Donald Trump Klaim Kim Jong-Un Penggal Pamannya karena Membangkang

Klaim Trump terungkap di buku berjudul Rage

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat Donald J Trump membuat klaim bombastis mengenai cara Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un mengeksekusi mati pamannya sendiri, Jang Song Thaek. Dalam buku mengenai kompilasi wawancara Trump yang ditulis jurnalis senior Bob Woodward, raja properti itu mengaku diceritakan Kim bahwa ia telah membunuh pamannya dengan cara dipenggal. 

"Kim mengatakan semuanya kepada ku, dia mengatakan semuanya," ungkap Trump dalam sebuah sesi wawancara kepada jurnalis investigasi harian Washington Post, Bob Woodward dan dikutip harian The Straits Times, Sabtu, 12 September 2020. 

Pernyataan Trump ini merupakan informasi terbaru. Jang memang diketahui dijatuhi hukuman mati karena dituduh telah berkhianat dan korupsi pada 2013. Namun, tidak diketahui bagaimana cara Jang dieksekusi mati. 

"Ia membunuh pamannya sendiri dan memakamkan jenazahnya di sana," kata Trump lagi yang menyebut lokasi jenazah di sebuah gedung yang digunakan para pejabat berwenang Korea Utara. 

Di buku berjudul "Rage" itu juga ditemukan ringkasan yang bertuliskan "setelah dipenggal, kepalanya ditaruh di dada jasad pamannya." Kapan buku yang ditulis oleh Woodward akan diluncurkan ke publik?

1. Buku itu juga memuat permintaan Trump agar Korut membongkar lima lokasi penyimpanan nuklir

Donald Trump Klaim Kim Jong-Un Penggal Pamannya karena MembangkangPimpinan tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un (ANTARA FOTO/Yonhap via REUTERS)

Di dalam buku yang hendak diluncurkan Bob Woodward, turut terungkap negosiasi pelucutan senjata nuklir antara Pyongyang dan Washington DC kini berjalan di tempat sejak kegagalan KTT di Hanoi pada 2019. Padahal, Kim Jong-Un sudah bersedia menghancurkan semua fasilitas untuk memproduksi senjata nuklir di area Yongbyon. Kim bersedia melakukan itu lantaran dijanjikan sanksi ekonomi bagi Korut akan dicabut.

Namun, Trump rupanya memiliki keinginan lain. Berdasarkan buku "Rage", Trump meminta agar Kim menghancurkan lima titik tempat produksi senjata nuklir di Korut. 

"Satu (titik penyimpanan senjata nuklir yang dihancurkan) tidak akan membantu, begitu juga dengan dua lokasi, tiga lokasi, dan empat lokasi. Namun, lima lokasi (produksi senjata nuklir yang dihancurkan) itu baru membantu (menciptakan perdamaian)," kata Trump di buku tersebut. 

Padahal, Yongbyon dikatakan lokasi terbesar dan tertua untuk penyimpanan senjata nuklir milik Korut. Permintaan Trump itu ditolak Kim. 

"Anda tidak siap untuk membuat sebuah kesepakatan. Saya harus pergi," kata Trump yang direspons dengan rasa terkejut Kim Jong-Un. 

Baca Juga: Tak Sengaja Sehotel dengan Kim Jong-un, Jurnalis AS Diusir

2. Kim Jong-Un dan Donald Trump saling berkirim surat sebanyak 25 kali

Donald Trump Klaim Kim Jong-Un Penggal Pamannya karena MembangkangPresiden Donald Trump bertemu Kim Jong-Un di zona demiliterisasi (Dokumen KCNA)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un memiliki hubungan cukup dekat dengan Donald Trump. Bahkan, meski pertemuan di Vietnam tidak berhasil mencapai titik temu, Kim dan Trump kembali tatap muka di zona demiliterisasi (DMZ), Korut, pada 30 Juni 2019. 

Dikutip dari harian The Straits Times, pertemuan itu terjadi mendadak. Trump ketika itu sedang mengadakan kunjungan kenegaraan selama dua hari di Seoul, Korea Selatan. Sebelumnya, ia mengikuti pertemuan tingkat tinggi pemimpin G20 di Osaka, Jepang. Tetapi, Trump tiba-tiba mengirim pesan di Twitter dan meminta agar bisa bertemu di DMZ untuk menyapa dan berjabat tangan.

Di luar dugaan, ajakan itu direspons positif oleh Kim. Maka terjadilah pertemuan bersejarah antara Kim dengan Trump pada 2019 lalu di DMZ, Korut.

"Saya tidak pernah menyangka bisa bertemu Anda di sini," ungkap Kim ketika menjabat erat tangan Trump tahun lalu. 

Bahkan, Trump menawarkan diri berjalan beberapa langkah dari wilayah perbatasan menuju ke Korut. Kim pun mengaku terhormat dengan tawaran tersebut. Dengan begitu, Trump menjadi Presiden AS pertama yang tengah menjabat dan pernah menjejakan kaki di Korut.

Sebagai bentuk ucapan terima kasih, Trump kemudian mengirimkan sebuah surat dua hari usai peristiwa bersejarah itu. 

"Sebuah kehormatan bisa menyeberang ke negara Anda," demikian salah satu isi surat Trump.

Belakangan diketahui, antara Trump dengan Kim sudah saling berkirim surat sebanyak 25 kali. Di dalam surat balasannya, Kim kerap memuji Trump.  

3. Latihan perang AS dengan militer Korea Selatan membuat Kim Jong-Un marah

Donald Trump Klaim Kim Jong-Un Penggal Pamannya karena MembangkangKim Jong-Un berjalan dengan Presiden Korsel, Moon Jae-In (ANTARA FOTO/Korea Summit Press Pool/Pool via REUTERS)

Sayangnya, keakraban itu hilang ketika Kim Jong-Un murka melihat adanya latihan bersama antara militer AS dengan Korea Selatan. Aktivitas itu dianggap sebagai bentuk provokasi oleh Kim. 

Kim pun kembali mengirimkan surat ke Trump. Di dalam surat itu, Kim mengungkapkan rasa tersinggungnya oleh sikap AS. 

"Saya benar-benar merasa tersinggung dan saya tak ingin menyembunyikan perasaan itu dari Anda. Saya sangat tersinggung," tulis Kim. 

Sejak saat itu, hubungan Korut dengan AS kembali meredup. Meski pun Trump selalu mengatakan ke publik bahwa hubungannya dengan Kim tetap baik. 

"Dia menyukai saya. Saya menyukai Kim. Kami baik-baik saja," tutur Trump. 

Baca Juga: Kim Yo-jong, Perempuan Berpengaruh Calon Kuat Pengganti Kim Jong-un

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya