Tragedi Kapal Selam Kursk Rusia, Salah Satu yang Terparah di Dunia

Jakarta, IDN Times – Hilangnya Kapal Selam milik TNI Angkatan Laut (AL) KRI Nanggala-402 di wilayah perairan Bali pada Rabu (21/4/2021) menimbulkan duka mendalam. Hingga hari ini proses pencarian kapal selam yang mengangkut 53 personel masih dilakukan.
Ini bukan tragedi pertama hilangnya kapal selam di dunia. Sepanjang sejarah telah terjadi sejumlah tragedi yang melibatkan kapal selam, salah satu yang paling mengerikan adalah tragedi kapal selam nuklir Kursk milik Rusia pada 12 Agustus 2000.
Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui terkait tragedi tersebut.
1. Tenggelam saat latihan

Kapal selam bertenaga nuklir Rusia Kursk tenggelam saat sedang mengadakan latihan angkatan laut Armada Utara di Laut Barents. Investigasi resmi menetapkan bahwa kegagalan salah satu torpedo berbahan bakar hidrogen peroksida Kursk telah memicu ledakan.
Pada saat itu semua anggota awak yang berjumlah 118 orang di dalamnya tewas.
2. Tenggelam setelah dua ledakan

Menurut History, Kursk meninggalkan pelabuhan pada 10 Agustus untuk ikut serta dalam latihan perang dengan militer Rusia. Kapal, pesawat, dan kapal selam Rusia bertemu di Laut Barents, yang berada di atas Lingkaran Arktik, untuk berlatih manuver militer
Pada 12 Agustus, Kursk dijadwalkan untuk menembakkan torpedo latihan. Namun pada pukul 11:29, sebelum melakukannya, dua ledakan terjadi di bagian depan lambung kapal selam dan kapal selam itu jatuh ke dasar laut.
Kursk sendiri memiliki panjang 500 kaki dan berat 24 ribu ton. Kapal selam ini memiliki dua reaktor nuklir dan dapat mencapai kecepatan 28 knot. Itu adalah kapal selam serang terbesar di dunia, yang ukurannya kira-kira tiga kali ukuran kapal selam terbesar di Angkatan Laut Amerika Serikat (AS).
3. Kapal selam diangkat dari laut setahun kemudian

Menurut laporan, pada saat tragedi terjadi, beberapa negara menawarkan untuk berkontribusi dalam upaya penyelamatan, tetapi pemerintah Rusia menolak bantuan apa pun. Ketika penyelam akhirnya mencapai kapal Kursk seminggu kemudian, mereka tidak menemukan tanda-tanda kehidupan.
Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin pada saat itu setuju untuk mengangkat kapal selam dari dasar laut untuk penyelidikan. Sayangnya karena ukurannya yang terlalu besar, tim terpaksa memotong lambung depan dari sisa kapal selam untuk membawanya ke permukaan, meninggalkan bukti terbaik tentang apa yang menyebabkan ledakan di dasar laut. Kapal itu diangkat pada 26 September 2001.