Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Serbia Hentikan Penjualan Amunisi ke Israel

bendera Serbia (unsplash.com/Stefan Kostić)
Intinya sih...
  • Ekspor senjata Serbia ke Israel capai Rp800 miliar pada 2024.
  • Iran anggap negara yang pasok senjata ke Israel sebagai musuh.
  • Konflik Israel-Iran semakin memanas.

Jakarta, IDN Times - Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, pada Senin (23/6/2025), mengumumkan bahwa Beograd telah menghentikan ekspor amunisi ke Israel sejak negara tersebut menyerang Iran pada 13 Juni.

Dalam konferensi pers, Vucic menyatakan bahwa Serbia menjalin hubungan baik dengan kedua negara, serta menyerukan perdamaian di kawasan tersebut. Menanggapi serangan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini terhadap Iran, ia menilai bahwa hukum internasional telah dilanggar, dan prinsip-prinsip keadilan serta aturan hukum tidak lagi dihormati.

"Bagaimana Barat akan menceramahi Rusia atau negara lain mengenai integritas wilayah? Setiap orang telah melanggar aturan ini. Dunia benar-benar sedang berada dalam kekacauan. Semua orang kini berperilaku seolah-olah mereka punya hak untuk menyerang orang lain. Kegilaan telah menyebar ke seluruh dunia. Tidak ada lagi yang bisa dipercaya," tambahnya, dikutip dari Anadolu.

1. Nilai ekspor senjata Serbia ke Israel capai Rp800 miliar pada 2024

Vucic mengakui bahwa Serbia sebelumnya telah menjual amunisi ke Israel sejak perang genosida di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Menurut invetigasi Jaringan Pelaporan Investigasi Balkan (BIRN) pada awal 2025, Serbia mengekspor senjata dan amunisi senilai 42,3 juta euro (Rp800 miliar) ke Israel pada 2024, naik 30 kali lipat dari tahun sebelumnya, dilansir dari Balkan Insight.

Pada awal Juni, Vucic mengungkapkan bahwa Serbia berniat untuk terus mendukung Israel dengan pasokan senjatanya.

“Kami akan selalu menghargai, menghormati, dan menyukai orang-orang Yahudi dan Israel,” katanya kepada Jerusalem Post.

2. Iran anggap negara yang pasok senjata ke Israel sebagai musuh

Sebelumnya, pada Sabtu (21/6/2025), Iran telah memperingatkan bahwa negara mana pun yang memasok senjata ke Israel akan dianggap terlibat dalam serangan terhadap Iran dan menjadi target yang sah.

Menanggapi hal ini, salah satu pemimpin oposisi Serbia, Dragan Djilas, mencap rezim Vucic sebagai ancaman bagi negara.

"Dengan kata lain, kita punya presiden yang tidak normal, yang sesumbar melakukan hal ini. Yang lain juga mengekspor, tapi setidaknya mereka diam, dan Anda membual," ujar Djilas.

3. Konflik Israel-Iran semakin memanas

Perang antara Israel dan Iran pecah pada 13 Juni, ketika Tel Aviv melancarkan serangan udara yang menargetkan beberapa lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklirnya. Tindakan tersebut mendorong Teheran untuk melancarkan serangan balasan.

Dilansir dari Anadolu,pihak berwenang Israel melaporkan sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan rudal Iran. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Iran menyatakan bahwa korban tewas telah mencapai 430 orang, dengan lebih dari 3.500 lainnya terluka.

Pada Minggu (22/6/2025), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pasukannya berhasil mengebom tiga situs nuklir Iran di Fordo, Natanz dan Isfahan. Keputusan Washington untuk bergabung dalam kampanye militer Israel melawan Iran menandai eskalasi besar dalam konflik tersebut.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Abdolrahim Mousavi, telah bersumpah bahwa pihaknya akan membalas serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

“Terlepas dari seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan, hakikat dari kejahatan ini (serangan AS terhadap situs nuklir) tidak akan dibiarkan begitu saja,” kata Mousavi dalam pidato yang disiarkan pada Senin (23/6/2025).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us