Transnistria Minta Rusia Lindungi Wilayahnya dari Moldova

Jakarta, IDN Times - Presiden Transnistria Vadim Krasnoselsky meminta Rusia agar melindungi wilayahnya dari segala ancaman. Ia juga mengungkapkan ketegangan dengan Moldova dalam beberapa bulan terakhir imbas penerapan pajak ekspor-impor.
Pekan lalu, tersiar rumor bahwa Transnistria akan meminta Rusia untuk menganeksasi wilayahnya. Bahkan, Moskow disebut akan menggunakan justifikasi melindungi warganya untuk mencaplok Transnistria seperti yang dilakukan saat mengambilalih Krimea pada 2014.
1. Terdapat penambahan pemegang paspor Rusia di Transnistria
Dalam rapat Parlemen Transnistria, Krasnoselsky mengungkapkan harapannya agar Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia melindungi seluruh penduduknya dan wilayahnya dari tekanan Chisinau.
"Kami meminta solusi kepada Dewan Federasi Parlemen Rusia untuk segera menentukan kebijakan dalam melindungi Transnistria di tengah tekanan bertubi-tubi dari Moldova," ungkapnya pada Rabu (28/2/2024), dilansir Politico.
Ia pun menekankan bahwa terdapat lebih dari 220 ribu penduduk Rusia yang tinggal di Transnistria saat ini. Penambahan pemegang paspor Rusia ini berkat kebijakan Moskow untuk mempermudah memperoleh status kewarganegaraan bagi warga Moldova.
Menanggapi rapat tersebut, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan akan melindungi kepentingan rakyat Transnistria sebagai prioritas utamanya dan meminta agar diadakan pengkajian secara mendalam sebelum mengambil tindakan.
2. Moldova tolak tudingan menekan Transnistria

Menanggapi pernyataan Tiraspol, pemerintah Moldova menolak tudingan yang disampaikan dalam pertemuan tersebut. Wakil Perdana Menteri Moldova Oleg Serebrian menekankan bahwa Transnistria akan mendapat keuntungan dari kebijakan Uni Eropa (UE).
"Transnistria akan mendapatkan keuntungan besar dari kebijakan perdamaian, keamanan, dan integrasi ekonomi dengan Uni Eropa. Ini akan membawa keuntungan bagi seluruh penduduknya," terangnya, dikutip RFE/RL.
Juru bicara pemerintah Moldova Daniel Voda mengatakan, permintaan untuk melindungi Transnistria sudah diorganisir oleh Kremlin. Ia menyebut Moskow sengaja menciptakan histeria, termasuk menyebarkannya di media massa.
Di sisi lain, Presiden Maia Sandu mengatakan akan menyelesaikan permasalahan dengan Transnistria yang tak kunjung usai lewat jalur diplomasi. Ia menyampaikan bahwa sedikit demi sedikit Chisinau akan mencapai integrasi dengan Tiraspol.
3. AS tetap dukung kedaulatan Moldova

Selain mengajak Rusia, Transnistria juga memanggil UE, OSCE, serta PBB dalam menghalangi tekanan dari Moldova. Namun, hingga kini masih belum ada dialog untuk menyelesaikan masalah kedua pihak.
Dilansir Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Matthew Miller menyatakan dukungan atas kedaulatan dan interitas teritorial Moldova.
"Melihat Rusia yang terus meningkatkan peran agresifnya di Eropa, kami terus melihat tindakan Rusia di Transnistria dan mengamati situasi yang lebih luas di sana dengan seksama," ungkapnya.
Sejak 2006, Transnistria sudah mengadakan referendum untuk bergabung jadi bagian Federasi Rusia dan mendapat suara mayoritas. Namun, Moskow masih enggan mengadakan aneksasi formal dan tetap menempatkan tentaranya di wilayah pecahan Moldova itu.