Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Bekukan Dana Kampus Elite AS karena Protes Bela Palestina

ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona)
ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) membekukan dana federal sebesar lebih dari 1 miliar dolar AS (sekitar Rp16,8 triliun) untuk Universitas Cornell dan sekitar 790 juta dolar AS (sekitar Rp13,3 triliun) untuk Northwestern. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh Gedung Putih pada Selasa (8/4/2025).

Melansir CNN, pembekuan ini dikaitkan dengan dugaan pelanggaran hak sipil dan penanganan universitas terhadap protes pro-Palestina di kampus. Dana yang dibekukan mencakup hibah dan kontrak dengan departemen federal kesehatan, pendidikan, pertanian, dan pertahanan.

Sebulan lalu, administrasi Presiden AS Donald Trump telah mengirimkan surat peringatan kepada 60 universitas, termasuk Cornell dan Northwestern. Surat tersebut berisi kemungkinan tindakan penegakan hukum jika kampus-kampus tersebut terbukti gagal menghentikan antisemitisme.

1. Penelitian strategis terancam berhenti

Universitas Cornell mengaku telah menerima lebih dari 75 perintah penghentian kerja dari Departemen Pertahanan AS. Perintah tersebut berdampak pada penelitian penting bagi pertahanan nasional, keamanan siber, dan kesehatan.

Presiden Cornell, Michael Kotlikoff, belum menerima konfirmasi resmi mengenai angka pembekuan dana.

"Kami sedang mencari informasi resmi dari pejabat pemerintah untuk memahami alasan di balik keputusan ini," jelas Kotlikoff, dilansir Al Jazeera.

Cornell menjelaskan bahwa hibah yang terdampak mencakup penelitian tentang material baru untuk mesin jet, sistem propulsi, jaringan informasi skala besar, dan robotika. Pembekuan juga berdampak pada penelitian kanker yang sedang dilakukan universitas tersebut, dilansir The Guardian.

2. Enam universitas elite terdampak pembekuan dana

Melansir Politico, Cornell menjadi universitas Ivy League keenam yang menghadapi pembekuan dana federal. Sebelumnya, pemerintah telah membekukan atau sedang meninjau hibah untuk Universitas Brown, Columbia, Harvard, Pennsylvania, dan Princeton.

The New York Times memperkirakan setidaknya 3,3 miliar dolar AS (sekitar Rp55 triliun) dana federal universitas elite telah dibekukan oleh administrasi Trump dalam sebulan terakhir. Jumlah tersebut belum termasuk miliaran dolar AS lainnya yang masih dalam peninjauan.

Universitas Columbia, yang menjadi pusat protes pro-Palestina tahun lalu, telah dibatalkan pendanaannya sebesar 400 juta dolar AS (sekitar Rp6,7 triliun) bulan lalu. Universitas tersebut kemudian menyetujui beberapa perubahan yang dituntut administrasi Trump untuk pembicaraan tentang pemulihan dana.

Mantan presiden Universitas Columbia, Lee Bollinger, menilai tindakan pemerintahan Trump otoriter. Sementara, Columbia sendiri dikritik oleh kelompok aktivis karena menyetujui tuntutan Trump.

3. Sasar kampus yang dinilai gagal tangani protes

Pembekuan dana terjadi di tengah kontroversi penanganan protes pro-Palestina di kampus-kampus AS. Universitas Cornell disorot setelah seorang mahasiswanya pada 2023 membuat ancaman kekerasan terhadap orang Yahudi di kampus melalui forum online.

Sementara Presiden Northwestern, Michael Schill, sebelumnya telah bersaksi di hadapan DPR AS tentang respons lembaganya terhadap protes pro-Palestina.

"Dengan memilih dialog daripada tindakan keras terhadap mahasiswa, kami memberikan contoh perilaku yang harapannya bisa mereka tiru di masa depan," jelas Schill saat memberikan pernyataan Mei lalu.

Northwestern melaporkan penurunan 88 persen dalam keluhan diskriminasi antisemit sejak November 2023. 2023. Namun, para aktivis HAM juga menyoroti meningkatnya Islamofobia dan prasangka anti-Arab di AS sejak konflik Israel-Gaza pecah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us