya.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, Rusia merencanakan untuk melakukan serangan dengan drone dalam jangka panjang untuk membuat negaranya kelelahan dan akhirnya tunduk.
1. Barak prajurit jadi satu dengan gudang amunisi

Igor Girkin, blogger militer Rusia yang juga mantan perwira intelijen yang kritis terhadap komandan militer, mengatakan bahwa jumlah korban tewas bisa lebih tinggi dari yang disebutkan Kementerian Pertahanan.
Dalam penjelasan Girkin, dilansir The Moscow Times, sekolah kejuruan yang jadi markas hampir hancur seluruhnya akibat ledakan amunisi, berada di gedung yang sama yang dijadikan sebagai barak prajurit. Semua peralatan militer di samping gedung yang tidak menggunakan kamuflase juga hancur.
Para nasionalis Rusia dan beberapa politisi menuntut hukuman bagi para komandan, karena dituduh telah mengabaikan bahaya. Banyaknya korban Rusia dalam satu hantaman dari Ukraina, karena amunisi ditempatkan di gedung yang sama dengan barak, meski para komandan itu tahu bahwa mereka berada dalam jangkauan roket Ukraina.
2. Politisi menuntut pidana bagi pejabat yang bertanggung jawab
Kemarahan di Rusia itu membuat para blogger analis militer mengecam para komandan perang. Archangel Spetznaz Z, blogger militer Rusia yang memiliki 700 ribu pengikut di Telegram, mengatakan dampak serangan di Makiivka mengerikan.
"Siapa yang datang dengan ide untuk menempatkan personel dalam jumlah besar di satu gedung, di mana bahkan orang bodoh pun mengerti meskipun mereka (Ukriana) menyerang dengan artileri, akan ada banyak yang terluka atau tewas?" kata Archangel Spetznaz Z dikutip RTE.
Kemarahan akibat banyaknya korban itu meluas ke politisi. Anggota senat Rusia, Grigory Karasin, menuntut agar dilakukan pembalasan terhadap Ukraina.
Sergei Mironov, politikus dan mantan ketua Senat, menuntut pidana bagi para pejabat yang mengizinkan konsentrasi personel militer berada di gedung yang tidak aman itu.
3. Rusia rencanakan serangan drone jangka panjang ke Ukraina

Selama 24 jam terakhir, militer Ukraina dalam pembaharuan informasi pada 3 Januari, mengatakan Rusia terus melancarkan serangan terhadap sebagian besar sasaran sipil di Ukraina.
Dilansir RFE/RL, Staf Umum Ukraina juga mengatakan Rusia meluncurkan enam rudal dan 52 serangan udara serta 77 serangan dari sistem peluncur roket. Enam serangan rudal dan 30 serangan udara menargetkan infrastruktur sipil.
Pada Senin, Zelenskyy mengatakan bahwa dirinya telah memperoleh informasi dari intelijen, bahwa Rusia akan meningkatkan serangan drone ke Ukraina dalam jangka panjang.
"Mungkin mengharapkan kelelahan. Melelahkan orang-orang kami, pertahanan anti-pesawat kami, energi kami," kata Zelenskyy dikutip Al Jazeera.
Tapi dalam dua hari di tahun 2023, Zelenskyy mengklaim pasukannya telah menembak jatuh lebih dari 80 drone Rusia yang digunakan untuk menyerang negaranya.
"Dalam waktu dekat, jumlah ini mungkin bertambah," tegasnya.