Rumah Sakit Al-Shifa Hancur Total Usai Israel Tarik Pasukan

Jakarta, IDN Times – Otoritas pertahanan sipil dan kesehatan Gaza bergegas menuju Rumah Sakit Al Shifa setelah pengumuman penarikan pasukan Israel dari lokasi tersebut. Mereka akan melakukan operasi pemulihan.
“Ada berita yang terkonfirmasi bahwa bangunan kompleks dan mesin medis di dalam rumah sakit hancur total. Mayat-mayat berserakan di jalan dekat sekitar rumah sakit,” kata Moath al-Kahlout, dari Al Jazeera, Senin (1/4/2024).
Sekitar 107 pasien masih terjebak di dalam gedung pengembangan sumber daya manusia. Mereka sama sekali tidak siap menerima perawatan medis.
1. Mundurnya pasukan Israel

Militer Israel telah mundur dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza setelah serangan selama dua minggu. Mereka meninggalkan jejak kehancuran, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Sebelumnya pada Minggu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan pembukaan akses ke rumah sakit itu untuk bantuan kemanusiaan.
“Kami mendesak Israel untuk segera memfasilitasi akses dan koridor kemanusiaan sehingga WHO dan mitranya dapat melakukan pemindahan pasien untuk menyelamatkan nyawa,” kata Tedros dilansir Anadolu.
Dia mengatakan bahwa 21 pasien telah meninggal sejak Rumah Sakit al-Shifa dikepung pada 18 Maret. Permusuhan terus berlanjut di sekitarnya menurut informasi terbaru dari petugas kesehatan di fasilitas tersebut.
2. Kekurangan makanan dan minuman

Tedros mengatakan, saat ini diperkirakan hanya tersedia satu botol air untuk setiap 15 orang, sehingga menyebabkan cepatnya penyebaran penyakit menular karena kondisi yang sangat tidak sehat dan kelangkaan air.
Dia menambahkan bahwa kekurangan makanan yang parah menimbulkan risiko kritis, terutama bagi pasien diabetes yang kesehatannya memburuk.
“Kami ulangi, setiap momen penting. Kita perlu gencatan senjata,” katanya.
3. Perang di Gaza berlanjut

Sementara itu, perang di Gaza masih terus berlanjut hingga kini. Lebih dari 32.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh di Gaza, ditambah dengan kehancuran massal, pengungsian dan kelaparan.
Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah, Adele Khodr, mengatakan Gaza bukan hanya krisis kemanusiaan tetapi juga krisis “moral”.
“Ini adalah ujian bagi kemanusiaan dan kemampuan kita untuk menyelamatkan nyawa anak-anak,” katanya dilansir Anadolu, seraya menambahkan bahwa hal ini akan mempunyai konsekuensi di masa depan.