Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Survei: Cuma 4 Persen Warga Israel Yakin Tujuan Perang Gaza Tercapai

bendera Israel (pexels.com/Leonid Altman)

Jakarta, IDN Times - Jajak pendapat yang dirilis pekan ini menunjukkan bahwa bahwa hanya 4 persen warga Israel yang percaya bahwa Tel Aviv telah mencapai tujuan perangnya di Gaza. Sebanyak 57 persen lainnya yakin tujuan perang itu belum tercapai sepenuhnya, sementara 32 persen berpendapat bahwa hal itu belum tercapai sama sekali.

Jajak pendapat tersebut, yang dilakukan oleh Lazar Research Institute dan diterbitkan oleh surat kabar Israel Maariv, mengungkapkan pandangan warga Israel tentang berbagai isu, seperti perang Israel di Gaza dan gencatan senjata, dukungan warga terhadap pemerintah, serta isu-isu politik lainnya.

Sebanyak 517 orang, yang mencakup populasi Yahudi dan Palestina di Israel, berpartisipasi dalam jajak pendapat ini.

1. Hanya 36 persen warga Israel yakin gencatan senjata akan terlaksana sepenuhnya

Terkait gencatan senjata yang berlangsung di Jalur Gaza, pertukaran tahanan dan kembalinya warga Palestina ke Gaza utara, hanya 31 persen responden yang menganggapnya sebagai tanda berakhirnya perang, sementara 57 persen tidak setuju dan 12 persen ragu-ragu.

Selain itu, 36 persen warga Israel juga yakin perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas akan terlaksana sepenuhnya, sementara 36 persen lainnya berpendapat sebaliknya dan 28 persen tidak yakin.

Dilansir dari Anadolu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya telah berjanji bahwa Tel Aviv akan mencapai kemenangan total dalam perang di Gaza, yang berarti memusnahkan Hamas agar kelompok tersebut tidak lagi dapat memerintah wilayah tersebut. 

Namun, saat berlangsungnya gencatan senjata di Gaza, Hamas justru menunjukkan kekuatan penuh, dengan menampilkan berbagai perlengkapan militer dan truk pikap selama pertukaran tawanan dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Sejak kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas berlaku pada 19 Januari lalu, sebanyak 583 tahanan Palestina telah dibebaskan oleh Israel dengan imbalan 18 sandera yang ditawan di Gaza pada Oktober 2023.

2. Masyarakat Israel yakin oposisi akan meraih mayoritas kursi di Knesset dalam pemilu

Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa jika pemilu diadakan hari ini, oposisi akan memenangkan mayoritas dengan 61 kursi di Knesset. Sementara, koalisi Netanyahu akan memperoleh 49 kursi. Selain itu, partai-partai Arab diperkirakan akan memperoleh 10 kursi.

Knesset Israel memiliki 120 kursi, dengan 61 kursi diperlukan untuk membentuk pemerintahan. Terlepas dari temuan jajak pendapat ini, pemilu dini tetap tidak mungkin dilakukan karena Netanyahu menolak seruan untuk melakukan pemungutan suara selama perang masih berlangsung.

Dilansir dari The New Arab, Yair Wallach, Pembaca Studi Israel di School of Oriental and African Studies (SOAS), mengatakan bahwa jajak pendapat tersebut tidak mengejutkan lantaran pemerintahan Netanyahu tidak pernah mendapat dukungan dari sebagian besar masyarakat Israel. Popularitasnya juga telah menurun setelah gencatan senjata.

Wallach mengungkapkan bahwa pemerintah tidak mampu mencapai kemenangan yang diinginkan karena sejumlah alasan yang disebabkan oleh kebijakan mereka sendiri.

“Tujuan perang pemerintah untuk mencapai ‘kemenangan total’ menurut definisinya tidak dapat dicapai," katanya.

Dia juga menambahkan, menyingkirkan Hamas dari kekuasaan mengharuskan Israel untuk menyetujui adanya pihak penguasa alternatif di Gaza, namun pemerintah menolak untuk melakukannya.

3. Ada upaya persulit antipendudukan untuk maju ke legislatif

Meski begitu, Wallach menilai terlalu dini untuk berasumsi bahwa pemerintahan Netanyahu akan kalah dalam pemilu apa pun. Undang-undang yang saat ini sedang diajukan di Knesset berpotensi membatasi calon legislatif dengan emperluas definisi dukungan terhadap perjuangan bersenjata melawan negara dan warga Israel.

Undang-undang tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa warga Palestina di Israel dan orang-orang Yahudi Israel antipendudukan kemungkinan tidak dapat mencalonkan diri.

“Netanyahu adalah politisi yang sangat cerdik, jauh lebih unggul dibandingkan lawan-lawannya. Terlalu dini untuk menulis berita kematian politiknya, bahkan jika peluangnya untuk bertahan hidup secara politik setelah pemilu berikutnya terlihat sangat rendah,” kata Wallach.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us