Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Putin Setujui Revisi Strategi Keamanan Nasional Rusia

Presiden Rusia, Vladimir Putin pada 28 Juni saat mengadakan pertemuan dengan lulusan terbaik sekolah militer. (Twitter.com/President of Russia)

Moskow, IDN Times - Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menandatangani revisi dari strategi keamanan nasional Rusia. Dokumen revisi itu telah dirilis pada hari Sabtu (3/6/2021), yang menguraikan langkah-langkah untuk menanggapi pengaruh asing, terutama terhadap pihak Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

1. Revisi strategi keamanan nasional Rusia diubah setiap enam tahun

bendera Rusia (PIxabay.com/IGORN)

Dilansir TASS, revisi strategi keamanan nasional disampaikan oleh Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev bahwa revisi tidak dilakukan secara tiba-tiba, karena strategi keamanan nasional harus diubah setiap enam tahun, versi sebelumnya disetujui pada akhir 2015. Patrushev menyampaikan bahwa pengerjaan dokumen berlangsung sekitar satu tahun. Dokumen tersebut telah dibahas pada 28 Mei pada pertemuan Putin dengan anggota tetap Dewan Keamanan Rusia. 

Dalam strategi keamanan nasional yang direvisi ini diharapkan selain bertujuan melindungi rakyat Rusia juga untuk mengembangkan potensi rakyat, yang akan meningkatkan kualitas hidup warga negara dan kesejahteraan mereka, memperkuat kapasitas pertahanan negara, persatuan kohesi masyarakat Rusia, mencapai tujuan pembangunan nasional, meningkatkan daya saing, dan prestise Federasi Rusia di kancah internasional.

Dokumen tersebut menyampaikan bahwa saat ini Washington telah menetapkan arah untuk mengabaikan komitmen pengendalian senjatanya, dengan melakukan pengembangan potensi sistem pertahanan rudal global. AS disebut telah menempatkan rudal jarak menengah dan jarak pendek di Eropa dan kawasan Asia-Pasifik, yang menimbulkan ancaman bagi stabilitas strategis dan keamanan internasional.

“Ketegangan terus meningkat di zona konflik di ruang pasca-Soviet, di Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan, dan di Semenanjung Korea. Melemahnya sistem keamanan global dan regional menciptakan kondisi bagi penyebaran terorisme dan ekstremisme internasional," bunyi dokumen itu.

2. Dokumen itu menuduh Barat berusaha mengacaukan masyarakat Rusia

Suasana di kota Moskow ibu kota dari Rusia. (Pexels.com/Artem Beliaikin)

Dilansir DW, berdasarkan dokumen setebal 44 halaman yang disetujui Presiden Putin, menyampaikan bahwa tekanan dari negara-negara Barat saat ini sedang meningkat, yang dianggap dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat Rusia.

Dokumen itu menyampaikan bahwa  budaya Barat dapat meningkatkan bahaya bagi Rusia, yang mengancam kedaulatan budaya yang dimiliki negara. Dokumen tersebut mengklaim bahwa "nilai-nilai spiritual-moral dan budaya-historis tradisional Rusia berada di bawah serangan aktif dari AS dan sekutunya," termasuk lembaga-lembaga transnasional.

Dokumen itu menegaskan bahwa Rusia akan menggunakan diplomasi dalam menyelesaikan konflik, dan juga menekankan bahwa Rusia akan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan simetris dan asimetris dalam upaya mencegah sikap tidak bersahabat oleh negara-negara asing, yang mengancam negara.

Isi dokumen itu juga menuduh Barat saat ini sedang berusaha menggunakan masalah sosial dan ekonomi untuk mengacaukan masyarakat dan meradikalisasi protes.

3. Insiden tembakan peringatan kapal perang Rusia ke kapal perang Inggris

Ilustrasi kapal perang. (Unsplash.com/Thomas Park)

Dilansir Associated Press, pada Rabu (30/6/2021), Putin menggambarkan insiden 23 Juni di Laut Hitam sebagai tindakan provokasi dari Barat. Insiden itu merupakan tindakan kapal perang Rusia yang melepaskan tembakan peringatan dan sebuah pesawat tempur menjatuhkan bom di jalur HMS Defender Inggris, yang dilakukan untuk memaksa Inggris keluar dari daerah dekat Krimea yang diklaim Rusia sebagai perairan teritorialnya.

Putin menuduh bahwa tindakan itu jelas merupakan provokasi yang tidak hanya melibatkan Inggris, tapi juga AS. Putin menuduh bahwa pesawat pengintai AS yang lepas landas dari pulau Kreta Yunani sedang beroperasi, bersama dengan kapal Inggris untuk memantau tanggapan militer Rusia terhadap kapal perusak Inggris. Pemimpin Rusia itu menyesalkan bahwa insiden itu terjadi setelah pertemuan puncaknya dengan Presiden AS, Joe Biden di Jenewa.

“Dunia sedang mengalami perubahan radikal. Mitra AS kami menyadari itu, dan itulah mengapa pertemuan Jenewa berlangsung. Tetapi di sisi lain, mereka berusaha untuk mengamankan sikap monopoli mereka, yang mengakibatkan ancaman dan tindakan destruktif seperti latihan, provokasi, dan sanksi," kata Putin.

Inggris sama seperti kebanyakan negara lain tidak mengakui pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014, bersikeras bahwa kapal mereka tidak ditembaki dan mengatakan sedang berlayar di perairan Ukraina. Pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014, tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan AS, serangan peretasan, dan peristiwa lainnya telah membuat hubungan Rusia dengan AS dan sekutunya berada di posisi terendah pasca Perang Dingin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us